
Polo Pendem?
Hahaha... Mamah-mamah heboh RT 11 langsung heboh beneran saat Bu Nunung menyebut benteng Pendem sebagai polo Pendem.
Tentunya arti polo Pendem dan benteng Pendem sangat berlainan meski pengucapan nya agak mirip.
Polo Pendem adakah hasil bumi yang letaknya di dalam tanah seperti umbi-umbian.
Sedang benteng Pendem adalah nama lain benteng Van den Bosch di Ngawi, yang sempat tertutup tanah sebelum direnovasi.
Sekitar 1 jam nongkrong di kedai kopi, akhirnya hujan mulai reda. Tinggal rintik gerimis yang masih eksis. Laksana Playlist musim hujan yang terus menggema lirih, bagai prosa liris yang dibaca sebaris-sebaris. Ahayyy!

Sebenarnya aku membawa payung yang kusimpan di tas. Tapi sepertinya hujan tinggal gerimis, aku enggan mengambil payung. Jadi Aku memasuki benteng sedikit berhujan-hujanan sambil mengikuti rombongan Mamah-mamah heboh RT 11.

Sampai di halaman, terlihat gerbang benteng yang kokoh dengan tembok menjulang dan terdapat tulisan Benteng Van den Bosch. Itu nama resminya.
Sedang benteng Pendem adalah nama yang diberikan penduduk sekitar karena letak benteng yang tersembunyi dan lebih rendah dari permukaan tanah di sekitar nya.

Benteng Van den Bosch(benteng Pendem) Ngawi, adalah sebuah benteng yang terletak di Jl. Untung Suropati No. II, Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi Kota, Kabupaten Ngawi.
Benteng ini memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah 15 Ha.

Aku mengikuti Bu RT bersama rombongan karena penasaran ingin melihat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Bengawan Solo (di sebelah utara) dan Sungai Bengawan Madiun (di sebelah selatan).
Daerah yang disebut Kali tempuk ini yang membuat Aku penasaran. Tapi karena hujan lebat baru saja turun, tanah menjadi becek dan licin, sehingga kami mengurungkan niat untuk melihat Kali tempuk.
Awalnya Aku bersikukuh ingin melihat Kali tempuk dari lantai 2 atau bahkan lantai 3 benteng, tapi ternyata pintu penghubung di dekat tangga atas ditutup.

Karena waktu terus berjalan, sementara tadi banyak waktu terbuang karena hujan deras, Bu RT mengajak kami salat dulu.
Awalnya Aku ingin salat di PSC saja yang masjidnya lebih bersih, luas dan memadai. Kalau perlu mampir di Masjid Raya Madiun sambil kembali berwisata religi.
Akhirnya kami salat di Musala Benteng Pendem. Yang penting sah, dan tidak ketinggalan waktu salat.
Pukul dua lebih kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, PSC Madiun.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel