Suyito Basuki
Suyito Basuki Editor

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Melukis On The Spot bagi Nanang Widjaya Seperti Healing

21 September 2024   08:47 Diperbarui: 21 September 2024   09:01 231 8 1

Melukis On The Spot bagi Nanang Widjaya Seperti Healing

Oleh: Suyito Basuki

Bersama peserta work shop yang berhasil lukis Candi Borobudur (dokumen: Nanang Widjaya) 
Bersama peserta work shop yang berhasil lukis Candi Borobudur (dokumen: Nanang Widjaya) 

Nanang Widjaya menurut Aak Nurjaman kurator seni rupa dari Yogyakarta, gemar melancong ke kota-kota baik di dalam maupun luar negri dan tentu saja sambil melukiskan kehidupan kota atau bangunan-bangunan bersejarah yang dikunjunginya. Di antara bangunan-bangunan kuno itu ada yang menjadi obyek pariwisata, tetapi ada pula yang sudah dirobohkan dan diganti dengan bangunan yang baru. Namun demikian, bagi Nanang Widjaya, menurut Aak Nurjaman lebih lanjut, betapapun bangunan-bangunan heritage itu tengah berubah fungsi, ia tetap memancarkan vibrasi estetika kesejarahan.

"Bangunan-bangunan kuno itu seakan memanggil saya untuk melukiskannya, karena sangat mungkin suatu saat akan dirubuhkan seperti halnya Gedung koran 'De Locomotif' di Semarang yang memiliki nilai sejarah perintisan negara Republik Indonesia. Tetapi kini sudah tidak ada lagi.", Ungkap Nanang Widjaya yang dicatat Aak Nurjaman berdasar pada podcast tahun 2020 lalu.  Bangunan kuno itu nampak dalam karya-karyanya, antara lain: "Candi Prambanan" (2024), "Goddes of Mercy Temple" (2023), "Pura Tabanan Bali" (2024), "Puri Ubud Bali" (2022), "Pura Samuan Tiga" (2019) dan "Klenteng Gondomanan" (2024).

Sering bepergian

Nanang Widjaya pria kelahiran Jakarta 27 Agustus 1970 di Mangga dua Bedeng Jakarta Utara, lulus dari Sekolah Seni Rupa Yogyakarta atau SMSR pada tahun 1990 yang saat ini tinggal di Yogyakarta mendirikan NW Art Space di Yogyakarta pada tahun 2020 memang sedang bersinar kariernya sebagai seorang pelukis.  Sejak pameran tunggal perdana di Brayut Gallery Ubud Bali 1997 hingga tahun 2024 ini tercatat sudah menyelenggarakan  pameran tunggal sebanyak 23 kali, ini sudah termasuk pameran tunggalnya dengan tajuk Odyssey to Cityscape yang diadakan di 75 Gallery Jl. Mampang Prapatan Raya No. 75 A, samping dealer Mercedes Benz Jakarta Selatan, 18 Agustus -- 8 September 2024 yang baru lalu.

Sebagai pelukis yang teguh dengan gaya melukis di lokasi langsung atau on the spot, memang diakui Nanang Widjaya bahwa ia sering bepergian.  Namun tidak waktu khusus atau secara periodik bepergian untuk melukis on the spot itu.

"Tidak ada waktu yg pasti atau periodik dalam melukis on the spot. Hanya kebetulan saja dan biasanya saya lebih banyak sendiri untuk berkeliling mencari obyek yang saya sukai dan kecenderungannya yang berulang-ulang sampai saya betul betul menemukan chemistry yang pas dalam melukis on the spot tersebut," demikian penjelasan Nanang Widjaya yang baru saja menyelesaikan pameran bersama 8 orang pelukis Semarang Jumat, 20 September 2024, hari lalu.  Delapan orang pelukis Semarang yang dimaksud adalah: Ade Mart, Djoko Susilo, Harry Suryo, Nana Sawitri, Shartono, Silvia Zulaika, Tatas Sehono, dan Totok Koi.

Nanang Widjaya yang mengagumi pelukis luar negeri Ernest Detjenze, Walter spiese, Rudolf Bonnet, Roland Strasser, dan Antonio Blanco ini mengatakan bahwa melukis on the spot memiliki banyak keasyikannya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2