A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)
Kalau Anda berpikiran bahwa orang Jepang itu selalu serius (baca: tidak kenal humor), berarti sama dong dengan saya. Tetapi, ini pikiran saya sebelum datang ke Jepang.
Setelah berada disini dan bergaul dengan mereka, orang Jepang itu ternyata tidak selalu serius, dan bisa humor juga lo (meskipun ada pengecualian untuk beberapa orang).
Kalau jeli dan mungkin sedikit punya pengetahuan tentang bahasa Jepang, ketika berkunjung kesini saya yakin Anda juga bisa menemukan humor yang "terselip" di berbagai media dan lokasi.
Majalah humor pun ada, walaupun kebanyakan berupa komik (atau man-ga dalam bahasa Jepang). Beberapa tempat juga menyajikan acara hiburan lawak berbayar secara live dengan jadwal teratur.
Singkatnya, humor relatif mudah kita temukan di Jepang.
Sebenarnya, humor bukanlah suatu hal baru bagi masyarakat Jepang. Pada buku sejarah tertua Jepang bernama kojiki (ditulis sekitar tahun 712), humor sudah bisa ditemukan pada salah satu deskripsinya.
Tidak hanya dalam bentuk tulisan. Pada era Edo, kita mengenal maestro ukiyo-e yaitu Katsushika Hokusai, banyak meninggalkan lukisan (gambar) bertema jenaka.
Kita tahu bahwa karya Hokusai adalah akar dari dari man-ga yang kita kenal sekarang, baik dengan tema jenaka maupun tidak. Sehingga Hokusai man-ga (sebutan untuk kartun buatan Hokusai) terutama yang bertema jenaka, menjadi rujukan banyak seniman ukiyo-e pada zamannya.
Mungkin karena keterbatasan pemahaman bahasa, Anda belum pernah melihatnya. Atau jika sudah paham bahasanya pun, memang agak susah untuk menikmati sebab kebanyakan tempo percakapan pada adegan lawakan agak cepat. Sehingga membuat Anda jarang atau malas untuk menontonnya.