KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Potret Kehidupan Episode 85 Tentang Disakitin Pas Lagi Sehat-sehatnya

26 Maret 2024   14:02 Diperbarui: 14 April 2024   00:26 1227 1 0

Aku tidak mempan sogokan or upeti. Kalau misalnya ni ya si dia berbuat salah, biarpun aku ditimbun 1000 mawar merah pun, __tidak akan bisa merubah perasaan aku pada detik itu. Kecuali dia beneran menyesal dan tidak mengulangi lagi. Dibawa guyonan? Garing tau ga? Sukanya maksain diri untuk mencairkan suasana? Cihh, yang ada aku bakalan tambah ngamuk. Didoain? Sekalian aja ruqyah dan nyalain kemenyan, siapa tau hati aku bisa cair. 

Gitu akutu.

Aku termasuk wanita berhati keras. Cancer, shio Ayam, anak perempuan kedua. Hati aku terbuat dari baja. Tapiii...begitu dikirimkan video lagu yang melow-melow, hati aku akan meleleh seperti eskrim yang ketinggalan di jok motor. Wkkwkwaa. Baper e full. Dua jam setelah itu, sayang-sayangan.

Perihal disakitin pas lagi sehat-sehatnya, Gampang sih aku sebenarnya. Pertolongan pertama aku saat patah hati, kadang makan rujak super pedas sambil nangis. Sangking pedasnya, aku ga tahu itu air mata dari hati atau dari lidah. Huahaha. Tahap selanjutnya, cerita sama siapa, __bingung. Aku bukan pencerita yang baik dalam hal curhat ke sembarang orang. Aku terbiasa mendengar. Jadi saat curhat, biasanya aku cuma bercerita poin per poin. Gak tau deh. Mungkin pasanganku udah kayak sprite gitu, "dia tau yang ku mau". Yaah, udah paham aja kenapa aku sakit hati. Tapi sakit hatiku gak menular. Jadi rasanya kurang epic, klo dianya kebawa-bawa. Dan, berikutnya aku nulis. Entah di blog atau di diary.

Aku pernah baca buku bahwa kita ini adalah kolam perasaan. So, saat hati sakit/patah, memang harus dirasakan sakitnya. Tidak perlu mengambil keputusan apa-apa. Cukup rasakan dan cintai rasa patah hati itu. Aku juga awalnya bingung. Mencintai rasa sakit hati terdengar aneh, ya. Tapi tetap aku coba. Ternyata..., dengan kita menerima apa yang kita rasakan, itu salah satu tanda kita menyayangi diri sendiri.

Aku merasa sakit hati tu, yang enggak dendaman. Biasanya ketika apa yang dikatakan orang itu enggak benar, kebenaran atau faktalah reality check dan akuntabilitasnya. Meski itu menyakitkan kak, ya tetap aja orang berbohong banyak dosanya. Kecuali kalo yang ngomongin beneran realitanya. Kayak yang klo misalnya orang ga penting mintak2 ke aku gitu pas lagi kere, dibilangin: "Ah dasar kere (miskin) lu!". So what's gitu lho. Enggak apa-apa. Dan aku nyadar saldo di ATM cuma Rp100K, waktutu. Kalo misalnya ada yang nebeng ke aku gitu ya; "Goblok lu (nyetirnya)!". Karena aku menyalip tanpa sein atau tanpa perhitungan matang dll. Ga sakit hati aku mah..., paling aku juga mbales "eh mbok ya elu sadar diri napa, udah numpang ngehina gue pula, bacoot!". Sakit hati yang ga kebawa-bawa 5 menit tu ya kayak gitu. Aku ngelawan balik sengotot mungkin. Lain cerita kalau apa yang orang lain ucapkan itu tidak benar. Dan aku tahu, orang lain juga tahu. Mostly sih, I don't really care. Kesel iya tapi ya sudahlah, siapa gue dan elu juga kan?? Gitu kasarnya...

Biarkan saja atau tinggal pergi je.., apalagi kalau orang itu bukan siapa-siapa aku or randoms, bukan pasangan/keluarga/teman baik, dll. Gak ada efeknya buat kehidupan aku mah...., buang-buang waktu dan energi saja.

Kalau orang yang dekat dengan aku, aku mungkin ingin mendengarkan kritik dia lebih lanjut. Siapa tahu opini dia ada benarnya dan dia beneran care sama aku. Orang lain stranger belum tentu. Jika aku mengonfrontasi mereka karena terlalu terbawa perasaan aku sendiri, toh yang mereka ceritakan juga belum tentu valid kan? Weeh malah jadi menambah masalah. Ngapain, akunya jadi ikutan terbakar bara di genggaman tangan.

Konteks lain, orang-orang yang mulut/jarinya lemes itu biasanya bermasalah dengan dirinya sendiri. Ya nggak? Sehingga mereka memproyeksikan ketidakpuasan dirinya kepada orang-orang lain secara sembarangan dan frontal. Mereka senang kalau ada "teman sependeritaan." Most of the time, ucapan orang lain yang bikin sakit hati itu bukan karena aku yang salah, tapi dia sendiri yang bermasalah. 

Mari kita renungkan sendiri dalam-dalam. Bahkan kita pun tanpa sadar juga sedemikian menyebelkan nya barangkali bagi orang lain jika kita sedang bermasalah pas lagi bad day, lapar, unhappy life, dsb. Tapi, kalau kita merasa normal-normal saja, tidak bermasalah, buat apa sakit hati dan diiyakan ucapan mereka yang ga baik itu? Lagian, apa untungnya menjelek-jelekkan orang lain kalau kitanya sendiri sudah relatif bahagia? 

Tong kosong nyaring bunyinya kak. Tapi kalau kita harus membela harga diri, martabat, reputasi (profesional), pencemaran nama baik, dll. Itu baru lah worth untuk diteruskan kepada pihak-pihak tertentu. Selain itu, apa yang akan kita lakukan adalah namaste atau fuck off (in their face) aja. Hari geini, banyak cara untuk healing and happy-happy kakaak. Sekali-sekali berkebun dan piknik lah bersama si dia. Kita akan jarang sekali stres atau sakit hati. Mereka yang bisa mengontrol dirinya, besar kemungkinan bisa mengontrol atau terarahkan ke lebih banyak hal positif dalam hidupnya. Disiplin dan self acceptance/love itu kunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6