Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Sumpah Seorang Suami yang Menjadi Kenyataan: Abimanyu Ranjab
Seorang suami bersumpah dan menjadi kenyataan, itulah inti cerita pertunjukan wayang orang (WO) yang dipentaskan pada hari Rabu (25/6/25) di Gedung Sriwedari Solo, Jawa Tengah.
Pertunjukan WO tersebut terdiri atas beberapa babak. Pada setiap babak diberi keterangan atau deskripsi pada layar yang berada di sebelah kiri panggung pertunjukan.
Kisah diawali dengan penampilan Abimanyu dengan Dewi Utari, istri tercintanya. Dalam adegan itu, sang istri meragukan cinta Abimanyu. Untuk menunjukkan rasa cintanya, Abimanyu bersumpah bahwa dirinya akan dihujani anak panah saat Perang Baratayudha jika tidak mencintai Dewi Utari.
Babak di Pihak Kurawa
Dalam cerita WO yang mengangkat kisah Mahabharata, selalu ada babak di pihak Pandawa dan babak di pihak Kurawa. Keduanya merupakan musuh bebuyutan yang tidak pernah bisa akur.
Pada babak di pihak Kurawa, ditampilkan adegan Duryudana yang sedang berduka karena Resi Bisma gugur. Ada di hadapannya Patih Sengkuni, Resi Durna, dan Prabu Gurdapati, serta Wisraya.
Dalam pertemuan itu, Resi Durna menyampaikan kesediaan dirinya untuk menjadi senopati Astina dalam perang Baratayudha. Perang itu merupakan perang besar di Padang Kurusetra.
Pelantikan Resi Durna menjadi senopati perang pun dilakukan. Ada prosesi pengukuhan sebagai senopati perang yang dilakukan secara sederhana.
Prabu Duryudana melantik Resi Durna disaksikan oleh Patih Sengkuni, Prabu Gurdapati, dan Wisraya. Dengan pelantikan tersebut, genderang perang pun dimulai.
Perang dimulai dengan taktik dan strategi yang dikomandoi oleh Resi Durna. Penonton yang sulit membedakan nama-nama tokoh dalam WO, dapat melihat atau menandai warna pakaian dan aksesori yang dikenakan.
Secara sepintas, pakaian yang dikenakan para pemain WO itu sama persis. Namun, dengan kejelian mata, kita dapat membedakan dari segi warna pakaian dan aksesori yang dikenakan pemain.
Dalam pertunjukan WO pada tanggal 25 Juni 2025 itu menonjolkan taktik yang dilakukan Kurawa untuk mengalahkan Pandawa. Ada formasi perang yang disebut Cakra Byuta.
Prabu Puntadewa yang turun di medan laga akhirnya terkepung dengan taktik perang yang dijalankan pihak Kurawa. Prabu Puntadewa sangat sulit meloloskan diri dari kepungan musuh.
Babak yang Mengharukan
Babak di taman selalu membawa kesejukan. Taman kaputren, yaitu taman kaum wanita. Dalam babak ini, ada adegan dua istri Abimanyu sedang berada di taman.
Pada saat dua istri Abimanyu sedang berada di taman, datanglah suami mereka. Tentu saja kedatangan itu membuat kedua istri itu bersuka cita.
Abimanyu menceritakan kegundahan hatinya atas perang Baratayudha yang sedang berlangsung. Kedua istrinya mendengarkan penuturan suami mereka dengan bijaksana.
Pada saat ketiganya sedang asyik bercengkerama, datanglah sesorang di hadapan mereka. Ada kabar tidak baik disampaikan. Abimanyu pun merasa kaget atas kabar yang diterimanya itu.
Di medan perang, Abimanyu dihujani anak panah dari pihak Kurawa. Sumitra sempat terkena serbuan anak panah sehingga meninggal.
Berhubung tidak ada pengemudi kereta, akhirnya Abimanyu turun dari kereta. Selanjutnya, kuda yang membawa kereta itu ia naiki untuk melanjutkan perjuangan membebaskan Prabu Puntadewa.
Rupanya kesialan demi kesialan dialami oleh Abimanyu. Setelah Sumitra tewas dihujani oleh anak panah, kuda yang dinaiki pun tewas oleh anak-anak panah yang dilancarkan pihak Kurawa.
Akhir Cerita yang Memukau
Selanjutnya, dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, sampailah Abimanyu ke tempat Prabu Puntadewa yang masih dikepung oleh musuh. Dengan keahliannya mengecoh lawan, Abimanyu berhasil membebaskan Prabu Puntadewa.
Namun, setelah itu, justru Abimanyu yang menjaid bulan-bulanan. Ia dikepung dalam lingkaran menggantikan posisi Prabu Puntadewa. Dengan pertarungan yang tidak seimbang itu, akhirnya Abimanyu dapat dibunuh beramai-ramai.
Adegan Abimanyu yang dibunuh dalam posisi berdiri di atas, sungguh menjadi atraksi yang menarik. Sumpah yang pernah ia ucapkan kepada istrinya terjadilah. Abimanyu meninggal di medan pertempuran Baratayudha.
Pesan untuk Penonton
Cerita yang menarik selalu memuat pesan moral yang tidak boleh diabaikan. Seseorang yang bersumpah insya Allah akan dikabulkan Yang Maha Kuasa. Apalagi sumpah itu mengandung kepalsuan atau kebohongan.
Sekuat atau sehebat apa pun seseorang, jika ia berbohong dan mengucapkan sumpah, insya Allah ia akan termakan oleh sumpahnya tersebut.
Ditulis di Penajam Paser Utara, 15 Juli 2025