Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.
Lancaran Simpang Lima (Semarang), Gending Pembuka di Gedung Sriwedari Solo
Sebelum pertunjukan wayang orang (WO) Sriwedari dimulai, para penonton disuguhi klenengan yang menghibur. Gending (lagu) terakhir yang disuguhkan adalah Lancaran Simpang Lima (Semarang).
Nonton Wayang Orang Berlima
Dalam rangka ikut melestarikan kebudayaan daerah, saya mengajak adik dan keponakan untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang (WO) di Gedung Sriwedari, Solo, Jawa Tengah.
Perjalanan dari rumah ibunda di Klaten ditempuh dalam waktu satu jam lebih sedikit. Sekitar pukul 17.00 WIB kami berangkat. Tiba di Gedung Sriwedari, Solo pada pukul 18.00 WIB lebih beberapa menit.
Ada lima orang dalam rombongan kami: saya, adik Tarti, keponakan Yusuf, suami Tika (Andi) dan driver mobil yang kami sewa. Pada hari Jumat (29/8/25) itu jumlah anggota keluarga besar Trah Sastro Martoyo yang akan berangkat sudah mengalami beberapa perubahan peserta.
Pada awalnya, saya mengajak adik Harwahyuni (Nanik) dan suaminya (Sriyono). Namun, secara mendadak ada informasi bahwa Sriyono harus mengikuti rapat di tingkat desa. Kabarnya, rapat membahas persiapan kunjungan Bupati Klaten ke Desa Blimbing, Kecamatan Karangnongko.
Kemudian, saya juga mengajak anak kedua almarhumah Suminten, yaitu Gunawan (Wawan). Namun, Wawan berhalangan karena harus menemani anak semata wayangnya (Gavin) kursus berenang.
Selain itu, saya juga sempat mengajak menantu almarhumah Suminten, suami dari Sri Indrati (mbak In). Namun, yang bersangkutan ada kegiatan di kantornya.
Beberapa kerabat lain sudah dihubungi. Sebagian besar ada halangan atau kegiatan yang bersamaan. Untuk itu, jumlah orang yang akhirnya berangkat hanya empat. Padahal saya sudah memesan tiket (reservasi) untuk tujuh orang.
Layar Deskripsi di Samping Panggung
Para pengunjung atau penonton wayang orang (WO) dapat melihat layar deskripsi yang dipasang di sebelah kiri panggung pertunjukan. Pada layar itu ada petunjuk yang dapat menjelaskan kepada penonton, peristiwa apa yang sedang terjadi di atas pangung pertunjukan.
Pada saat pertunjukan belum dimulai, layar itu menampilkan tulisan Selamat Datang kepada para penonton. Saya sempat memotret tulisan tersebut pada saat mulai duduk di kursi bernomor. Ada tiga bahasa yang dicantumkan. Pertama, menggunakan bahasa Jawa Sugeng Rawuh. Kedua, dengan bahasa Indonesia, Selamat Datang. Ketiga, dengan bahasa Inggris, Welcome.
Mengingat dimungkinkan ada wisatawan luar negeri (wisatawan mancanegara), tulisan dengan bahasa Inggris memang diperlukan. Untuk menarik minat penonton lebih banyak memang diperlukan inovasi.
Harga Tiket Wayang Orang
Untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang (WO) di gedung Sriwedari Solo, pengunjung (penonton) dipungut biaya dua puluh ribu rupiah (domestik). Untuk penonton dari luar negeri, harga tiket Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah)/orang.
Tarif tiket tergolong murah dibandingkan pertunjukan sejenis di kota lain. Untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang (WO) di gedung pertunjukan di Kota Semarang, setiap penonton dipungut biaya tiket Rp 40.000-Rp 50.000. Waktu pertunjukan di Semarang hanya satu pekan sekali, yaitu pada setiap hari Sabtu (malam Minggu).
Mendengarkan Gending sebagai Pemanasan
Gending Lancaran Simpang Lima diperdengarkan kepada penonton sebagai "pemanasan" bahwa mereka sedang berada di gedung pertunjukan kesenian Jawa. Gending atau lagu tersebut dikumandangkan sebagai pengingat bahwa posisi para penonton sedang berada di ruang atau gedung yang menampilkan budaya daerah yang masih dilestarikan.
Sebagian penonton menikmati lagu (gending) yang dikumandangkan. Sebagian penonton lain sedang asyik berfoto ria untuk membuat kenang-kenangan bahwa mereka pernah berada di gedung kesenian yang legendaris.
Pada akhir Gending Lancaran Simpang Lima, suara musik gamelan terdengar lebih cepat dan lebih nyaring suaranya. Hal itu sangat menarik perhatian penonton. Hal itu pula yang menandakan acara pemanasan sudah cukup.
Layar merah yang masih tertutup di panggung menandakan bahwa pertunjukan wayang orang (WO) belum dimulai. Dengan berakhirnya Gending Lancaran Simpang Lima, pertunjukan wayang orang akan segera dimulai.
Ada dua pembawa acara (MC) muncul dari balik layar berwarna merah. Pada awal penampilan, mereka mengucapkan selamat detang dan menyampaikan tata tertib bagi penonton selama menyaksikan pertunjukan.
Selanjutnya, dua pembawa acara itu secara bergantian membacakan lakon atau judul cerita wayang orang beserta para pelaku atau pemainnya. Tidak ketinggalan disebutkan pula sutradara dan para pemain musik gamelan dan nama sang dalang. Meskipun pertunjukan wayang orang, tetap ada dalang yang menyampaikan pengantar cerita sebelum pertunjukan dimulai dan pada saat-saat tertentu yang membutuhkan deskripsi.
Anda pernah menyaksikan pertunjukan wayang orang? kapan terakhir nonton? Jika belum pernah menyaksikan, cobalah sekali-sekali datang ke Gedung Sriwedari Solo. Informasi jadwal pertunjukan dan lakon (judul cerita) ada di media sosial (instagram).
Para pemain wayang orang Sriwedari Solo rata-rata bergelar sarjana, baik sarjana kerawitan maupun sarjana pendidikan. Dengan demikian, usia para pemain wayang orang Sriwedari masih tergolong muda (di bawah 50 tahun). Janganlah membayangkan bahwa pertunjukan wayang orang hanyalah untuk kaum tua.
Janganlah mebayangkan bahwa para pemain wayang orang Sriwedari adalah orang-orang yang sudah lanjut usia. Silakan membuktikan sendiri. Saksikan dengan saksama.
Setelah beberapa kali menyaksikan pertunjukan wayang orang Sriwedari, saya mengamati bahwa banyak inovasi dilakukan. Bukan hanya inovasi pelayanan bagi penonton. Inovasi pertunjukan juga dilakukan.
Teknik lampu (tata cahaya) banyak inovasi. Teknik adegan demi adegan, banyak inovasi. Sutradara wayang orang tentu mengerti selera penonton. Bagaimana mengatur babak demi babak yang memikat tentu sudah dipikirkan.
Bagaimana membuat penonton terkesima dan penasaran, juga dilakukan. Saya cukup mengapresiasi kerja keras sutradara dan tim wayang orang Sriwedari.
Dalam satu bulan para pemain harus pentas selama 24 (dua puluh empat hari). Hanya hari Minggu libur. Tentu semakin hari semakin banyak pengalaman yang mereka miliki.
Pemilihan kostum yang glamour ala penari sangat mendukung pertunjukan wayang orang. Rias wajah yang baik dapat pula memikat perhatian penonton.
Meskipun mereka hanya tampil sebentar (pukul 20.00-22.00 WIB) dan tidak setiap babak muncul di panggung, totalitas sangat tampak.
Babak di hutan, di kerajaan, dan di tempat lain disiapkan secara matang. Pergantian babak tidak selalu dengan cara menutup layar atau tirai berwarna merah.
Ada kalanya pergantian babak cukup dengan mematikan lampu secara total. Hal itu menimbulkan kesan yang bagus. penonton tentu merasa penasaran, mengapa lampu dipanggung dimatikan sementara layar atau tirai tidak ditutup.
Bahkan, pada pergantian babak tidak perlu mematikan lampu panggung sama sekali. Layar background di panggumg saja yang tiba-tiba ditambahkan (diturunkan) dari atas.
Hal itu tentu membuat penonton penasaran. Pemain masih berada di panggung, kemudian layar background ditambahkan (diturunkan) sehingga seolah-olah sang pemain sudah berjalan (terbang) menuju tempat sesuai background yang ditampilkan. Suta musik gamelan yang rancak tentu sangat memukau.
Bagaimana dengan Anda? Apaah belum merasa penasaran atau merasa tidak percaya?
Ayo, segera agendakan ke Solo untuk menyaksikan wayang orang Sriwedari setiap hari Senin-Sabtu!
Ditulis di Klaten 4 September 2025