Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Musik Lesung Mengiringi Perjalanan Naik ke Candi Keraton Ratu Boko Yogyakarta

24 Juni 2024   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:34 748 3 2

Musik Lesung Mengiringi Perjalanan Naik ke Candi Keraton Ratu Boko Yogyakarta


Tiket masuk ke objek wisata Candi Keraton Ratu Boko per orang Rp 40.000 (empat puluh ribu rupiah). Kami berempat sepakat untuk masuk dan naik ke kawasan candi yang cukup luas dengan jalan yang menanjak menuju lokasi itu.

Dokpri
Dokpri
Candi Keraton Ratu Boko sudah ada sejak tahun 792 Masehi. Lokasi candi berada di perbukitan dengan ketinggian mencapai 196 meter di atas permukaan laut (dpl).

Objek wisata Candi Keraton Ratu Boko menyajikan panorama yang menawan. Berhubung lokasi terletak di perbukitan, para pengunjung dapat menyaksikan pemandangan Kota Yogyakarta yang cukup menarik.

Baca juga: Menyaksikan Rusa Diliarkan di Lapangan Sriwedari Solo Jawa Tengah

Wisatawan yang ingin menyaksikan suasana matahari terbenam diharapkan datang sekitar pukul 17.00 WIB agar tidak terlalu lama menunggu. Itu pun bergantung pada cuaca. Saat cuaca cerah tentu dapat menyaksikan saat-saat matahari akan terbenam. Namun, jika cuaca sedang mendung atau hujan tentu perlu menjadkan hari lain untuk berkunjung ke sana.

Pengalaman Naik ke Candi Keraton Ratu Boko

Pada hari Minggu (23/6/2024) kami berkunjung ke objek wisata yang berada pada perbukitan itu. Udara sejuk kami rasakan begitu memasuki kawasan wisata yang sudah cukup dikenal dan selalu dikenalkan oleh pengelola objek wisata. Umumnya ada paket terusan saat wisatawan datang ke Candi Prambanan. Ada tiket dijual dengan mengunjungi dua objek wisata, yaitu Candi Prambanan dan Candi Keraton Ratu Boko.

Dokpri
Dokpri
Supaya memahami apa saja yang ada dalam kawasan Candi Keraton Ratu Boko, pengunjung perlu mempelajari atau membaca peta (denah) yang terpampang di dekat pintu masuk atau di tempat lain. Dengan membaca peta, pengunjung akan mengetahui nama-nama lokasi dan posisi lokasi yang dimaksud.

Baca juga: Berkunjung ke Masjid Terbesar di Kota Solo Pada Hari Minggu Siap Berjalan Kaki Jauh

Ketika kami sudah membeli tiket, kemudian masuk melalui pintu naik, suhu sejuk semakin kami rasakan. Berhubung ada tangga (undakan) yang harus kami lalui, langkah-langkah kaki tidak dapat cepat. Kami perlahan-lahan menaiki anak tangga demi anak tangga. Terkadang berhenti sebentar untuk mengatur napas.

Sebelum melanjutkan perjalanan ke bagian lebih atas, kami singgah terlebih dahulu untuk menjalankan kewajiban pada tengah hari. Sambil menunaikan ibadah, saya ada kesempatan untuk menambah isi baterai ponsel (men-charger). Setelah beberapa saat kami berada di tempat ibadah yang cukup nyaman, perjalanan pun dilanjutkan.

Musik dengan Lesung Alat Penumbuk Padi 

Suara musik tradisional terdengar cukup nyaring. Kami pun mendatangi para pemain musik dan seorang penyanyi yang cukup ramah menyapa para pengunjung.

Saya melakukan perekaman aksi para pemusik yang cukup bersemangat memukul lesung dengan alu (antan) yang menghasilkan suara berirama enak didengarkan. Seorang penyanyi melantunkan lagu berbahasa Jawa dengan cukup fasih. Saya cukup memahami arti atau makna syair lagu yang didendangkan tersebut.

Hanya sebentar saya melakukan perekaman aksi para pemusik itu. Saya dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju puncak atau bagian paling atas candi Keraton Ratu Boko. Suara musik itu mengiringi perjalanan kami naik ke atas candi. Langkah-langkah kaki kami cukup mantap karena ingin segera mencapai bagian puncak (lokasi paling atas). 

Dokpri
Dokpri
Untuk mengetahui bagaimana irama musik dengan menggunakan lesung (tempat padi ditumbuk) dan alu (alat penumbuk padi), silakan memutar video yang disertakan dalam tulisan ini. Semoga Anda terhibur.***

Ditulis di rumah ibunda di Klaten, 24 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2