Saat pandemi justru menginisiasi UMKM, karena merangsang para IRT untuk aktif dan kreatif menyokong perekonomian rumah tangga. Itulah yang ku pelajari pagi ini(Isti Yogiswandani)
Lain dari biasanya, usai target jalan keliling lapangan terpenuhi, di pojok lapangan terlihat ramai.
Di pojok lapangan sepertinya ada lapak istimewa yang tidak kutemukan di hari biasa.
Nggak pakai lama aku langsung mendatangi sumber keramaian. Sesuai dugaanku, ada penjual nasbung buka lapak. Ini dia, bisa ganti menu.
Meski sebenarnya, menu sego pecel tak akan pernah bosan kenikmatan setiap jadi sarapan. Nggak ada salahnya juga ganti menu.
"Jualan, apa Bu?" Tanyaku pada penjual nasi bungkus di depan ku.
"Tiwul urap, Bu. Ini nasi putih urap juga ada. Kalau yang itu tiwul goreng!"
"Ini saja, Bu! Nasi urap satu, tiwul urap nya satu, kunir asam nya 2. Berapa, Bu?"
"Enam belas ribu, Bu!"
Kuulurkan selembar uang 20 ribuan. Lumayan, masih dapat kembalian 4 ribu.
"Sudah lama jualan nasi tiwul, Bu?"
"Sudah sejak pandemi, waktu itu kan Bapaknya nggak kerja, jadi saya yang menggantikan cari uang. Ya, jualan kecul-kecilan seperti ini!"
"Owh... !" Aku manggut-manggut.
"Jualannya setiap hari?" Tanyaku lagi.
"Iya!"
"Kok saya nggak pernah liat Ibu, selain hari ini?"
"Kalau bukan hari libur, saya jualannya di sekolah, Bu. Jajanan anak-anak, "
"Oh, pantas saya nggak pernah tahu." Sekolah yang dimaksud memang agak jauh dari lapangan.
"Sebenarnya sekarang saya sudah tidak boleh jualan sama suami. Suami sudah bisa kerja lagi, saya disuruh di rumah saja. Tapi saya ingin melanjutkan jyalan yang sudah saya rintis. Sayang kalau berhenti. Akhirnya suami memperbolehkan!"
"Wah, bagus itu Bu. Berkah pandemi malah menginspirasi untuk jualannya, Bu."
" Iya, alhamdulillah. Yang penting disyukuri!"
"Rumahnya mana, Bu?"
"Itu, pojokan lapangan, pas pertikungan jalan. Panggil saja saya, Buk e Novi!"
"Baik, Bu. Kapan-kapan saya ke tempat Ibu kalau pengin tiwul urap!"
"Ya, Bu!" Terima kasih."
"Sama-sama!"
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel