Selain sholawat dalam bahasa Arab, banyak grup hadroh di Jawa yang juga menyisipkan syair-syair berbahasa Jawa, bahkan menggunakan tembang-tembang macapat sebagai bagian dari lirik mereka. Hal ini memperkuat rasa kepemilikan masyarakat lokal terhadap seni hadroh dan membuatnya lebih relevan dengan konteks budaya setempat.
4. Gerakan dan Pertunjukan
Beberapa kelompok hadroh di Jawa juga menggabungkan elemen gerak atau tari yang terinspirasi dari seni tari Jawa.
Gerakan-gerakan ini bisa berupa tarian sederhana yang mengiringi lantunan sholawat, menambah dimensi visual pada pertunjukan.
Salah satu tarian yang pernah saya lihat adalah tari yapin diiringi musik Hadroh saat acara perpisahan dan wisuda anak-anak saya saat lulus dari MI. Tarian ini hanya ditarikan oleh laki-laki.
5. Fungsi dan Konteks
Jika di Timur Tengah hadroh lebih sering dikaitkan dengan ritual keagamaan murni, di Jawa hadroh juga sering dipertunjukkan dalam berbagai acara kemasyarakatan, seperti pernikahan, khitanan, atau peringatan hari besar Islam, bahkan sebagai pengisi acara di pentas seni umum.
Ini menunjukkan bagaimana hadroh telah terintegrasi dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa.
Akulturasi ini tidak hanya menghasilkan seni hadroh yang berbeda secara fisik, tetapi juga membentuk identitas hadroh Jawa yang khas.
Hadroh bukan lagi sekadar seni impor, melainkan telah menjadi bagian integral dari khazanah budaya Jawa yang Islami.
Ia menjadi simbol harmoni antara nilai-nilai agama dan kearifan lokal, menunjukkan bahwa kebudayaan dapat terus berkembang dan beradaptasi tanpa kehilangan esensinya.