"Berapa sekilonya, Bu?"
"Dua puluh ribu?"
"Kok mahal, biasanya 15 ribu!" Kataku. Di Madiun sekilonya memang sekitar 15 ribu, tapi memang tidak sesegar, sebesar dan secantik ini tampilannya.
"Ya, sudah. Dua kilo 35 ribu saja, Bu," kata penjualnya. Aku masih memilih-milih, mencari yang ukurannya tidak terlalu besar, sekilo isi 6 saja.
"Bu, ada yang buat nyicip? Nanti nggak manis," kataku iseng. Biasanya aku jarang icip-icip kalau beli apapun. Percaya saja. Tapi jangan khawatir, meski icip-icip, saya mau beli kok, bukan fenomena Rojali yang suka icip-icip tapi jarang beli. Hihihi...
"Ini, Bu!" Ibu penjualnya memberiku jeruk berukuran besar yang sudah dibuka. Aku ambil 1 siung. Rasanya manis. Hemmm... aku paham betul, ini bukan jeruk keprok, tapi jeruk Siam.
"Bu, ini apa jeruk keprok?"
"Iya, Bu!"
"Ini jeruk Siam, Bu. Aku carinya jeruk keprok!"
"Anu... ini Bu!" Penjualnya mengambil sebuah jeruk keprok yang besar berwarna kekuningan, membukanya dan memberikan padaku dengan ragu.
Mungkin khawatir aku tidak jadi membeli kalau rasanya tidak terlalu manis, tapi bercampur sedikit asam yang samar dan aroma khas jeruk keprok yang segar. Ibu penjualnya memandangku tak berkedip.