Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung menyebut, apa yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kebijakan membawa anak nakal ke barak TNI sebagai langkah putus asa(kompas.com)
Belum lama ini, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi membuat program bagi anak-anak yang kelewat nakal untuk dikirim ke barak sebagai terapi dan menyembuhkan kenakalannya.
Di samping menyebut kebijakan putus asa, Linrung juga menganggap hal itu sebagai wujud menyerah sehingga menyerahkan pendidikan pada militer, dan lebih menawarkan pendekatan secara keagamaan seperti pesantren yang sudah banyak dilaksanakan.
Sebaliknya, Menteri HAM Natalius Pigai justru mendukung kebijakan ini, karena jika berhasil, bisa menjadi contoh untuk diterapkan di seluruh Indonesia.
Terlepas dari pro kontra tentang pendidikan di barak secara militer, saya lebih suka jika pendidikan ala camper Van yang diterapkan. Tentunya ini bukan pendidikan formal, tapi lebih pada upaya orang tua untuk mendidik putra putri nya di lingkungan keluarga. Kenapa begitu?
Dalam setiap giat camper Van, bisa dilakukan bersama keluarga. Dari Kakek, nenek, Ayah, Ibu bersama putra putrinya. Di sini interaksi antar keluarga lebih intens. Dan pendekatan yang digunakan lebih humanis dan ramah, meski tetap butuh ketangguhan.
1. Mempererat Ikatan Keluarga
Ruang camper van yang terbatas dan kegiatan bersama menciptakan kedekatan yang unik. Jauh dari distraksi sehari-hari, keluarga memiliki lebih banyak waktu berkualitas untuk berbincang, bermain, dan tertawa bersama.
2. Menciptakan Kenangan Indah
Petualangan di alam bebas, pemandangan baru, dan pengalaman tak terduga akan menjadi kenangan manis yang akan dikenang oleh seluruh anggota keluarga di kemudian hari.
3. Meningkatkan Apresiasi Terhadap Alam