Sebentar lagi mau Idul Adha alias Lebaran Haji. Di sepanjang jalan raya yang saya lewati mulai dari Depok sampai Jakarta sudah banyak berdiri kandang-kandang sementara untuk menampung hewan kurban. Ada yang dibangun khusus untuk menampung sapi, ada yang hanya untuk kambing atau domba. Ada juga yang digabung sapi dengan kambing atau domba.
Sudah jadi kelaziman di Jakarta dan sekitarnya, setiap menjelang Idul Adha, pemandangan di jalanan pasti akan diisi oleh bangunan darurat yang dibuat dari bambu yang disambung-sambung. Kandang-kandang yang sudah diisi dengan hewan ternak biasanya akan dijaga oleh beberapa orang penjaga yang standby 24 jam. Mereka akan melayani pembeli sepanjang hari.
Video yang Saya angkat dalam artikel ini sebetulnya kejadian lama, tepatnya pada Idul Adha tahun 2018 di masjid kompleks tempat tinggal saya di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Saya saat itu ikut menyumbangkan satu ekor kambing untuk kurban. Setelah semua kambing disembelih, panitia mulai konsentrasi untuk menyembelih sapi yang jumlahnya mencapai 12 ekor.
Satu per satu sapi digiring oleh panitia dari tempat mereka diikat sampai ke tempat penyembelihan. Beberapa pria yang masih muda dan kuat sudah ditugaskan untuk menjatuhkan sapi. Setelah sapi terjatuh baru "algojo" bertugas mengakhiri hidup si sapi dengan golok yang sudah diasah setajam mungkin. Proses penyembelihannya lumayan cepat, kurang lebih 5 menit. Bagian yang paling lama dari seluruh rangkaian penyembelihan tersebut adalah menjatuhkan sapi ke tanah.
Hampir semua sapi yang disembelih hari itu memiliki sifat penurut sehingga proses merobohkan badannya ke tanah berlangsung tanpa perlawanan yang berarti. Sat-set begitu semua tali sudah melingkari badan sapi, para petugas yang merobohkan sapi tinggal menariknya saja. Seketika itu juga si sapi kehilangan keseimbangan dan langsung jatuh ke tanah.
Tibalah sapi terakhir yang masih relatif muda, dengan ukuran badan yang terbilang kecil. Dari tempat dia diikat sapi ini masih memperlihatkan kepatuhan. Diiringi oleh petugas, sapi ini berjalan dengan tenang menuju tempat eksekusi yang berada di sisi bagian depan masjid. Begitu sampai di depan pohon yang menjadi tumpuan utama untuk melumpuhkan kekuatan sapi, gelagat sapi masih terlihat tenang.
Ketika para petugas mulai melemparkan tali ke sisi kiri dan kanan sapi, hewan ini tetap berdiri dengan tenang meskipun matanya mulai menunjukkan tanda-tanda takut. Perlawanan mulai muncul ketika tali-tali yang dilempar tadi gagal menjerat kakinya, tetapi mengikat perutnya. Mungkin karena merasa perih karena terlilit tali, sapi ini langsung berontak dan menunjukkan perlawanan.
Sapi mulai panik ketika warga yang tadinya hanya menonton dari jauh mulai mendekat. Sapi pun mulai melompat dan memutari pohon yang menjadi tumpuan tali utamanya. Sapi terus bergerak, seperti hendak membebaskan diri. Beberapa berputar dan melompat. Suasana terasa agak panik juga meskipun sapi ini ukuran badannya terbilang kecil.
Ketika sapi ini sedang mengamuk, lewatlah salah satu takmir masjid yang biasa dipanggil Pak De persis di antara tali-tali yang hendak ditarik oleh para petugas. Begitu Pak De melintas, sapi ini pun mengamuk dan melompat agak jauh dengan kecepatan tinggi. Tali yang dipegang oleh petugas ikut ketarik dan menyeret tubuh Pak De yang sudah renta.
Panitia yang sibuk untuk merobohkan sapi pun kaget karena dalam sekejap, tubuh Pak De sudah terseret mengikuti arah gerak sapi. Pak De jatuh dalam posisi terbaring. Tubuhnya terlihat tidak bergerak sama sekali. Sandalnya terlempar jauh, tangannya terluka, dan kakinya tergores oleh tali.
Sebagian panitia langsung mengevakuasi Pak De ke dalam masjid, yang lainnya tetap pada tugasnya masing-masing. Setelah Pak De dievakuasi, sapi pun berhasil dirobohkan. Dan hanya dalam hitungan menit, golok sang algojo langsung mendarat di leher sapi. Dua kali tarikan darah pun muncrat dari leher sapi ini.
Depok, 17 Mei 2024.