Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Saya belajar mengelola perasaan. Dan saya tahu..., kapan harus mendengarkan kata orang, dan kapan saya harus mengabaikannya. Dibicarakan orang memang tidak menyenangkan. Tapi tak bisa dipungkiri, apa pun yang saya lakukan dalam hidup ini pasti akan selalu memancing komentar orang. Punya masa lalu kelam..., dicela. Berubah jadi baik..., dibilang sok alim. Masih di titik nol, dicibir. Jatuh bangun, dicemooh. Eh giliran sukses lagi, lagi-lagi di chat, apa kabar ketua, dimana buk boss? Hahaha, mang lawak-lawak di dunia ko.Â
Dalam hidup, semua orang mengharapkan yang terbaik, tetapi juga harus menyiapkan diri jika skenario terburuk terjadi. Saya melatih diri dengan menciptakan jarak emosi (detachment) yang sehat terhadap hal-hal di sekitar saya. Karena kalau saya cermati, sebetulnya tidak ada yang permanen dalam hidup ini. Dunia dan segala isinya hanya pergiliran. Tidak ada yang menetap selamanya dalam kehidupan. Sedih, kecewa, bahagia, sempit dan lapang, semua hanya pergantian-pergantian. Tidak ada jaminan pasti keberlangsungan hal-hal ini dalam hidup kita.Â
Berjarak secara emosi tidak menjadikan kita manusia yang dingin dan tidak peduli. Malah sebaliknya. Karena tahu betul apa yang kita miliki sekarang, orang-orang yang ada di kehidupan kita sekarang, bisa hilang atau pergi kapan saja, ini mendorong kita semakin menghargai dan tidak menyia-nyiakan mereka selagi masih ada dalam hidup kita.
Saya jarang mau terpengaruh oleh omongan orang. Paling saya ketawa aja, ga marah. Dari dulu..., saya emang nyaman jalan sendiri, eh dikira janda, wkwka. Trus suami saya sewa sopir, tiap sebentar saya ganti, yang karena telat bangun lah, terlalu mahal buat saya sewa sopir hanya untuk masukin mobil ke jalan-jalan berlubang tanpa sengaja. Akhirnya ya, sopir ganti-ganti, lagi-lagi di cap pendosa. Sebenernya lu maunya apasih? Mau saya gorok leher lu dengan sekali tebas AhahHa.
Dulu banget ya, saya jalan sendiri pas masih tomboi-tomboinya, lu tuduh nggak laku kan? Haa, sudah laku, masa sih Rafil mau sama KS. Udah menikah, saya lambat punya anak hanya karena gara-gara kerja beda kota dibilang ndak pandai buat anak. Trus saya berhenti kerja, bongak mau berkorban karir demi suami. Owalaah le...le. Ubur-ubur ikan lele, pokoknya saya ndak peduli omongan orang le....
Saya balas semua itu dengan pelukan dan perubahan. Marah bagi saya, bisa ilang dalam sekali peluk. Haha. Saya mengalami perubahan fisik dan penampilan, hsst..., ada yang pangling ga percaya. Masa sih KS se feminim ini? Sampai-sampai ada teman sekolah dasar saya dulu sempat ketemu saya pas saya sudah pake rok span. Rambut dah panjang, dan pake kaca mata reben. Ha, dia beneran nelp adek saya saking penasarannya. "Bah, allow Rodik...dik...,dik. Itu beneran Ni KS yang pake rok span barusan lewat depan kedai ai". Sampai segitunya orang sama saya  ya wooyy. Padahal ya biasa aja, kan? Kerja bank ya pake gitulah, colak sikiit, biar tambah maniest. Hhmm, dulu saya di Body shaming..., face shaming. Sudah itu tercengang-cengang pulaak. Kok bisa berubah, sih KS. Satria baja hitam aja berubah, masa sih saya jadi anak perempuan badung selamanya? Sungguh, berharap selamat dari omongan orang itu mustahil. Jika saya tidak bijak menyikapi komentar miring, habislah saya.
Omongan orang memang tak ada habisnya. Itulah kenapa sesekali perlu cuek dan masa bodoh. Rasa cuek memang identik dengan "bodo amat". Dan ini menjadi salah satu garis pertama yang bisa saya lakukan. Karena saya menyadari bahwa belum tentu apa yang dikatakan orang lain itu benar. Jadi, daripada saya bersusah payah memikirkan segala kemungkinan tersebut, lebih baik fokus untuk melakukan hal yang memang benar adanya. Karena semua yang diucapkan orang lain hanya menjadi batu sandungan untuk menghalangi saya. Semua tidak akan masuk dalam pikiran dan membuat saya memikirkannya. Bukankah yang tahu tentang kemampuan diri kita adalah diri sendiri?
Ya. Saya menghargai pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur. Itu adalah hubungan yang sehat dengan orang lain. Bagaimana hubungan yang sehat itu? Hubungan yang sehat telah menjadi cerminan dari kedamaian batin saya. Saya telah belajar bahwa hubungan yang baik tidak memerlukan saya untuk kehilangan diri sendiri. Sebaliknya, hubungan tersebut memungkinkan saya untuk tumbuh dan berkembang bersama.
Saya pernah menanyakan kepada orang lain bagaimana saya sendiri didepan mereka.
Mereka bilang saya looks good aliass beautiful, ha ha ha. Pintar. Dewasa. Lucu. Baik (it's relative). Akrab. Lawak. Hangat. Pekerja keras. Idealis. Not care about style dan sejenisnya. Polos. Tegas. Haa..., apa yang mereka bilang lagi? Tidak sabaran alias tidak suka dengan orang yang tele-tele, hehe. On time ya on time. Ketemu disini ya disini, klo di sana ya disana. Masih sulit mengontrol emosi. Garang, keliatannya. Lemah dalam hal fisik dan parahnya dikira dulu kurus karena makan hati, atau jangan-jangan penyakitan, wkkwkwaa. Ok itu saja yang mereka lihat dari sudut pandangnya sendiri. Ada yang benar ada yang tidak. Namanya juga persepsi. Tapi siapa yang lebih mengenal saya lebih baik? Saya sendiri.
Mengedepankan berbagai topik pembicaraan yang sering dikomentari orang, saya menerima trik terjitu dalam menghadapi hal-hal yang tak menyenangkan dalam hidup. Saya akan membongkar tips agar menjadi pribadi yang tidak mudah sakit hati saat mendengar kritik atau penilaian orang, juga rahasia hidup bahagia tanpa memusingkan komentar miring. Semua diperkaya dengan dasar rujukan dan kisah teladan inspiratif yang menghangatkan.