Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Aktivitas di Ruang Tunggu Bandara ketika Menanti Panggilan Naik ke Pesawat

6 Juli 2024   20:52 Diperbarui: 7 Juli 2024   04:50 1016 6 4

Aktivitas di Ruang Tunggu Bandara ketika Menanti Panggilan Naik ke Pesawat

Kegiatan atau aktivitas apa yang dapat dilakukan ketika berada di ruang tunggu bandara? Anda yang sering bepergian menggunakan transportasi pesawat udara tentu sudah dapat merancang, kegiatan apa saja yang perlu dilakukan sambil menunggu panggilan untuk naik ke atas pesawat.

Dokpri
Dokpri
Umumnya para calon penumpang pesawat tiba di ruang tunggu bandara tiga atau dua jam sebelum jadwal penerbangan sesuai yang tercantum dalam aplikasi saat membeli tiket pesawat. Ada pula yang baru datang satu jam sebelum pesawat take off. Tentu semua mengandung risiko atau konsekuensi.

Jika kita datang terlalu awal, kita harus pandai-pandai mengisi waktu menunggu agar waktu yang tersedia bermanfaat dan tidak membosankan. Jika kita datang ke bandara dalam waktu yang mepet, kita perlu bergerak cepat mengingat jalan yang harus dilewati cukup panjang dan perlu waktu tidak sebentar.

Berangkat Lebih Awal Banyak Waktu di Bandara

Saya dan istri tercinta berangkat dari rumah ibunda di Klaten mendekati pukul setengah lima pagi (Selasa, 2/7/2024). Sengaja kami berangkat lebih awal agar tidak tergesa-gesa saat tiba di bandara. Menurut jadwal yang tertera dalam aplikasi, jam terbang pukul 09.45 WIB. Perjalanan dari Klaten ke bandara YIA di Kulon Progo sekitar dua jam. Jika berangkat pukul setengah lima, berarti pukul setengah tujuh sudah tiba di bandara. Berhubung kami singgah sebentar di SPBU dan swalayan, hampir pukul tujuh kami baru tiba di bandara.

Biaya Wrapping satu tas Rp 75.000 (dokpri)
Biaya Wrapping satu tas Rp 75.000 (dokpri)
Masih ada waktu cukup lama untuk berleha-leha di ruang cek-in. Sebelum melakukan cek-in, terlebih dahulu kami "membungkus" satu tas (bukan koper) yang berbiaya Rp 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah). Petugas melayani kami dengan santun. Tas yang tidak terlalu besar itu perlu "dibungkus" (wrapping) untuk menjaga keamanan dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.

Satu tas yang di-wrapping (dokpri)
Satu tas yang di-wrapping (dokpri)
Untuk dimasukkan ke dalam bagasi, tas tersebut perlu "diselimuti" agar kami merasa tidak khawatir meskipun isi tas hanyalah pakaian biasa. Selain tas, ada satu kardus yang kami ikat ala kadarnya. Sengaja tidak kami ikat secara rapi agar aman. Orang yang melihat kardus itu akan berpikir seribu kali untuk "mengganggu" karena tampilannya kurang menarik. 

Satu kardus dibungkus acak-acakan (dokpri)
Satu kardus dibungkus acak-acakan (dokpri)
Kami tidak langsung melakukan cek-in setelah selesai "menyelimuti" tas yang tidak terlalu besar itu. Loket untuk cek-in belum buka saat kami tiba di tempat duduk dekat ruang untuk cek-in. Saya perlu mencetak boarding pas atau tiket untuk naik ke pesawat. Saya paling malas melakukan cek-in dengan aplikasi (cek-in online). Hal itu akan merepotkan pada saat pemeriksaan tiket. Ponsel harus disodorkan kepada petugas dan dilakukan pencatatan. Jika baterai atau sinyal internet lemot tentu akan menimbulkan masalah. 

Hal itu yang  membuat antrean menjadi lama. Berbeda dengan tiket cetak. Ketika para penumpang membawa tiket cetak, petugas tinggal menyobek tiket tersebut dan tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk mencocokan nama pada tiket dengan nama pada KTP.

Teh hangat (dokpri)
Teh hangat (dokpri)
Sambil menunggu waktu cek-in (memasukkan barang bagasi melalui petugas), saya sempat mencari minuman hangat (teh) di salah satu "warung" di sana. Untuk mendapatkan satu cangkir teh hangat ternyata perlu waktu lebih sepuluh menit. Ada antrean dan proses pemasakan air untuk dibuat minuman teh itu.

Bekal dari Klaten (dokpri)
Bekal dari Klaten (dokpri)
Sebelum memasukkan barang bagasi, saya sempat pula menikmati nasi dan lauk tahu bacem yang disiapkan dari rumah ibunda Klaten. Saya menyantap nasi secukupnya. Sekitar separuh dari isi tempat makan tersebut.

Tiket cetak (dokpri)
Tiket cetak (dokpri)
Selanjutnya, dengan membawa dua lembar tiket cetak, dua KTP dan dua barang yang akan dimasukkan ke dalam bagasi, saya antre bersama calon penumpang lain. Antrean ada beberapa lajur. Saya memilih lajur yang paling sedikit orang yang antre dan barang yang ada pada troli mereka.

Antre memasukkan bagasi (dokpri)
Antre memasukkan bagasi (dokpri)

Sambil antre, tidak lupa saya melakukan swafoto untuk kenang-kenangan. Daripada berdiri bengong, lebih baik beraksi yang dapat mengalihkan rasa jenuh. 

Setelah proses memasukkan barang bagasi selesai, saya dan istri tercinta tidak terlalu terburu-buru untuk segera masuk ke ruang tunggu.

Kami duduk-duduk sebentar baru kemudian berjalan pelan-pelan menuju ruang pemeriksaan barang tentengan. Lokasi untuk antre tampak dibuat berputar-putar untuk memecah antrean. Orang-orang harus berjalan agak jauh untuk mencapai tempat pemeriksaan barang tentengan dan tentu saja benda-benda yang menempel pada tubuh juga diperiksa melalui X-Ray

Ketika sudah melewati pintu pemeriksaan, kami berdua masih harus berjalan melewati area "pasar bandara". Jalan dibuat agak melingkar (banyak tikungan dan belokan) dan setiap belokan ada "warung bandara".

Ketika melewati toilet, istri tercinta ingin ke sana. Nah, saya ditinggal seorang diri di tengah perjalanan menuju ruang tunggu (Gate 2A). Agar tidak salah tingkah, saya pun mencari spot yang menarik untuk berswafoto.  

Dokpri
Dokpri

Banyak spot yang bagus untuk berfoto. Tulisan dan benda-benda yang menjadi ciri khas Yogyakarta terdapat di sepanjang jalur menuju ruang tunggu penumpang pesawat.

Dokpri
Dokpri

Tulisan JL. Malioboro dan YIA cukup menarik untuk dijadikan latar dalam berswafoto. Selain itu, tulisan lain yang mencirikan Yogya juga ada. Saya pun menyempatkan waktu untuk berswafoto dengan latar tulisan Bakpia tersebut.

Dokpri
Dokpri

Setelah istri tercinta keluar dari toilet, kami pun berjalan beriringan menuju ruang tunggu Gate 2A. Jalan atau jalur berliku masih harus kami ikuti. Beberapa "Warung" dan toko masih ada beberapa yang harus kami lewati.

Merekam Pesawat yang Baru Tiba

Ketika berada di ruang tunggu sudah banyak calon penumpang yang duduk di sana. Penerbangan pagi memang lebih baik daripada penerbangan siang atau malam. Dengan berangkat pagi, banyak waktu dapat dimanfaatkan setelah tiba di tempat tujuan.

Dokpri
Dokpri
Mengingat waktu terbang masih beberapa saat lagi, saya pun banyak memotret objek-objek yang ingin saya abadikan. Pada saat kami berdua duduk pun saya sempatkan untuk berfoto.

Menunggu hanya duduk-duduk tentu kurang kreatif. Dari sisi kanan kami ada kaca cukup lebar untuk melihat suasana di tempat pesawat berhenti dan siap untuk diisi penumpang.

Dokpri
Dokpri
Ketika saya memprediksi bahwa pesawat yang berhenti di dekat Gate 2A adalah pesawat yang akan membawa kami terbang ke Balikapapan, saya pun mendekati dinding kaca. Aksi merekam pun saya lakukan. Saya sempat merekam saat garbarata bergerak mendekati pintu masuk dan keluar pesawat. Para penumpang yang keluar dari pintu pesawat dan berjalan di garbarata sempat pula saya rekam.

Silakan menyaksikan hasil rekaman dan narasi dengan suara asli saya dalam video yang disertakan dalam tulisan ini. Semoga berkenan. Terima kasih. ***

Penajam Paser Utara, 6 Juli 2024

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3