Hari terakhir liburan, banyak keluarga yang berwisata ke kebun stroberi di kaki Bukit Mongkrang. Di sini hamparan stroberi terlihat luas menghijau dan tertata rapi. Pengunjung bisa membeli buah stroberi dengan memetik sendiri dari pohon nya.
Saya dan suami baru turun dari Pendakian ke Bukit Mongkrang. Entah kenapa, saya yang biasanya kurang suka stroberi, tadi bisa habis satu kemasan mika.
Untuk kembali ke tenda di Lapangan Timur Bukit Mongkrang, kami melintasi hamparan kebun stroberi yang menghijau berhias buah kemerahan, yang masih muda, dan bunganya yang bergelantungan di pot.
Sementara di sisi lain, pipa-pipa memancarkan air yang menyembur ke segala arah karena dipasang kincir yang berputar. Begitulah cara tanaman stroberi mendapat siraman air.
Tanaman stroberi tumbuh subur dan indah memanjakan mata. Di beberapa petak tertulis "stroberi petik sendiri, 10 ribu/ons."
Kami berhenti di salah satu lapak stroberi di dekat pintu masuk kebun stroberi.
Pemilik lapak sekaligus kebun stroberi di belakang nya ini lebih suka dipanggil dengan Buk e Varel, daripada nama aslinya.
Kebun stroberi yang terbentang luas ini ternyata milik beberapa warga dusun Tlogo Dringo yang menata kebunnya bersama untuk dijadikan wisata petik stroberi sendiri.
"Bu, ini wisata petik stroberi nya waktunya kapan saja?" Tanyaku. Teringat wisata petik stroberi sendiri di lain tempat terkadang terjeda karena stroberi nya belum berbuah.
"Setiap waktu, Bu. Stroberi ini malah harus dipanen setiap 2 hari sekali!"
"Dua hari sekali? Sampai kapan?" Aku takjub. Ternyata stroberi bisa dipanen 2 hari sekali selama masih produktif.
"Ya selama stroberi nya masih produktif!"
"Biasanya dari tanam sampai berbuah, butuh waktu berapa bulan, Bu?"
"Sekitar 3 bulan biasanya sudah berbuah."
"Habis itu bisa dipanen setiap 2 hari sekali?"
"Iya, Bu. Biasanya umur 1 tahun harus dilakukan peremajaan!"
"Oh, gitu? Kalau penyiraman nya mudah, Bu? Sepertinya di sini air sulit didapat?" Aku berpikiran begitu karena untuk toilet harus banyak hemat air.
" Penyiraman sudah memakai pipa kincir Bu. Jadi air tinggal dihidupkan sekitar berapa menit, nanti sudah menyiram sendiri dari pipa yang dipasangi kincir!"
" Wah, enak sekali ya, Bu. Hehehe!" Buk e Varel hanya tertawa .
Selanjutnya, saya mencicipi stroberi yang akan saya beli. Rasanya tidak terlalu asam, tapi juga tidak terlalu manis. Perpaduan asam manis yang harmonis. Tak heran sekali makan, aku bisa habis 1 mika.
Untuk buah yang kurang bagus tampilan dan teksturnya dijual 25 ribu/ 3 mika. Ya begitulah. Ada harga ada rupa dan kualitas.
Sambil melanjutkan perjalanan ke tenda, banyak pengunjung yang sedang asyik memetik stroberi, nanti bisa ditimbang untuk dibeli.
Semakin siang, semakin banyak orang berwisata di kebun stroberi, sebab ini adalah hari terakhir liburan. Besok pagi adalah hari pertama masuk sekolah. Tak heran banyak keluarga memanfaatkan liburan terakhir ini dengan sebaik-baiknya.
Desa Gondosuli telah menjadi Rekomendasi Desa wisata dengan destinasi wisata yang semakin diminati. Semoga bisa menjadi pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan kenyamanan pengunjung dan terus berbenah menjadi pariwisata andalan yang diminati banyak pengunjung.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel