Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video

Pengalaman Ikut Antre Naik KRL Commuterline dari Yogya ke Klaten

1 September 2025   12:50 Diperbarui: 1 September 2025   12:50 157 2 1

Pengalaman Ikut Antre Naik KRL Commuterline dari Yogya ke Klaten


Naik kereta api jarang saya lakukan. Pada saat mudik ke Jawa, kami lebih sering naik kendaraan mobil atau sepeda motor. Pada hari Minggu (31/8/25) saya berkeinginan untuk merasakan suasana di stasiun Kereta Api Yogyakarta (stasiun Tugu).

Calon penumpang KRL rela antre berdiri (dokpri)
Calon penumpang KRL rela antre berdiri (dokpri)

Setelah berjalan-jalan pagi di kawasan Jalan Malioboro, saya ingin pulang ke Klaten naik KRL Commuterline. Biaya sangat terjangkau, yaitu Rp 8.000 (delapan ribu rupiah). 

Terlambat Masuk Stasiun

Jadwal KRL Commuterline pukul 08.49 WIB dan saat itu saya masih berada di luar stasiun. Tentu saja saya tidak dapat berlari mengejar kereta api. Proses untuk masuk ke stasiun tidak sebentar.

Dengan langkah gontai saya masuk ke stasiun yang sudah sepi. Saat saya melewati pintu dengan menge-tap kartu KAI, petugas berucap dengan tenang, "Nanti jam sebelas!"

Ya. Suka atau tidak suka saya harus menunggu sekitar dua jam. Namun, saya tidak perlu risau. Sudah sering saya menunggu lebih dua jam ketika berada di bandara.

Untunglah fasilitas di ruang tunggu stasiun kereta api (KA) Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan ruang tunggu di bandara. Ada toilet yang bersih. Ada tempat duduk yang nyaman. Satu lagi, ada tempat untuk mengisi (nge-charger) baterai ponsel. Ini yang selalu saya cari saat berada di ruang tunggu.

Setelah saya buang air kecil di toilet yang bersih, segera saya mencari tempat duduk dekat tempat menambah isi baterai ponsel.

Sambil menunggu KRL berikutnya (dokpri)
Sambil menunggu KRL berikutnya (dokpri)

Sambil mengisi baterai, saya menyaksikan para penumpang yang mulai berdatangan. Stasiun Tugu Yogyakarta merupakan stasiun yang paling sibuk di antara stasiun lain yang ada di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta).

Dalam beberapa menit kemudian, bangku-bangku yang semula kosong segera terisi oleh calon penumpang. Bukan hanya calon penumpang yang akan naik KRL jurusan Solo. Banyak di antara mereka adalah calon penumpang KA jurusan yang jauh, ke arah barat dan ke arah timur. 

Menunggu hampir dua jam ternyata tidak terasa. Baterai ponsel sudah 100 persen. Saya pun perlu buang air kecil lagi ke toilet sebelum ikut antre berdiri menuju rel jalur 2.

Saya tidak menyangka, begitu keluar dari toilet, antrean sudah mengular. Para calon penumpang rela berdiri padahal jadwal kereta api masih lebih setengah jam.

Demi mendapatkan tempat duduk, saya pun ikut antre berdiri. Saya ingin merasakan bagaimana orang-orang perlu antre berdiri. Ternyata banyak orang melakukan hal yang sama. Di belakang saya banyak juga calon penumpang yang ikut antre.

Tidak berapa lama kami berdiri, ada informasi dari petugas bahwa KRL dari Solo akan segera tiba. Terlihat beberapa detik kemudian ada sebuah KA berhenti. Penumpang dari dalam KA berhamburan keluar. Stasiun Tugu Yogyakarta merupakan stasiun terakhir untuk KRL dari Solo.

Semua penumpang yang ada di dalam KRL tentu akan turun semua. Ada beberapa gerbong yang dipenuhi penumpang. Mereka turun dan segera menuju pintu keluar.

Sebelum mereka turun semua, kami yang antre untuk masuk belum bisa. Artinya, kami harus menunggu mereka keluar lebih dahulu. Namun, proses itu tidak berlangsung lama.

Selanjutnya, kami yang sudah beberapa menit antre berdiri segera bergegas menuju pintu masuk KRL yang sudah siap diisi penumpang.

Dalam sekejap bangku-bangku di dalam KRL sudah terisi penuh pada gerbong bagian depan. Saya pun harus berjalan di dalam KA dari satu gerbong ke gerbong berikutnya untuk mencari kursi yang kosong.

Perjalanan Menyenangkan

Saya merasa lega ketika berhasil mendapatkan tempat duduk dekat pintu masuk/keluar. Kami harus bersabar menunggu KA diberangkatkan. Tidak lama. Jadwal berangkat memang belum saatnya.

 Tepat pukul 10.56 WIB (sesuai jadwal) KA mulai bergerak. Saya merasakan kenyamanan. Namun, KA tidak berjalan laju. Dalam tempo empat menit, KA berhenti di stasiun Lempuyangan. Jarak antarstasiun itu memang cukup dekat. Tidak lama KA berhenti. Hanya satu menit. 

Stasiun berikutnya ditempuh dalam waktu enam menit. Pukul 11.07 WIB, KA berhenti di stasiun Maguwo. Stasiun tersebut terhubung dengan bandara Adisutjipto. Ada jalan lewat terowongan dari stasiun Maguwo menuju pintu keluar bandara tersebut.

KA berhenti di stasiun Maguwo selama dua menit. Pada pukul 11.09 WIB KA sudah diberangkatkan menuju stasiun Brambanan. Hanya dalam waktu tujuh menit, stasiun Brambanan sudah dicapai. KA hanya berhenti satu menit.  Pukul 11.17 WIB kereta api sudah melaju menuju stasiun Srowot yang sudah termasuk wilayah Kabupaten Klaten. Hanya perlu waktu lima menit menuju stasiun tersebut.

Seperti pada stasiun sebelumnya, KA hanya berhenti satu menit di stasiun Srowot. Pada pukul 11.23 KA melaju menuju stasiun terakhir perjalanan saya, yaitu stasiun Klaten. Perjalanan hanya ditempuh dalam waktu enam menit.

Tidak terasa, saya sudah tiba di Klaten. Dalam waktu 35 (tiga puluh lima) menit perjalanan dari stasiun Tugu Yogyakarta menuju stasiun Klaten.

Pukul 11.30 WIB sudah tiba di Klaten (dokpri)
Pukul 11.30 WIB sudah tiba di Klaten (dokpri)

Meskipun KA sudah berhenti, pintu keluar belum dibuka karena ada KA lain yang berlawanan arah sedang tiba juga di stasiun KA Klaten.  Untuk menjaga keamanan, KA yang baru tiba tersebut ditunggu hingga berhenti sempurna. Hanya beberapa detik kemudian, pintu KA yang saya tumpangi dibuka.

Penumpang yang turun di stasiun Klaten segera bergegas keluar. Seperti di stasiun-stasiun sebelumnya, KA tidak lama berhenti. Pada saat berada di luar KA, kami harus bersabar menunggu KA yang berlawanan arah pada jalur 1 diberangkatkan. Jalan kami untuk menuju pintu keluar tertutup oleh KA dengan beberapa gerbong tersebut. Hal itu tidak berlangsung lama. Namun, saya sempat mengabadikan atau memotret suasana saat kami berada di antara dua gerbong KA pada jalur berbeda.

Berdiri di antara dua gerbong (dokpri)
Berdiri di antara dua gerbong (dokpri)
Setelah gerbong KA di sebelah kiri kami bergerak (menuju Yogyakarta), kami segera menuju pintu keluar. Ternyata cukup banyak penumpang yang turun di stasiun Klaten.

Antri keluar stasiun Klaten (dokpri)
Antri keluar stasiun Klaten (dokpri)

Saya perhatikan banyak kaum muda yang memanfaatkan KRL Commuterline untuk menempuh perjalanan antarkota. Mungkin pula antarprovinsi dan antarpulau.

Kaum muda mendominasi (dokpri)
Kaum muda mendominasi (dokpri)

Kami harus antre lagi untuk taping kartu. Sambil menunggu anteran, saya memanfaatkan waktu untuk berswafoto di tengah kerumuman penumpang. 

Pengalaman Berharga

Sebagai warga Indonesia, kita memang perlu mencoba berbagai sarana transportasi umum. Dengan mencoba merasakan aneka transportasi, kita akan dapat memberikan penilaian bahwa saat ini transportasi masal terus dibenahi dan diperbaiki.

Masyarakat yang tidak pernah merasakan sarana transportasi umum tentu tidak dapat memberikan penilaian dengan kehidupan yang dirasakan masyarakat golongan menengah ke bawah. 

Betapa diperlukan tenaga ekstra untuk emdapatkan fasilitas transportasi umum saat ini. Perlu stamina yang cukup untuk dapat layanan yang nyaman karena harus antre berdiri, antre mau masuk KA dan antre mau keluar KA.

Pengalaman antre saat akan naik KRL Commuterline di stasiun Tugu Yogyakarta akan menjadi pengalaman  berharga untuk dapat saya ceritakan kepada teman-teman di Kalimantan yang belum pernah merasakan naik KA.

Ditulis di Klaten, 1 September 2025  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4