
Berjualan di sini gratis, dan waktu nya 24 jam. Cukup bayar pulsa listrik yang digunakan (Bu Endang, 47 tahun, Penjual Oleh-oleh di Tempat Wisata Religi,Masjid An Nahda, Bojonegoro)
Beli oleh-oleh pasti tidak pernah ketinggalan saat kita berwisata. Biasanya kita memilih makanan khas atau souvenir hasil kerajinan yang ada di tempat wisata.
Dengan begitu, oleh-oleh yang kita beli, selain sebagai buah tangan juga sebagai bukti kehadiran kita di tempat wisata tertentu, seperti juga wisata religi di Masjid An Nahda Bojonegoro ini. Oleh-oleh yang memberi kenangan.

Kali ini mamah-mamah heboh RT 11 langsung menyerbu tenda-tenda UMKM yang menyediakan aneka makanan kecil untuk oleh-oleh, dari yang khas Bojonegoro seperti ledre pisang, sampai makanan khas Daerah lain seperti brem, bakpia, aneka pie , intip goreng, bahkan aneka coklat yang biasa jadi oleh-oleh haji.

Oleh-oleh di sini sangat beragam, dengan harga bersahabat dan ringan di kantong. Dari yang satu kemasan 5 ribu seperti kerupuk dan coklat, sampai jajanan lain yang berkisar 10-25 ribu per kemasan. Harga yang ideal untuk sebungkus oleh-oleh yang bisa dibagikan.
Menurut saya, oleh-oleh di sini relatif murah, sehingga pengunjung tidak segan-segan untuk berbelanja oleh-oleh untuk melarisi dagangan. Semoga gal ini tetap dipertahankan, sehingga menjadi sinergi positif antara pengunjung dan penjual oleh-oleh yang bisa mendukung pariwisata berkelanjutan.
Sambil mengobrol, saya bertanya pada Bu Endang (47 tahun), penjual oleh-oleh di tempat wisata religi, Masjid An Nahda Bojonegoro.

"Tidak, Bu. Bebas, tapi hanya penduduk di sekitar sini saja. Seperti saya dari Margo Mulyo!"
"Kalau berjualan di sini, sewa tempat atau bayar setiap hari?"
"Berjualan di sini gratis,Bu. Cukup membayar pulsa listrik saja!"
"Kok bayar listrik itu, apa sampai malam,Bu?"
"Ini 24 jam, Bu. Secapeknya. Biasanya saya berjualan siang, kalau malam, bapaknya(suaminya )yang menggantikan!"
Mamah-mamah RT 11 sedang seru memborong oleh-oleh.
"Pokoknya tawar terus sampai dapat!"(Bu Nunung, 52 tahun, pembeli oleh-oleh khas Bojonegoro)
"Saya pilih oleh- oleh yang unik dan aneh khas Bojonegoro. Keripik kelapa dan ledre(Bu Astuti, 65 thn, pembeli Oleh-oleh khas Bojonegoro)
"Ledre!"(Bu Ning, 56 tahun, Pembeli ledre, Oleh-oleh khas Bojonegoro)


Kehadiran pelaku UMKM yang menyediakan makanan, makan, minuman dan oleh-oleh khas sangat menguntungkan karena bisa bersinergi positif dengan tempat pariwisata. Bisa menjadi pasar Ikonik, favorit para pengunjung, terutama para mamah.
Mereka merupakan jantung ekonomi lokal, di samping sebagai penggerak pariwisata berkelanjutan.
Keberadaan UMKM memberikan keuntungan berlipat ganda, baik bagi destinasi maupun masyarakat.
Bagi tempat wisata (destinasi), UMKM memasok aliran pendapatan lokal. Dengan begitu bisa memastikan pendapatan pariwisata tidak hanya mengalir ke korporasi besar, tetapi juga berputar di komunitas lokal.
Di sini pariwisata berkelanjutan bisa berjalan dengan mendorong partisipasi masyarakat yang lebih tinggi, sehingga muncul rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap kelestarian destinasi.

Bagi pelaku UMKM, berjualan di tempat pariwisata, merupakan peningkatan omzet, karena memperoleh pasar yang pasti (wisatawan) dan peningkatan pendapatan.
Di samping itu juga menstimulasi peluang bisnis baru, dengan pendorong lahirnya inovasi produk dan jasa kreatif berbasis kebutuhan wisatawan.
UMKM yang berkembang di tempat pariwisata juga memperoleh akses permodalan. Mereka mendapat kemudahan akses ke program-program pemerintah (seperti KUR) atau pendampingan dari pihak swasta karena posisinya yang strategis.
Yuk simak videonya.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel