Ayah langsung menuju penjual tempe berbungkus daun favorit nya. Biasanya ditawarkan seharga 25 ribu, untuk 25 tangkup atau 50 bungkus. Tempenya berukuran sedang. Kalau gigih menawar, biasanya dilepas seharga 15 ribu. Kalau mengalah sedikit, biasanya dapat harga 17.500 , kalau menawar sekadar nya, dapat harga 20 ribu. Kalau nggak menawar, dapat harga 25 ribu. Hihihi...Coba ya, kalau ke pasar Tawangmangu, coba tawar tempenya dapat harga berapa. Iseng saja. Hehehe...
Di dalam pasar, terdapat aneka jajanan tradisional yang membuat air liur meronta. Maklum, saya termasuk penggemar jajanan tradisional, jajan pasar, atau kuliner khas daerah.
Kalau menurut saya, yang khas di sini adalah kemasan tempe berisi 25 tangkup atau 50 bungkus itu. Kalau jajanan lain malah kebanyakan merupakan kuliner khas daerah lain, seperti peyeum Bandung, yang ditulis: Peyeum Bandung, oleh-oleh khas Tawangmangu. Lucu, ya.... hehehe.
Ada juga grubi, yang kalau di Sarangan atau di Jawa Timur dikenal dengan nama carang mas. Terus ada geplak dan bakpia makanan khas Jogja. Bolen pisang juga ada.
Ada lagi rangin, wajik, jenang, ketan/gemblong/ jadah. Tahu pong, aneka keripik, seperti keripik pisang, keripik bayam, keripik singkong dan balung kuwuk kalau orang Purworejo bilang, atau balung kethek, orang Madiun menamainya.
Rempeyek kesukaan ku juga ada. Dari stroberi, pisang, pete, sayuran, dan aneka buah pasti lah ada. Duh, rasanya pengin dibeli semua kalau ada yang makan dan uangnya cukup. Bisa kalap belanja. Apalagi harganya relatif murah, paling tidak sama dengan harga di tempat bukan wisata.
Setelah membeli aneka keripik, rempeyek, jeruk Keprok, tempe, dan oleh-oleh lainnya, Kami berniat melanjutkan perjalanan ke Purworejo.