Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Administrasi

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Mengunjungi Kota Tua, Mempelajari Sejarah Batavia

25 Juli 2024   21:05 Diperbarui: 25 Juli 2024   21:09 1354 34 21

Kota Tua Jakarta (dokpri)
Kota Tua Jakarta (dokpri)

Bagi saya, Jakarta tetaplah istimewa, karena seumur hidup, mungkin saya baru bisa ke sini 2/3 kali. Eh...

Kenapa bisa begitu? Ya karena tidak ada hal yang membuat saya harus berkunjung ke Jakarta.

Baru setelah Ibu kota dipindah ke IKN, saya malah mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke Jakarta, karena kebetulan anak saya bekerja di Jakarta. Kebetulan sekali, kan?

Dari tempat kami menginap di hotel studio one, sebenarnya tempat wisata yang relatif dekat adalah Monas. Tapi kami sudah pernah ke situ, meski sekedar mampir sambil menunggu jadwal kereta tiba. Lagian di Madiun juga ada Monas. Eh ... hehehe.

Halte Transjakarta Tosari (dokpri)
Halte Transjakarta Tosari (dokpri)

Akhirnya kami berniat mencoba naik Transjakarta saja. Kebetulan ada halte Transjakarta Tosari yang tidak terlalu jauh dari tempat menginap.

Dikutip dari finance.detik.com : 

Mulai Januari 2023 Naik TransJakarta bisa bayar menggunakan GoPay, yang secara otomatis akan terintegrasi dengan aplikasi TiJe untuk memenuhi kebutuhan pengguna TransJakarta membeli tiket.

Cara Bayar TransJakarta Pakai GoPay
1. Buka aplikasi TiJe.
2. Klik 'beli tiket'.
3. Pilih reguler beli tiket bus. Harga tiket otomatis akan keluar yakni Rp 3.500, lalu klik beli tiket.
4. Pilih metode pembayaran. Mulai Januari 2023 ada pilihan pembayaran menggunakan GoPay.

5. Klik setuju & bayar. 

Mudah dan murah sekali kan? Sayangnya saya baru browsing hari ini saat saya sudah lama kembali ke rumah. Sungguh tidak menyangka, tiket Transjakarta semurah itu.

Lalu apa yang terjadi saat itu? Bagaimana kami berdua bisa sampai ke kota tua?

Salah satu gedung musium di kota tua(dokpri)
Salah satu gedung musium di kota tua(dokpri)

Sampai di halte Tosari ada petugas yang jaga di pintu masuk/keluar. Tapi saat kami tanya cara naik Transjakarta, meminta kita beli tiket. Saat ditanya apakah harus beli kartu langganan? Jawabnya iya. Tapi harus menggunakan e-money. Kalau tunai tidak bisa 

Ditambah tiba-tiba lampu mati, sehingga petunjuk langkah beli tiket Transjakarta nggak bisa di akses. Tambah petugasnya ikut ribet karena penumpang yang mau naik dan baru turun tidak bisa tap kartu. Akhirnya kami dicuekin.

Ya sudah. Suami yang tak sabaran langsung saja menyetop taksi warna biru muda yang kosong. Kami langsung menyebut tujuan ke kota tua.

Kucoba ngecek tarif ke kota tua jika memakai taksi online. Tarifnya sekitar 60 ribu. Nanti coba saya bandingkan dengan taksi argo.

Pak sopirnya ramah, sehingga kami bisa ngobrol apa saja. Beliau juga sudah paham kondisi jalan di Jakarta, sehingga mengantar kami lewat rute tersingkat. Kami diajak lewat pasar Asemka. Jalannya sempit dan penuh pedagang yang berjualan bermacam barang. Katanya di situ harganya miring kalau ingin belanja kebutuhan apa saja 

Kami hanya manggut-manggut, sebab kami memang tidak berniat belanja, hanya ingin berwisata dan having a fun.

Magic art 3D musium(dokpri)
Magic art 3D musium(dokpri)

Akhirnya sudah sampai di Kota tua. Tarifnya ternyata tidak jauh berbeda, hanya 63 ribu. Itupun beliau minta dihubungi kalau nanti ingin pulang. Kami diberi nomor WAnya.

Kenapa memilih Kota tua?

Mungkin itu pertanyaan remco x kompasiana.

Yah karena di kota tua tersimpan berbagai informasi dan sejarah kota Jakarta yang dulunya bernama Batavia.

Sepertinya Kota Tua adalah pariwisata berkelanjutan. Kota yang sekian lama telah menjadi ibu kota negara ini tetap menarik untuk dipelajari dan diketahui sejarah dan pernak -perniknya. 

Mempelajari sejarah Batavia tentunya menjadi sesuatu yang menarik dan bermanfaat termasuk seluk beluknya tentunya. 

Sambil mengulik keunikannya sehingga terpilih sebagai Daerah Khusus Ibukota yang kini dipindah ke IKN di Kalimantan.

Kota tua ternyata begitu luas, tidak seperti yang saya bayangkan. Di sini banyak wisata yang ditawarkan sepanjang jalan menuju pusat kota tua. Dari museum horor yang mengerikan, rumah adat Betawi, tempat kuliner tradisional, dan musium bank.

Sampai di lokasi utama, kaki saya sudah lumayan pegal dan kehausan, sehingga mampir dulu di swalayan, beli minum dan makanan kecil. Banyak elemen yang diuntungkan dengan pariwisata di Kota Tua ini. Pariwisata berkelanjutan yang tertata apik dan menarik.

Manusia patung emas di Kota Tua (dokpri)
Manusia patung emas di Kota Tua (dokpri)

Suasana di pusat kota tua begitu meriah. Deretan bangunan tua yang berfungsi sebagai musium dan letaknya berjauhan membuat saya meringis. Kaki yang manja karena jarang diajak olah raga mulai menjerit. 

Pegal dan capek. Sementara banyak gedung musium yang bisa dikunjungi. Padahal kami mentarget sebelum ashar harus sudah kembali ke hotel.

Kedai seni Djakarte(dokpri)
Kedai seni Djakarte(dokpri)

"Ayuk Dek!" Kuajak ke museum apa ya namanya  aku lupa. Nanti itu ada bekas penjara yang baunya amis, kamu pasti muntah-muntah kalau sampai sana!"

"Hoek ..Hoek ..Hoek ...!" Aku langsung mual dan hampir menumpahkan isi perut meski hanya mendengar dan membayangkan cerita suami.

Aku langsung ngamuk. Sudah capek, haus lapar, malah mau diajak ke tempat seperti itu.

"Nggak mau!" Jauh-jauh ke sini malah disuruh muntah-muntah! Nggak peka!"

"Ya, sudah! Kita cari makan dulu!"

"Sudah nggak selera!"

"Terus mau ngapain?"

"Istirahat dulu saja!" Aku langsung duduk di tempat duduk yang tersedia. Istirahat sejenak sambil melihat anak-anak bersepeda pink yang disewanya. Meski cuaca panas menyengat, anak-anak dan beberapa dengan orang tuanya bersepeda dengan bahagia.

Duduk istirahat sambil melihat orang main sepeda yang disewakan (dokpri)
Duduk istirahat sambil melihat orang main sepeda yang disewakan (dokpri)

Selesai istirahat saya dan suami bingung, mau ke museum yang mana dulu. Banyak musium yang bisa dikunjungi, akhirnya kita jalan saja random, memilih gedung yang seperti nya adem.

Gedung dengan pilar besar itu yang kami tunggu (dokpri)
Gedung dengan pilar besar itu yang kami tunggu (dokpri)

Kami menuju gedung dengan pilar-pilar jumbo yang terlihat adem dan damai. Tapi malangnya, lewat jalan yang salah. Sudah di halaman gedung, ternyata pintu masuknya tuh di sono. Jauh amat. Nggak sanggup kalau harus berjalan ke pintu masuk beberapa ratus meter lagi.

"Ayuk masuk!" Ayah menarik tanganku dan menerobos pintu yang dihalangi tali dengan tulisan " bukan pintu masuk". Duh ..

"Bukan pintu masuk!" Teriakku panik. Khawatir kalau tiba-tiba dikejar satpam. Eh.  

"Sudah masuk saja!" Ayah menyuruhku masuk duluan ke gedung besar yang teduh. Ternyata musium art gallery.

Aku masuk ke gedung yang ternyata museum seni rupa (dokpri)
Aku masuk ke gedung yang ternyata museum seni rupa (dokpri)

"Aku ke pintu masuk dulu. Beli tiket!" Kata ayah sambil berjalan ke pintu masuk yang ada loketnya.

Aku menunggu ayah di aula. Ada ondel-ondel besar di situ. Seolah tersenyum padaku menggeleng-gelengkan kepalanya,  dan memutar-mutar tubuhnya. Eh....halu!

"Ternyata lansia gratis!" Kata ayah bangga dengan kelansiaannya. Duh yang lagi bangga jadi lansia baru. Beli tiket kereta juga dapat diskon. Masuk tempat wisata juga gratis. Hehehe...

"Nih, tiketnya cuma suruh beli satu!"

"Oke, terima kasih!"

Sepasang ondel-ondel menjaga pintu(dokpri)
Sepasang ondel-ondel menjaga pintu(dokpri)

Kami langsung dipersilakan masuk musium oleh serombongan anak magang yang ramah dan kelihatannya senang sekali ada pengunjung yang masuk ke musium.

Pelan-pelan saya dan ayah mengeksplor musium yang suasana nya sedikit remang dan mistis dengan lukisan -lukisan yang sepertinya penuh misteri.

Tapi besok saja di artikel berikutnya ya, menjelajah musiumnya. Biar nggak bosan dan jenuh. Pokoknya seru ....

Sekarang kita simak dulu video kota tuanya.

Sumber : YouTube @Isti Yogiswandani channel 

https://finance.detik.com/moneter/d-6460065/naik-transjakarta-bisa-bayar-pakai-gopay-begini-caranya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6