Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video

Kesibukan Stasiun Yogyakarta yang Sempat Terekam Kamera Ponsel

6 September 2025   16:59 Diperbarui: 6 September 2025   16:59 138 3 1

Kesibukan Stasiun Yogyakarta yang Sempat Terekam Kamera Ponsel


Dalam melakukan perjalanan, seseorang terkadang sibuk dengan urusan pribadi. Ada yang repot membawa barang yang dijinjing. Bukan hanya satu barang. Ada beberapa tas yang dibawa. Tangan kiri dan tangan kanan menjinjing tas.  

Ada yang sibuk mengurusi anggota keluarga yang ikut dalam perjalanan dan hal lain yang membuat seseorang terbebani dengan aktivitas pribadi.

Berswafoto dengan latar gerbong KRL (dokpri)
Berswafoto dengan latar gerbong KRL (dokpri)

Pada saat melakukan perjalanan seorang diri (5/9/25) dengan menumpang kereta api (KA), saya justru sibuk menjadi seorang pengamat. Dengan tenang, saya mengamati hal-hal yang terjadi setelah tiba di stasiun Tugu Yogyakarta.

Penumpang lain cepat-cepat berjalan menuju pintu keluar. Seolah-oleh ada sesuatu yang mengejar dirinya. Sementara itu, saya asyik mengabadikan atau merekam saat-saat penumpang yang tergesa-gesa akan naik KRL Commuterline jurusan Yogyakarta-Solo.

KRL Commuterline yang baru saja saya tinggalkan ternyata langsung diserbu oleh calon penumpang yang sudah menunggu di pintu masuk. Para calon penumpang itu boleh memasuki gerbong setelah semua penumpang dari arah timur itu keluar dari sana dan sudah berjalan ke jalur pintu keluar. 

Berjalan Paling Belakang

Rasanya saya berjalan paling belakang menuju pintu keluar. Setelah melakukan perjalanan sekitar 35 (tiga puluh lima) menit dari stasiun KA Klaten, saya turun di stasiun Tugu Yogyakarta dengan santai. Saat penumpang lain berjalan tergesa-gesa menuju pintu keluar, saya justru menoleh kiri dan kanan untuk mengamati orang-orang yang akan turun maupun naik KRL Commuterline.

KRL Commuterline yang baru saja saya tinggalkan berjumlah delapan gerbong. Semua gerbong langsung kosong karena tujuan terakhir KA tersebut di stasiun Tugu Yogyakarta.

Sementara itu, calon penumpang yang akan ke Solo sudah menunggu dan siap naik. Petugas stasiun memberitahukan aturan atau tata cara calon penumpang untuk naik gerbong KA.

Lokasi gerbong kereta juga disebutkan (jalur rel nomor berapa). Pembaca yang belum pernah naik kereta api tidak perlu heran bahwa kereta api memiliki dua kepala lokomotif. Kepala pertama ada di depan atau ujung depan. Kepala kedua ada di ujung belakang. Ketika KRL Commuterline tiba di stasiun Tugu Yogyakarta, kepala lokomotif ada di sebelah barat.

Pada saat KRL Commuterline akan berangkat ke Solo, kepala lokomotif itu berubah fungsi menjadi ekor. Kemudi dikendalikan oleh gerbong paling belakang yang akan berubah fungsi menjadi kepala lokomotif karena kereta akan berjalan ke arah timur (Solo). Semoga informasi ini tidak keliru, ya.

Intinya, tidak mungkin lokomotif yang ada pada bagian barat akan memutar balik ke arah timur (Solo). Jalur jalan terlalu panjang. Hal itu tentu akan membuat repot dan memerlukan waktu yang lama. 

Keluar Stasiun, Mau Ke Mana?

Setelah merekam suasana di sekeliling saya berdiri, barulah saya menuju pintu keluar. Suasana di pintu keluar sudah mulai sepi. Sebagain besar penumpang sudah keluar area stasiun.

Keluar dari stasiun, suasana ramai menyambut kami. Selasar Malioboro terbentang. Pada seberang jalan, tampak berdiri hotel-hotel yang memiliki beberapa lantai (bertingkat). sebagian hotel memakai nama yang ada kata Malioboro.

Saat berjalan ke arah timur, tampak deretan pedagang menyemarakkan keramaian pada sisi kiri jalan yang saya lewati. Ada pedagang makanan, camilan, dan ada pula tempat penitipan barang (loker).

Berswafoto di depan tempat penitipan barang (dokpri)
Berswafoto di depan tempat penitipan barang (dokpri)
Saya sempat berswafoto di depan tempat penitipan barang. Tempat tersebut melayani penitipan barang selama 24 jam nonstop. Jam berapa pun kita tiba di stasiun, barang bawaan kita dapat dititipkan di sana. Harga atau tarif barang dihitung berdasarkan ukuran barang. Tas atau koper dikategorikan menjadi dua ukuran (besar dan kecil). Tentu tarif untuk koper yang berukuran besar lebih mahal daripada koper berukuran kecil. Selain itu, ada tarif jangka waktu penitipan. Semakin lama barang dititipkan semakin besar biaya yang harus dibayarkan.

Selain tempat penitipan barang, di sana juga ada tempat untuk mandi. Ya. Di sana disediakan tempat mandi atau kamar mandi berbayar.

Wisatawan yang tiba di stasiun KA pada dini hari atau pagi hari, mungkin belum sempat mandi saat berangkat. Di tempat itulah mereka dapat mandi dalam suasana seperti mandi di dalam hotel.

Pagi-pagi mau pergi ke hotel mungkin belum banyak yang dapat menerima tamu. Biasanya atau rata-rata hotel baru menerima tamu untuk menginap pada pukul 14.00 waktu setempat.

Berhubung paad saat saya berangkat sudah mandi, kaki saya lanjut saja melangkah. Selasar Malioboro segera saya tinggalkan. Arah kaki saya menuju Jalan Malioboro. Saya perlu berjalan ke arah selatan.

Papan nama berisi tulisan Jalan Malioboro segera saya datangi. Beberapa orang yang sedang difoto dengan latar tulisan itu tidak saya pedulikan. Saya juga ingin berswafoto dengan latar tulisan di papan nama tersebut.

Berswafoto dengan latar orang sedang difoto temannya (dokpri)
Berswafoto dengan latar orang sedang difoto temannya (dokpri)

Secara tidak sengaja ada orang lain yang ikut terjepret menjadi latar saya dalam berswafoto. Hal itu juga dapat menyatakan bahwa bukan saya saja yang berfoto dengan latar tulisan Jalan Malioboro. Banyak pengunjung atau wisatawan yang ingin mengabadikan dirinya di depan tulisan yang akan menjadi dokumen berharga.

Cuaca pagi hari itu cukup terik. Sinar matahari memancar cukup kuat. Badan saya mulai berkeringat. Namun, saya belum ingin beristirahat untuk mengeringkan keringat.

Berswafoto di depan papan nama DPRD DIY (dokpri)
Berswafoto di depan papan nama DPRD DIY (dokpri)

Beberapa meter kemudian saya tiba di depan Gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk menunjukkan bahwa gedung tersebut dalam keadaan aman (tidak didemo masyarakat), saya menyempatkan waktu untuk berswafoto pula. Berhubung tulisan agak panjang, tidak semua dapat terekam dalam foto.

Kaki saya terus melangkah walaupun tidak terlalu cepat. Saya perlu berbagi dengan wisatawan lain yang juga berjalan kaki ke arah selatan maupun ke arah utara. 

Pada hari Jumat itu (5/9/25) pengunjung atau wisatawan yang berjalan-jalan di kawasan Jalan Malioboro cukup banyak. Bukan hanya pejalan kaki, ada yang berlari-lari pagi. Ada yang menggunakan sepeda listrik. 

Wisatawan lain ada yang naik becak motor, naik semacam bemo (kendaraan roda tiga), dan bus TransYogya. Sebagian kecil ada yang memilih naik Andong (kereta berkuda).

Kota Yogyakarta memang dikenal sebagai kota wisata dan kawasan Jalan Malioboro merupakan area yang paling banyak dikunjungi para wisatawan.

Sambil berjalan, saya mencari tempat penjual makanan jadah bakar. Saya pernah membeli makanan jadah bakar pada hari Sabtu (30/8/25) tetapi saya belum sempat memotret lokasi tempat berjualan makanan terbuat dari beras ketan tersebut.

Penjual makanan jadah bakar (dokpri)
Penjual makanan jadah bakar (dokpri)

Nah, akhirnya tempat penjual makanan jadah bakar pun saya dapatkan. Segera saya mencari posisi yang nyaman untuk memotret sang penjual makanan jadah bakar beserta lokasi yang menandai tempat berjualan tersebut.

Pedagang jadah bakar menggunakan pikulan. Lokasi berjualan di pinggir gang depan sebuah bank swasta. Tidak jauh dari tempat itu (ke arah selatan beberapa meter) ada Pasar Beringharjo.

Kaki saya terus melangkah ke arah selatan. Hal-hal yang saya kerjakan selanjutnya sudah saya ceritakan di sini.

Demikianlah cerita perjalanan setelah tiba di stasiun Tugu Yogyakarta. Bagaimana dengan aktivitas Anda pada hari ini? Apakah Anda pernah berkunjung ke Yogyakarta? Kawasan mana yang sangat mengesankan?

Ditulis di Klaten, 6 September 2025 

    

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4