"Mas, ini jeruk Bebi? Tanyaku pada penjual sayur di dekat rumahku.
"Iya, Bu. Jawabnya.
"Sekilo berapa?" Tanyaku lagi.
"Delapan ribu, Bu!"
Lumayan murah!" Pikirku. Jeruknya besar-besar, paling 1 kg isinya 4 atau 5. Aku pilih 5 yang besar-besar. Kalau lebih nggak papa, paling jadinya juga cuma 10 ribu.
Sampai di rumah, tak sabar untuk mencicipi. Setelah menaruh belanjaan, segera kuambil pisau dan mengiris jeruk baby yang baru kubeli menjadi dua. Separuh kusimpan. Separuh kuiris lagi. Serasa ada yang aneh, kenapa jeruk Beby nya banyak bijinya, dan irisan nya tidak seperti jeruk Beby. Kulitnya susah dikelupas.
"Awww... rasanya asam bingitz!" Aku menjerit kaget. Sungguh di luar ekspektasi!
Sejak kapan jeruk Beby rasanya asam? Bukankah biasanya rasanya manis hambar? Kalau diibaratkan mangga, jeruk Beby seperti mangga madu, nggak ada asam-asam nya.
Ini penipuan. Kataku sambil manyun. Setelah emosiku mereda, kuamati lagi nih jeruk bebi. Sepertinya ini memang bukan jeruk bebi. Tapi jeruk nipis.
Ahayyy... kenapa aku kurang cermat? Kuambil alat peras jeruk, dan kuperas si jeruk Bebi yang sudah bertransformasi menjadi jeruk nipis, hihihi...!
Kubuat saja wedang jeruk kesukaan ku.
Segarrr....
Mungkin aku memang tidak berbakat makan jeruk Bebi. Baru mau mencicipi jeruk bebi saja keliru jeruk nipis. Hihihi....
Lumayan, bisa menjadi awal semangat menulis lagi setelah sekian lama jenuh dan tidak ada semangat menulis.
Mungkin bisa menjadi inspirasi public speaking pejabat yang idenya mampet saat harus pidato dan berdialog dengan rakyat. Membayangkan makan jeruk Bebi, yang terasa jeruk nipis, biar banyak kata yang berhamburan keluar. Hahaha....
Blessing in disguise!
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel