Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Sambil mengisi baterai, saya menyaksikan para penumpang yang mulai berdatangan. Stasiun Tugu Yogyakarta merupakan stasiun yang paling sibuk di antara stasiun lain yang ada di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta).
Dalam beberapa menit kemudian, bangku-bangku yang semula kosong segera terisi oleh calon penumpang. Bukan hanya calon penumpang yang akan naik KRL jurusan Solo. Banyak di antara mereka adalah calon penumpang KA jurusan yang jauh, ke arah barat dan ke arah timur.
Menunggu hampir dua jam ternyata tidak terasa. Baterai ponsel sudah 100 persen. Saya pun perlu buang air kecil lagi ke toilet sebelum ikut antre berdiri menuju rel jalur 2.
Saya tidak menyangka, begitu keluar dari toilet, antrean sudah mengular. Para calon penumpang rela berdiri padahal jadwal kereta api masih lebih setengah jam.
Demi mendapatkan tempat duduk, saya pun ikut antre berdiri. Saya ingin merasakan bagaimana orang-orang perlu antre berdiri. Ternyata banyak orang melakukan hal yang sama. Di belakang saya banyak juga calon penumpang yang ikut antre.
Tidak berapa lama kami berdiri, ada informasi dari petugas bahwa KRL dari Solo akan segera tiba. Terlihat beberapa detik kemudian ada sebuah KA berhenti. Penumpang dari dalam KA berhamburan keluar. Stasiun Tugu Yogyakarta merupakan stasiun terakhir untuk KRL dari Solo.
Semua penumpang yang ada di dalam KRL tentu akan turun semua. Ada beberapa gerbong yang dipenuhi penumpang. Mereka turun dan segera menuju pintu keluar.
Sebelum mereka turun semua, kami yang antre untuk masuk belum bisa. Artinya, kami harus menunggu mereka keluar lebih dahulu. Namun, proses itu tidak berlangsung lama.
Selanjutnya, kami yang sudah beberapa menit antre berdiri segera bergegas menuju pintu masuk KRL yang sudah siap diisi penumpang.
Dalam sekejap bangku-bangku di dalam KRL sudah terisi penuh pada gerbong bagian depan. Saya pun harus berjalan di dalam KA dari satu gerbong ke gerbong berikutnya untuk mencari kursi yang kosong.