Seusai mengikuti Acara 2nd Anniversary CAF Mampiro kami mampir Pasar Tawangmangu untuk membeli oleh-oleh dan berniat sedikit berwisata kuliner menikmati sate Pak Pur Tawangmangu yang terkenal seantero jagad. Eh...
Pasar Tawangmangu kini sudah jauh lebih baik. Seingat saya dulu pasar ini hanyalah pasar tradisional yang didominasi oleh produk hasil bumi bertandan-tandan pisang. Tapi kini sudah lebih menarik dan beragam, bahkan kulinernya tak kalah menarik.
Berhenti di tempat parkir, Kami langsung menuju sate Pak Pur yang sangat terkenal dan legend. Di lokasi parkiran ada cabang nya. Tapi ternyata sama penuhnya dengan yang kami lewati tadi. Bahkan satenya habis, kami diminta menunggu 1 jam. Akhirnya kami lebih memilih menikmati menu yang tersedia, yaitu tongseng, daripada harus menunggu sate yang kambingnya lagi disembelih. Eh..
Selesai mengisi perut, kami berniat mencari oleh-oleh ke pasar Tawangmangu yang berlokasi di seberang jalan.
Dari seberang terlihat gapura bertuliskan: Pasar Wisata Tawangmangu.
Setelah menyeberang dan berbelok lewat pintu samping, Kita langsung disambut lapak aneka tanaman hidup dan bunga. Ayah mencari tanaman ciplukan, tapi tidak ada. Mungkin tanaman ini lebih banyak tumbuh liar daripada dibudidayakan.
Mulai masuk area dalam pasar, penjual sayuran, buah dan aneka jajanan tradisional menggoda untuk dicicipi. Eh..dibeli maksudnya. Hehehe....
Ayah langsung menuju penjual tempe berbungkus daun favorit nya. Biasanya ditawarkan seharga 25 ribu, untuk 25 tangkup atau 50 bungkus. Tempenya berukuran sedang. Kalau gigih menawar, biasanya dilepas seharga 15 ribu. Kalau mengalah sedikit, biasanya dapat harga 17.500 , kalau menawar sekadar nya, dapat harga 20 ribu. Kalau nggak menawar, dapat harga 25 ribu. Hihihi...Coba ya, kalau ke pasar Tawangmangu, coba tawar tempenya dapat harga berapa. Iseng saja. Hehehe...
Di dalam pasar, terdapat aneka jajanan tradisional yang membuat air liur meronta. Maklum, saya termasuk penggemar jajanan tradisional, jajan pasar, atau kuliner khas daerah.
Kalau menurut saya, yang khas di sini adalah kemasan tempe berisi 25 tangkup atau 50 bungkus itu. Kalau jajanan lain malah kebanyakan merupakan kuliner khas daerah lain, seperti peyeum Bandung, yang ditulis: Peyeum Bandung, oleh-oleh khas Tawangmangu. Lucu, ya.... hehehe.
Ada juga grubi, yang kalau di Sarangan atau di Jawa Timur dikenal dengan nama carang mas. Terus ada geplak dan bakpia makanan khas Jogja. Bolen pisang juga ada.
Ada lagi rangin, wajik, jenang, ketan/gemblong/ jadah. Tahu pong, aneka keripik, seperti keripik pisang, keripik bayam, keripik singkong dan balung kuwuk kalau orang Purworejo bilang, atau balung kethek, orang Madiun menamainya.
Rempeyek kesukaan ku juga ada. Dari stroberi, pisang, pete, sayuran, dan aneka buah pasti lah ada. Duh, rasanya pengin dibeli semua kalau ada yang makan dan uangnya cukup. Bisa kalap belanja. Apalagi harganya relatif murah, paling tidak sama dengan harga di tempat bukan wisata.
Setelah membeli aneka keripik, rempeyek, jeruk Keprok, tempe, dan oleh-oleh lainnya, Kami berniat melanjutkan perjalanan ke Purworejo.
Sebenarnya kepingin wajik, jadah, dan sejenisnya. Tapi karena kami berniat melaksanakan selamatan 1000 harinya almarhumah Ibu, sepertinya kuliner itu sudah banyak tersedia di sana, jadi Aku urung membeli.
Pasar wisata Tawangmangu ini berpotensi menjadi pendongkrak ekonomi untuk warga sekitar nya. Pasar ini menjadi favorit wisatawan karena banyak macam jajanan dan oleh-oleh yang ditawarkan dengan harga terjangkau dan ramah di kantong.
Tentunya ini akan membuat perekonomian masyarakat menggeliat dan menjadi pariwisata berkelanjutan yang memanjakan wisatawan di daerah wisata sekitar Tawangmangu dengan jajanan dan oleh-oleh yang memikat.
Yuk simak videonya
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel