"Iya, wajik saja. Maksudku juga wajik, bukan jenang!"
Sepertinya cukup lah oleh-olehnya. Tapi masih ada yang kuincar, di lapak luar, bukan di dalam gedung. Apa itu? Jeruk Keprok. Yups!
Berbicara tentang jeruk keprok, bagiku adalah kenangan masa kecil bersama Bapak. Saat itu Bapak menanami tegalan dengan pohon jeruk. Di sela-sela aktivitas menjadi penilik Pembinaan Generasi Muda dan Olahraga di Kantor Depdikbud, dan sorenya mengajar dan menjadi kepala sekolah di sebuah SMP Swasta, Bapak juga berkebun dan beternak ayam, bebek dan memelihara ikan di blumbang (kolam).
Jeruk yang ditanam Bapak, sebagian besar adalah keprok Siam (Citrus tangerina). Tapi bapak biasa menyebutnya Jeruk Siem. Jenis jeruk ini yang paling laku di pasaran. Rasanya manis, kulitnya tipis licin mengkilap dan ada semburat kuning saat sudah tua.
Selain keprok Siam, ada jenis keprok lain yang ditanam Bapak. Jenis ini hanya beberapa pohon, dan untuk dikonsumsi sendiri.
Jenis keprok yang ini, Bapak biasanya hanya menyebutnya Jeruk keprok dan hanya 1 pohon. Khusus untuk dinikmati sendiri. Buahnya besar, tapi gepeng, mirip setengah lingkaran, tapi besar dan lebar. Kulitnya tipis, jeruknya mempunyai aroma khas jeruk keprok yang segar mungkin mirip jeruk Mandarin, tapi warnanya hijau mengkilap dan ukurannya besar. Jeruk ini sampai saat ini belum pernah kutemui selain satu-satunya pohon yang ditanam Bapak, dan sudah mati karena terserang virus CVPD.
Jenis jeruk keprok yang sekarang masih bisa kutemui adalah Jeruk Keprok Cino licin (Citrus Reticulata). Entah kenapa dinamai begitu. Mungkin karena kulitnya kuning licin mengkilap seperti warna kulit orang Tionghoa. Atau bisa jadi karena asalnya dari China dan kulit buahnya licin.
Tapi sekarang, jeruk keprok itu dinamai sesuai tempat penghasilnya. Yang didatangkan dari Malang, dinamai keprok Malang. Yang dari daerah Pulung Ponorogo, dinamai Keprok Pulung. Sedang yang berasal dari Tawangmangu dinamai Keprok Tawangmangu.
Nah, keprok Tawangmangu ini yang sekarang ingin kubeli. Ukurannya besar, masih segar dan tangkainya masih tersisa membawa vibes baru dipetik. Mungkin 1 kg isinya hanya sekitar 4-5 buah. Ini termasuk ukuran besar. Biasanya yang kubeli di Madiun, sekilo isinya sekitar 6-8 buah.
"Silakan jeruk keproknya, Bu!" Penjual jeruk menawarkan dagangannya saat aku tertarik mengambil, mengamati dan menimbang-nimbang beratnya. Membuat pikiranku sempat kembali ke masa kecil saat asyik memetik jenis jeruk seperti ini di kebun sendiri. Aku tersenyum. Teringat Bapak.