Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Orang tua mengajarkan kepada saya untuk berinvestasi pada benih melalui waktu, relasi sosial, pendidikan, kesehatan yang manfaatnya adalah mentalitas dan spirtualitas saya yang siap menerima tantangan. Karena setiap tantangan dalam hidup yang diterima oleh manusia akan menyingkap karakter diri manusia itu. Hati manusia harus lebih besar dari tantangan yang diterima. Maka ada istilah kebesaran hati. Memiliki kebesaran hati berarti tetap cermat, bijaksana saat mengelola masalah hidup. Bukan sombong. Passion adalah mengenal diri sendiri, mengetahui sungguh-sungguh potensi, talenta yang diberikan Allah serta mau mengembangkannya. Sebab, setiap manusia diciptakan unik, berbeda. Passionnya akan berbeda-beda. Tidak bisa membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tetapi, lihatlah diri kita hari ini dengan diri kita sebelumnya. Apa yang berbeda dan apa yang bertumbuh dalam diri kita sesuai potensi dengan talenta yang Allah berikan. Lalu, bersediakah kita untuk bermanfaat?
Dan saya yakin semua sepakat, pengorbanan selama berwirausaha akan terasa sia-sia, jika tak ada perubahan bermakna yang dilakukan. Hasil berbenah akan menjadi pijakan lentingan ke depan. Bermanfaat, tetapi sesaat, untuk apa? Ini mirip dengan minum parasetamol untuk menghilangkan sakit kepala karena gigi berlubang. Tentu, semuanya pasti dengan catatan. Inilah ruang diskusi yang terus kita buka.
"Kini tercengang pulak lu, melihat gue tau soal bercocok tanam ini". Selalu gitu, klo teman kenal dari kecil tu ya, pasti mulutnya ga berbandrol. Ingat ga? Dulu lu pernah bilang gini ke gue; "apalah bisnis batu, laki elu tu KS...KS...! Batu kan dipecah-pecahkan ee? Buat aapa? Gimana cara mecahkannya? Siapa yang mau kerja begituan? Yang ndak-ndak aja, ha-ha-ha". Padahal ya, elu tu yang bongak, ga tau gunanya batu. Eyy, "batu pecah itu untuk buat aspal, dooodoool!". Dulu pernah juga lu bilang; ngapain buka cafe, KS..., KS? Capek tauuuuk. Kapan masaknya? Emang lu bisa giiituw, buatnya?". "Yah keles, ga sempat bukan berarti ga bisa. Bisalah pasti, asal mao mencoba. Cuma gue enggak pamer kayak bini elu, masak apapun dipamerin, hh kurang kerjaan! Ga bobot banget tau nggak? Gue juga bisa kuq, mulut ga berbandrol tu. Cuma tahan diri. Belum tentu orang yang ga ngerti ukuran besi ga bisa ngerjain rumah. Setiap orang bisa, asal mao mencoba dan terus belajar.
Perlu diingat bahwa tidak selamanya bisnis itu menguntungkan. Memang, siapa yang tidak takut merugi? Karena, suatu hal yang kita lakukan pasti ada dua sisi yang berbeda. Ada sisi negatif dan positif, ada pula kelemahan dan kelebihan, sama hal dengan berbisnis. Ada banyak keuntungan kita punya usaha sendiri, meskipun sudah punya penghasilan tetap. Kalo kita punya usaha sendiri selain pegawe, kita dapat menentukan sendiri mau beli apa, ga diukur-ukur orang. Ya kan?
Ketika bekerja sebagai pegawe saja, kita tidak punya kebebasan untuk menentukan mau kemana kita, mau beli mobil merek apa kita, mau punya apa kita, ga dipertanyakan orang, kita dapat dari mana? Kek gitu-gitu, kan? Pegawe kan, penuh aturan dan harus menyesuaikan diri, tidak boleh flexing. Sementara jika kita memilih untuk berbisnis juga meskipun pegawe, kita sendiri yang menentukan mau umroh kapan, mau bawa anak-anak kemanapun yo terserah, tanpa flexing pun kita bahagia. Ga harus tampil. Saya iya, tiba-tiba ga pernah cerita apa gitu kan ke elu, dah sampai di Madinah aja gue kan baru lu telp gue. Ga semua harus diceritain abcde. Bahkan saat bisnis sudah maju dan memiliki sistem yang baik, kita bisa saja tidak perlu datang ke tempat usaha ini setiap hari dan menunggu laporan dan video saja dari rumah karena tugas telah didelegasikan kepada tim.
Jika diperhatikan, kita hanya bergantung pada gaji bulanan dari orang lain sudah pasti jumlahnya terbatas. Maka dengan membangun bisnis sendiri kita adalah bos bagi orang lain sekaligus diri sendiri, memiliki kewenangan untuk memimpin, membuat peraturan, bertindak apa pun dan sebagainya, sedangkan jika kita menjadi pegawe atau karyawan terus di suatu perusahaan, tentu kita tidak memiliki otoritas penuh, sekalipun sudah bekerja bertahun-tahun dan memiliki jabatan tinggi. Eyy. Didunia kantor, teman kita pasti itu-itu aja. Ga kan jauh dari dunia tikam menikam, dunia saling jatuh menjatuhkan. Dengan punya usaha lain, kita ga melulu mikirin orang-orang busuk. Toh, kita bisa mengenal banyak orang. Kita memiliki banyak kenalan..., karena mau tak mau kita harus belajar untuk bergaul atau bersosialisasi dengan berbagai macam kalangan.
Hal ini juga dapat membentuk karakter diri kita, anak-anak kita...., sehingga keluarga kita bertumbuh akan lebih humbel, mudah mendapatkan pelanggan, klien, rekan bisnis, investor, dan orang-orang penting lainnya. Karena kita terbiasa bergaul dengan segala macam kalangan, enggak yang memilih. Kita juga bebas mengembangkan ide. Sebagai pemilik bisnis, kita tentu dituntut dapat bekerjasama dengan tim dan mendengarkan masukan dari orang lain. Posisi kita sebagai si empunya sangatlah menguntungkan karena berhak menentukan gagasan mana yang sesuai dengan pemikiran, memiliki kebebasan yang lebih untuk mengembangkan ide sendiri. Sehingga kita bisa lebih leluasa dalam mengembangkan ide-ide. Itu broh.
***
Apa yang kamu syukuri dari sebuah pertemuan? Apakah hanya pertemuan itu sendiri sebab pada akhirnya orang-orang yang kamu tunggu tepat ada di hadapanmu? Ternyata tidak hanya itu, sebab sebuah pertemuan bisa membuat banyak cerita terdengar dan tersampaikan, hingga masing-masing dari yang saling bertemu bisa belajar dari satu sama lain tentang sesuatu yang sedang dijalani dari orang lain yang telah selesai melewatinya.
Pepatah bijak pernah mengatakan;
"Duduklah dimeja dimana orang-orang berbicara tentang ilmu dan bisnis, bukan duduk di antara orang-orang yang membicarakan orang lain!".