
Yups, bisa pecel, gado-gado, atau lotek. Tapi yang saya maksud adalah pecel.
Kuliner aneka sayuran yang disiram saus atau sambal kacang itu beberapa waktu ini menjadi menu favorit untuk sarapan.

Entah kenapa, meski hampir setiap hari sarapan nasi pecel saya tak pernah bosan, bahkan dengan lauk yang sama. Tempe, rempeyek, bakwan, rimbil, tanpa lauk hewani tetap lezat dan ngangenin, bahkan menjadi candu. Jika selang beberapa hari saja saya absen jalan sehat keliling lapangan, otomatis saya membuat sarapan sendiri dirumah. Rasanya kangen dan rindu berat. Walah, pecel saja digombalin. Hihihi...

Ternyata tidak hanya saya, keluarga adik sayapun penggemar pecel. Ini terlihat dari seringnya mengunggah sarapan pecel di grup keluarga. Bahkan pecel kecombrang yang disukai banyak orang. Tapi saya sungguh tidak suka dengan kecombrang, meski katanya sehat dan rasanya unik. Grup keluarga memang grup privat yang membuat kami bebas mengunggah apa saja, dari menu makanan endulita, masakan gosong sampai mengunggah pengalaman konyol.
Biasanya adik saya suka pecel dengan lauk telur rebus dan gorengan. Saya juga biasanya kalau di rumah menikmati pecel bersama telur rebus sebagai implementasi real food dan clean Eating yang mengutamakan menu minim olahan.

Salah satu hal yang membuat saya tak bosan adalah variasi sayuran yang bisa berganti-ganti. Bahkan kalau pecel membeli, ada sayuran unik yang berupa biji tinggi nutrisi, seperti lamtoro dan biji kacang tholo. Kacang tholo ini dikonsumsi mentah, dari biji kering yang direndam semalaman sampai kranci. Sensasi unik banget. Kacang tholo ini lebih lezat rasanya kalau disajikan dalam bentuk urap.
Yuk sarapan pecel dulu. Kali ini Aku sarapan pecel yang ada lamtoro dan biji kacang tholo nya. Rasanya eksotis. Sensasinya beda.