"Bu, gorengannya habis, to?"
"Gorengannya tidak ada, sudah lama tidak jual gorengan, Bu!" Bu Marni menjelaskan keheranan ku.
Yang menggoreng malas-malasan, Bu!" Lanjut Bu Marni sambil tersenyum simpul.
"Yang biasa menggoreng Bapaknya, ya Bu?"
"Iya!" Pak Adnan hanya senyum-senyum sambil menggoda pelanggan yang ternyata keponakannya sendiri.
"Pak, kok tidak mengoreng-goreng lagi, sih. Padahal gorengan nya enak, lho! Ini saya juga sebenarnya mau cari gorengan, " kataku pada Pak Adnan yang humoris dan suka bergurau.
"Membuat gorengan itu ribet!" Kata Pak Adnan sambil tertawa.
"Repot kalau harus bantu-bantu ibunya. Ini kangkungnya habis, nah saya harus menyiapkan. Gorengan ditinggal. Tidak sadar, akhirnya gosong. Ya sudah dibuang!" Lanjut Pak Adnan.
"Oh, begitu! Iya Bu. Saya saja yang nggak jualan, kalau menggoreng disambi-sambi juga sering gosong!" Aku memaklumi alasan Bu Marni dan suaminya tidak jualan gorengan.
"Terkadang, saat ramai pembeli, ngurusi pesanan rujak Petisnya dulu, gorengan terbengkalai, padahal sudah jadi adonan. Seperti adonan untuk menggoreng tempe, karena sampai sore adonannya jadi asam, tidak jadi digoreng, hanya bisa dibuang!" Bu Marni menambahkan terdengar prihatin.