Internet cepat yang masuk ke desa-desa dan menjadi barang gratis di Ponorogo, tentunya ikut memberikan andil dalam keramaian dan viral nya jalan baru ini.
Berjalan -jalan di sepanjang jalan baru Ponorogo tak terasa sudah sampai ke ujung. Lapak-lapak baju bertebaran, tapi saya hanya iseng melihat -lihat, sebab bisa dipastikan tidak ada yang seukuran saya. Soalnya di samping ukuran besar, saya juga lebih suka baju yang longgar, tambah susah mencari nya.
Ayah minta dibelikan celana pendek buat di rumah. Lumayan, harganya cukup terjangkau dan masuk akal, jadi kita beli beberapa.
Mampir di penjual lumpia Semarang isi rebung. Beda sih dengan lumpia Semarang yang asli di sananya.
Dengan harga per bijinya 2500 tentunya tidak terlalu berharap banyak dengan rasa dan tekstur kulitnya seperti yang asli.
Ada juga yang perbijinya 4 ribu, kapan -kapan kita coba, tekstur dan rasanya. Masih lebih murah dibanding di Semarang. Pernah dulu mencicipi lumpia isi ayam rebung, per bijinya ukuran normal 12500 rupiah. Bahkan katanya ada yang harganya 25 ribu sebiji, ukuran normal tapi isi udang dan daging.
Capek berjalan-jalan, mampir ke warung soto ayam. Harganya murah, cuma 5 ribu rupiah semangkok. Yuk kita cicipin.
Sotonya lumayan. Rasanya gurih, bening dan segar dengan aroma jeruk purut yang dominan.
Dua mangkok soto ayam, jeruk hangat dan teh tawar cuma 17 ribu. Sangat murah. Ada juga lapak soto yang harganya cuma 5 ribu, tapi gorengan dan jajanan lain yang umumnya seribu, dijualnya 2 ribuan. Perkedel sebesar kelereng 2 ribu, tempe tepung 2 ribu, tempe keripik 2 ribu. Sundukan usus yg biasanya 2 ribu, dijual 5 ribu. Bahkan kerupuk yang biasanya 500 rupiah, juga 2 ribu, sehingga pengunjung terkadang tak sadar, membeli soto cuma 5 ribu, tapi kelengkapan dan jajanannya malah 10 ribu. Hihihi...pinter ya, penjualnya ngerjain pembeli. Jebakan Batman.
Sudah ya, lain kali kita wisata kuliner lagi. Meski masih pagi, hari mulai panas, yuk kita pulang.