Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Manfaat Suvenir Kipas Tangan dalam Resepsi Pernikahan di Gedung Pertemuan
Siang hari cuaca panas. Acara resepsi pernikahan yang dilaksanakan di gedung tanpa alat pendingin ruangan (AC) tentu harus diantisipasi. Kipas angin yang disediakan umumnya tidak sanggup mengusir udara yang panas. Pintu yang terbuka lebar juga tidak sanggup membuat angin leluasa masuk ke dalam gedung.
Dalam acara resepsi pernikahan yang saya hadiri pada hari Sabtu (9/8/25) udara terasa cukup panas. Para tamu yang berada di dalam gedung tampak tidak tenang dalam duduk. Apalagi ada anak-anak yang ikut dibawa orang tuanya menghadiri acara tersebut.
Suvenir Kipas sangat Bermanfaat
Para tamu undangan yang hadir diberi suvenir berupa kipas tangan plastik. Hanya ada satu macam suvenir. Tidak ada pilihan suvenir lain.
Pada saat cuaca terasa panas, kaum wanita yang mengambil suvenir kipas dapat memanfaatkannya untuk mengipasi wajah agar mengurangi udara yang tidak nyaman.
Sambutan Kepala Desa Kurang Diperhatikan
Berhubung udara terasa cukup panas, para tamu yang duduk sudah lama merasa gelisah. Ada yang sibuk berkipas-kipas. Ada yang sibuk mengawasi anak-anak yang dibawanya. Ada pula yang asyik mengobrol.
Saat itu ada sambutan kepala desa (biasa disebut Pak Lurah). Padahal, ada informasi sebelumnya bahwa keluarga dari trah Sastro Martoyo diminta bersiap naik ke atas pelaminan untuk berfoto bersama mempelai.
Pada saat anggota trah Sastro Martoyo (termasuk saya) sudah berada di dekat panggung, tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa Pak Lurah Desa Blimbing akan memberikan sambutan.
Kami yang sudah beada di dekat panggung terpaksa menepi ke dekat dinding. Ada sebagian yang berdiri di jalur atau gang di antara kursi para tamu undangan.
Kesempatan itulah saya gunakan untuk merekam suasana di dalam gedung pertemuan, termasuk merekam suara Pak Lurah yang sedang memberikan sambutan.
Bahasa Jawa yang digunakan dalam sambutan Pak Lurah itu cukup saya mengerti. Namun, saya kurang biasa menggunakan atau mengucapkan dengan kata-kata kromo seperti yang digunakan Pak Lurah.
Mungkin suara Pak Lurah kurang nyaring sehingga para tamu undangan kurang tertarik untuk menyimak pidatonya tersebut. Hal itu perlu dimaklumi karena kalimat-kalimat yang sudah "pakem" yang disampaikan. Para tamu undangan mungkin sudah hafal atau terbiasa mendengarkan kata-kata sambutan serupa di tempat lain.
Memilih Suvenir yang Tepat
Keluarga pengantin (khususnya kedua mempelai) tentu sudah memikirkan dengan bijak, suvenir yang cocok, menarik, dan berkesan. Ada pasangan pengantin yang memilih suvenir berupa peralatan dapur seperti centong plastik, talenan plastik, sendok plus garpu, dan sejenisnya.
Ada pula pihak keluarga mempelai yang menginginkan penghijuan lebih membudaya dengan menyiapkan suvenir berupa bibit tanaman pohon buah atau bibit tanaman keras.
Dalam acara resepsi di sebuah gedung yang diperkirakan cuaca akan terasa panas, sungguh tepat jika suvenir yang disiapkan berupa kipas tangan yang mudah digunakan.
Dalam tulisan sederhana ini disertakan cuplikan rekaman video yang menggambarkan suasana di dalam gedung. Tampak sebagian tamu menggunakan kipas tangan untuk mengusir udara yang gerah. Selamat menyaksikan!
Ditulis di Klaten, 11 Agustus 2025