Ia mungkin memberikan dukungan moral, mengajarkan nilai-nilai keislaman, dan mengobarkan semangat jihad di kalangan rakyat untuk melawan Belanda. Para kyai dan ulama memang memegang peranan vital dalam menggalang kekuatan rakyat selama perang tersebut.
Tragedi di Benteng Pendem Van den Bosch
Kisah Kyai Muhammad Nursalim yang paling menyayat hati adalah bagaimana ia menghadapi akhir hidupnya. Setelah tertangkap oleh Belanda, ia tidak dieksekusi secara biasa. Sebagai bentuk teror dan upaya untuk memadamkan semangat perlawanan, sekaligus melumpuhkan kesaktian Kyai Muhammad Nursalim, Belanda melakukan tindakan keji: mengubur hidup-hidup Kyai Muhammad Nursalim di dalam Benteng Pendem Van den Bosch di Ngawi.
Benteng ini, yang juga dikenal sebagai Benteng Pendem Ngawi, adalah salah satu peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada sekitar tahun 1839.
Makam Kyai Muhammad Nursalim di Benteng Pendem Van den Bosch kini menjadi situs ziarah yang ramai dikunjungi, terutama pada malam Jumat Legi.
Hal ini menunjukkan bahwa pengorbanan dan perjuangannya tidak dilupakan oleh masyarakat.
Makam ini menjadi pengingat akan kekejaman penjajahan, namun juga menjadi simbol perlawanan dan ketabahan para pejuang kemerdekaan, dan kisah heroik Kyai Muhammad Nursalim.
Sebelum direnovasi, makam Kyai Muhammad Nursalim hanya berupa gundukan semak di bawah pohon Kamboja. Tapi kini makamnya telah dibangun dan tetap dibiarkan berada di dalam benteng.
Akhirnya saya tergoda untuk masuk, karena ada yang berada di dalam makam.
"Bu, boleh masuk ke area makam?" Tanyaku.
"Boleh saja,kan tidak ada pintu nya, jadi terbuka. Tidak dijaga juga, jadi boleh masuk!" Jawab seorang ibu yang sedang bercerita tentang Kyai Muhammad Nursalim.