Akhirnya kami berhenti di Pasar Tawangmangu. Mau salat dhuhur sekalian Asar dijamak. Mau beli oleh-oleh juga. Kalau ini tidak perlu bahas keuangan keluarga, karena aku yang pengin beli oleh-oleh, ya aku yang bayarin. Tapi kalau ayah yang pengin, ya ayah yang bayarin. Gampang, kan? Hihihi...
Usai salat, ayah mengajakku ke Pasar Tawangmangu, katanya mau beli tempe.
"Lho, pasarnya ini, kan?" tanyaku heran.
"Bukan! Itu di seberang sana. Kalau ini tempat parkir!"
"Owh!" Aku melongo. Eh... ternyata. Pantesan aku pikir pasar kok sepi?
Kami menyeberang dari tempat parkir ke Pasar Tawangmangu. Sebelum masuk ke pasar, ada penjual aneka tanaman dan bunga yang semuanya indah dan cantik. Tapi aku tak tergoyahkan, karena sudah pernah mencoba membeli, ternyata di rumah tidak bisa tumbuh dengan baik.
"Ini, Dek!" Suami aku berhenti di dekat penjual tempe yang sudah dikemas dalam kantong kresek putih kecil. Tempenya gepeng-gepeng, biasanya dibuat untuk tempe mendoan, tempe selimut atau tempe tepung.
"Tempenya seplastik berapa, Bu?"
"Dua puluh lima ribu. Isinya 25 tangkep, 50 bungkus!" Jawab penjualnya.