Di antara stand yang ada di Festival Budaya dan UMKM di Sepasar ing Madiun (SEPASMA) 2025, ada stand yang menarik perhatian, yaitu stand ekonomi kreatif, Batik Candi dari Desa Candi Mulyo Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun.
Kebetulan saya sempat mondar mandir di stand ini karena merasa familiar. Saya baru tahu kalau ini stand Batik Candi dari Desa Candi Mulyo, di mana saya pernah mengontrak rumah dan tinggal di desa ini.
Dan lagi, Bu Ellya, Kepala desa Candi Mulyo sekaligus yang memprakarsai Batik Candi adalah mantan murid suami saat SMA dulu. Cuma kalau sama saya kurang hafal, sayapun tidak terlalu ingat. Kebetulan suami janjian dengan teman CVI dari Ponorogo, Om Yanuar. Jadi saya masuk ke area Sepasma 2025 sendirian.
Tapi saat saya bertanya pada salah satu yang menunggu stand, saya baru ngeh, kalau yang saya kira putrinya Pak Dokter, ternyata Mbak Ellya, Kepala Desa Candi Mulyo. Sayapun bisa berbincang dan mengobrol bersama tentang batik.
"Ini, harganya berapa Mbak?" Saya melihat-lihat kain batik yang terlipat rapi dan disampirkan dan tertata rapi di tempat display. Warnanya bermacam-macam, dari biru, merah, putih dan kombinasi hijau .
"Dua ratus ribu, Bu!"
"Ukurannya berapa?"
"2,25 m x 1,15 m!"
Saya memegang kainnya, katun sepertinya. Dingin kalau dipakai. Awalnya saya pikir ini cukup mahal. Tapi setelah saya teliti dengan seksama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Eh....memangnya proklamasi? Hihihi...
"Ini batik tulis, ya Mbak?"
"Iya, Bu!"
"Wah, murah kalau gitu!"
Batik tulis tentunya istimewa. Pembuatannya butuh waktu lama, butuh ketelatenan dan kesabaran. Untuk selembar kain, waktu sehari tidak cukup. Saya pernah bertanya harga kemeja batik yang dibuat dari kain batik tulis harganya 750 ribu. Tentunya karena proses pembuatannya yang lama dan butuh ketelatenan.
"Ini selembar satu hari jadi nggak?" Tanyaku lagi.
"Paling nggak 4 hari, Bu!"
"Lama, ya. Ternyata. Harus sabar dan telaten pastinya!"
"Iya, Bu!"
Menurut Bu Lurah, untuk pembuatan batik Candi, beliau ditemani 4 orang perajin batik tulis. Sekarang cukup susah merekrut orang yang bersedia menekuni batik yang butuh ketelatenan.
Batik asli, atau batik tulis biasanya dibuat dengan dilukis memakai canting dengan lilin(malam) sebagai tintanya. Batik ini yang paling mahal dan berkelas.
Yang kedua ada batik cap, yang pembuatannya dengan menempelkan alat seperti stempel berukuran besar yang ditekan pada kain polos untuk membuat gambar atau motif. Jenis batik ini relatif lebih gampang dan lebih murah daripada batik tulis.
Ada lagi pseudobatik. Batik jenis ini sebenarnya bukan batik, tapi merupakan motif batik yang diproduksi massal secara pabrikan, sehingga disebut batik. Tapi sebenarnya bukan batik, hanya kain biasa yang bermotif batik. Untuk jenis ini, biasanya harganya lebih murah karena sebagian besar ditentukan oleh harga bahan bakunya.
Bu Lurah juga tak segan memberi tahu saya tentang ragam motif batik, yaitu:
1. Batik tulis Motif parang
2. Batik tulis Motif Truntung
3. Batik tulis Motif Slobokan
4. Batik tulis motif melati
5. Batik tulis motif manggisan
6. Batik tulis motif sulur
Di samping itu, ada juga batik ecoprint yang bahan dan pewarnaannya mengambil dari dedaunan di alam yang ditempel pada kain.
Selain batik tulis dengan warna cerah, ada batik tulis klasik kualitas premium yang harga per lembarnya (2,25 m x 1,15 m) sekitar 500 ribu.
Menurut keterangan Bu Lurah Ellya, batik klasik dengan warna dasar hitam atau coklat dengan motif warna putih atau coklat susu ini merupakan warna original batik yang ada sejak dulu.
Proses pembuatannya lebih panjang dan lama. Bisa 2-3 kali dikuas dengan warna khusus. Motif klasik ini juga terlihat lebih "Mriyayeni". Berkelas, dan cocok dikenakan dalam acara formal dan sakral.
Itulah sebabnya, jenis batik klasik harganya juga lebih tinggi.
Sampai sekarang Batik masih banyak diminati. Bahkan menurut penuturan Bu Lurah Ellya, setiap hari ada saja konsumen yang berminat membeli batiknya. Bahkan sudah ada yang memesan banyak untuk di gunakan sebagai seragam. Alhamdulillah. Berkah yang luar biasa.
Batik juga merupakan warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, khususnya batik tulis. Untuk batik tulis ini, sudah semakin langka karena semakin jarang generasi muda yang bersedia menekuni kerajinan batik, khususnya batik tulis. Itulah sebabnya sangat sulit mencari orang yang bersedia menjadi perajin batik tulis.
Batik, lebih dari sekadar selembar kain bermotif, adalah mahakarya seni dan warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia.
Batik pertama kali diperkenalkan kepada dunia internasional oleh Presiden Soeharto saat menghadiri konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Batik kemudian mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya tak benda setelah melalui proses pengajuan yang dimulai pada tahun 2008(mijen.semarangkota.go.id)
Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO secara resmi menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity), sebuah pengakuan yang menegaskan kedudukan batik sebagai identitas bangsa yang tak ternilai.
Indonesia mempunyai beberapa motif yang terkait dengan budaya setempat. Beberapa faktor yang mempengaruhi lahirnya motif-motif batik antara lain adalah letak geografis(bbkb.kemenperin.go.id)
Sejarah dan Filosofi di Balik Setiap Corak
Sejarah batik di Indonesia terentang panjang, diperkirakan telah ada sejak zaman Majapahit. Dari masa ke masa, teknik dan motif batik terus berkembang, menunjukkan kekayaan kreativitas nenek moyang kita.
Batik bukan hanya tentang keindahan visual; setiap motif, garis, dan titik pada batik memiliki filosofi mendalam dan makna simbolis yang merefleksikan nilai-nilai kehidupan, harapan, atau bahkan peristiwa bersejarah.
Misalnya, motif Parang Rusak yang melambangkan ombak laut, mengandung makna tidak pernah menyerah. Motif Kawung yang menyerupai buah kolang-kaling, sering diartikan sebagai lambang kesucian dan keadilan(www.medcom.id)
Dilansir dari lib.ub.ac.id Keberagaman motif batik juga mencerminkan kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia.
Dikenal dengan motif klasik seperti Parang, Kawung, Sidomukti, dan warna cenderung sogan (cokelat).
2. Batik Pekalongan
Cenderung cerah dan kaya warna dengan motif floral dan hewan yang dinamis.
3. Batik Cirebon
Terkenal dengan motif Mega Mendung yang melambangkan awan, serta motif-motif yang terinspirasi dari kebudayaan Tiongkok.
4. Batik Bali
Menggabungkan motif tradisional dengan sentuhan modern, seringkali menggunakan warna-warna cerah.
5. Batik Jambi
Memiliki motif yang terinspirasi dari alam sekitar seperti perahu, durian, dan naga.
Saat ini, batik tidak hanya digunakan untuk acara-acara formal atau tradisional, namun juga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern.
Dari busana kantor, gaun pesta, hingga pakaian kasual, batik terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren fashion global.
Desainer Indonesia dan internasional semakin gencar mengangkat batik ke panggung mode dunia, menjadikan batik sebagai simbol keanggunan dan keunikan. Tak kurang seperti Agnes Monica, Cinta Laura, dan designer Anne Avantie yang ikut mempromosikan batik di tingkat dunia dengan menggunakan batik saat menghadiri perhelatan acara kelas internasional.
Batik juga berperan penting dalam ekonomi kreatif Indonesia, memberdayakan para perajin dan pengusaha kecil, serta melestarikan pengetahuan dan keterampilan tradisional dari generasi ke generasi.
Dengan segala keindahan, filosofi, dan proses pembuatannya yang unik, batik adalah simbol kebanggaan Indonesia. Mari kita terus lestarikan dan kenakan batik, karena setiap helainya adalah cerita dan warisan yang tak lekang oleh waktu.
Yuk simak video di stand Batik Candi dalam Sepasma 2025 di Lapangan Mberan Bangunsari Dolopo Madiun.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel)
Referensi:
https://mijen.semarangkota.go.id/2023/10/01/batikmijen/
https://lib.ub.ac.id/berita/10-batik-terpopuler-di-indonesia-dari-berbagai-daerah/
https://bbkb.kemenperin.go.id/index.php/post/read/pengertian_motif_batik_dan_filosofinya_0