Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Tentang berdamai dengan diri sendiri, warning. Ini bakal panjang. Akan saya ceritakan seabrek proses saya tentang bagaimana saya berkembang menjadi apa yang saya pikirkan. Akan saya runut versi dan pengalaman saya sejak kecil sampe saya dewasa. Waktu kecil nggak tau apa-apa, taunya main..., dan nggak mikirin dari mana saya bisa ini itu dan dari mana saya bisa punya duit. Udah tamat sekolah, cari duit..., berdamai kalo punya duit. Udah punya duit, baru sadar..., betapa susahnya orang cari duit halal hahaha. Saya jadi tau, bagaimana kejam dan kerasnya hidup ini. Ha, dari situ saya ambil kesimpulan, __bahwa segala apa yg membentuk diri kita, hanyalah diri kita sendiri. Mau seneng..., mau susah..., mau sakit, mau sehat? Ya diri kita sendirilah yang memulainya dan membentuknya. Berdamai dengan diri sendiri adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan usaha yang terus-menerus.Â
Perkenalkan saya KS. Lahir setelah Indonesia merdeka. Artinya, saya terlahir merdeka. Dari kecil..., saya mengenali diri saya..., apa sebenarnya yang saya inginkan..., dan apa yang tidak saya inginkan. Saya benar-benar tahu hal apa yang membuat saya nyaman, dan yang membuat saya tidak nyaman. Saya sadar dan menerima bahwa saya jelas memiliki kekurangan. Dan itu juga dimiliki oleh semua manusia di muka bumi. Saya menerima apa yang selama ini sudah menjadi garis hidup, itu kelebihan saya, nrimo. Ga ngotot. Lebih spesifik seperti hal-hal yang tidak bisa saya kontrol, misalnya saya adalah seorang anak yang terlahir kurus tinggi langsing dada rata, atau di masa lalu saya pernah diejek-ejek kutilang dara ha-ha-ha, "ya udah", emang begitulah adanya. Jadi diri sendiri aajaah! Kalo diceritain disini tentang semua yang amat sangat menyakitkan sih, ini bakal panjang. Masih banyak lagi. Tapi saya selalu lakukan self talk berulang-ulang bahwa; "itu adalah yang Tuhan gariskan untuk saya, saya sudah tidak bisa memperbaikinya, yang saya bisa lakukan adalah memperbaiki diri saya dan masa depan saya" . Proses ini sangat butuh waktu, jadi bersabarlah, kengkawan!
Saya, wanita berkarakter lelaki atau lebih dikenal dengan sebutan tomboy. Mereka yang mengenal saya mungkin sering mengatakan saya pribadi yang keras, humoris, dan tak mengenal kata cinta huahaha. Dan, beberapa orang yang belum mengenal saya seringkali menganggap diri saya seseorang yang pantas untuk dijadikan teman baik. Ya, saya terima semua itu karena mungkin cara penilaian mereka berbeda terhadap saya. Saya memang pribadi yang cukup keras..., akan tetapi dalam hal tertentuu. Contoh ; apabila diri saya, bahkan teman saya digoda atau dijahati orang lain, ha saya bisa melawan penjahat itu. Kayak power rangers gitu, berubaah, wkwka.
Saya juga suka sekali bercanda. Wanita mana yang tidak suka tertawa? Ya, saya memang cukup tomboy. Tapi saya masih tetap seorang wanita. Kalo misalnya dulu, saya dikenal sebagai orang yang tak kenal kata cinta. Kalian salah. Hanya karena saya belum pernah jatuh cinta dan menyatakan bahwa saya mencintai seseorang, kan?. "Geess. Untuk pertama kalinya saya merasakan jatuh cinta. Jatuh cinta kepada seseorang yang belum saya kenal..., tapi sering sekali saya bertemu dengannya. Ini bukan cinta pandangan pertama. Tapi ini adalah cinta perlahan pada hati yang pertama ha-ha. Ingin saya ceritakan pada kalian (teman-teman terbaik) kepada siapa saya sedang jatuh cinta. Mungkin, kalian tak akan percaya jika saya menceritakannya. Dan saya terpaksa memendam perasaan ini diam-diam. Cinta dalam diam ini masih saya pertahankan. Perlahan saya mulai berkenalan dengannya. Seorang pria yang menurut saya sangat menarik hati saya. Saya yakin dia lah cinta pertama saya. Saya rela mengubah diri saya seperti apa yang dia mau. Saya akan mulai mengubah diri saya menjadi lebih baik..., dan pastinya saya mulai belajar menjadi wanita yang feminim". Nah. Itu cerita KS eSeMPe, ahahaa. Serius amat, teman-teman yang mendengarnya waktu itu. Tapi bo'oong. Lha, orangnya ga ada, cuma dongeng doang. Hasilnya baru berhasil setelah pulang kampung pas tamat kuliah, teman-teman saya menyadari perubahan saya. Sejak saat itu, teman-teman saya mulai curiga kepada saya, kenapa saya bisa berubah seperti ini? Peyempuan yang dulunya sangat tomboy berubah menjadi super feminim? Oh my God. Satu persatu datang kepada saya, menanyakan apa yang membuat saya berubah. Dengan santai saya menjawab bahwa saya sedang mencintai seseorang ha-ha-ha. Dan, sudah saya duga bahwa teman-teman eSeMPe saya pasti menertawakan saya dan tak percaya pada saya. Setelah itu saya jelaskan pada teman-teman saya, kepada siapa saya jatuh cinta. Now, sudah jadi suami.
Respon mereka waktu tu cukup positif karena saya telah berubah menjadi lebih baik. Akan tetapi..., di sisi lain teman saya berkata, "aku telah salah mencintai seseorang. Orang yang sedang kucintai saat ini telah memiliki pasangan dan yang terpenting dia sama sekali tak tertarik dengan orang seperti saya. Di situ perasaanku mulai kacau dan pupus sudah harapanku. Aku kecewa dan tak tau harus berbuat apa. Aku telah salah mencintai seseorang, aku mengubah apa saja yang jelas-jelas itu hanya perbuatan yang sia-sia. Aku merasa kehilangan jati diriku". Dengan cepat, saya memberinya semangat dan banyak sekali motivasi.Â
Hari demi hari dia mulai berubah menjadi dirinya yang apa adanya. Dan dari situ dia mulai merasakan cinta, katanya. Cinta kepada seorang teman. Teman yang selalu menerimanya apa adanya dan memberinya motivasi, xixixi. Dan dia sadar, bahwa cinta bisa datang dari mana saja. Di sini dia temukan cinta. Cinta yang sangat indah tanpa harus mengubahnya. Ini bukan filem India ya. Sebenernya, saya senang memotivasi orang  lain agar menjadi lebih baik, dan agar lebih bersahabat aja dengan dirinya sendiri. Ya, belajar menerima keadaan..., juga berdamai dengan dirinya sendiri. Akhirnya, kita sama-sama belajar menghadapi dan menerima...,__bahwa tidak semua hal bisa kita miliki. Sudah di fase itu.
Jika sudah menerima keadaan atau yang sering dikenal dengan istilah TAKDIR maka saatnya BANGKIT. Raihlah mimpi, optimislah dalam menjalani hidup.., belajarlah memperbaiki diri sedikit demi sedikit walaupun hanya 1% sehari. Lakukan hal-hal kecil yang membuat kita bahagia. Jalani hidup dengan bahagia dan rasa syukur. Berdamai dengan diri sendiri adalah keadaan saat kita sudah mampu menerima semua hal yang ada di dalam diri dan kehidupan kita, mulai dari kelebihan..., kekurangan..., luka batin, bahkan kesalahan yang kita buat di masa lalu. Tahap berikutnya, mulai mencari hal-hal baru untuk mengalihkan emosi dan membangun mood kembali.Â
Kadang yang buwat kita jadi susah berdamai dengan diri kita sendiri adalah diri kita sendiri. Selalu membandingkan diri dengan orang lain..., selalu merasa ingin jadi pemenang dalam segala hal..., padahal mungkin yang kita butuhkan itu adalah berdamai, menerima diri kita sendiri sepenuhnya dan selalu berusaha menjadi pendengar yang baik untuk diri kita sendiri juga.Â
Beberapa bentuk dari berdamai dengan diri sendiri ialah selalu bersyukur dengan apa yang sudah kita capai..., tidak membanding-bandingkan hasil pencapaian diri sendiri dengan orang lain..., dalam konteks tidak berlebihan. Tentu terkadang kita perlu membandingkannya dengan orang lain/kompetitor sebagai bahan evaluasi saja, dan memaafkan segala kekurangan dan kekecewaan dimasa lalu.
Pernah kecewa? Pasti. Kita hidup selalu berurusan dengan orang lain. Kecewa itu wajar. Setiap manusia pasti pernah mengalami rasa kecewa dan sedih dalam hidupnya. Sekali pun orang-orang tersebut telah sukses dan memiliki kebahagiaan atas apa yang dimilikinya saat ini, ia pasti juga pernah merasakan kedua perasaan tersebut. Bohoong..., kalo ada manusia seumur-umur tidak pernah merasakan kecewa.Â
Saya tidak berpura-pura tidak merasakannya, karena hal itu hanya menunda diri saya melaluinya. Saya berusaha untuk memahami rasa kecewa. Saya juga mencoba untuk menghadapi perasaan tersebut dengan baik..., dan tidak berusaha menghindarinya atau berpura-pura tidak merasakan hal itu. Awalnya memang merasa down. Marah dengan orang yang mengecewakan tersebut, menyalahkan.., dan mengorek semua hal buruk tentangnya. Kemudian akan ada fase mulai menyalahkan diri sendiri. Seperti ada tawar menawar dalam diri "Saya yang salah atau dia yang salah?". Introspeksi. Akhirnya saya memberi diri saya waktu untuk memproses perasaan tersebut dan melakukan sesuatu atasnya, sebagai bagian dari berdamai dengan diri sendiri. Ini proses.