
Pendahuluan
Di tengah dunia digital yang makin ramai dan serba cepat, ternyata masih ada cara sederhana namun menyenangkan untuk menyuarakan semangat zaman: lewat pantun. Siapa bilang pantun hanya milik acara adat atau lomba 17-an? Di tangan warga Kompasiana, pantun bisa jadi simbol kreativitas, semangat komunitas, bahkan alat kampanye literasi digital.
Melalui tema "Bertahan di Ruang Digital, Bersama Kompasiana", warga Kompasiana menegaskan bahwa menulis, berbagi, dan berdiskusi di dunia maya bukan sekadar hobi, tetapi bagian dari perjuangan menjaga ruang digital yang sehat dan beretika.
Pantun sebagai Ekspresi Komunitas Digital
Pantun memiliki daya tarik universal: ringan, lucu, tapi menyentuh. Ketika pantun diselipkan dalam kegiatan seperti Kompasianival atau Marathon Kompasianival, suasana langsung mencair.
Contoh Pantun Literasi Digital:
Pantun 1,
Jalan-jalan ke Kota Wisata,
Ngopi manis, sambil buka portal
Bersama warga Kompasiana,
Bertahan di ruang digital.
Pantun ini sederhana, tapi maknanya dalam: dunia digital bukan hanya tentang teknologi, melainkan juga tentang manusia yang saling berbagi cerita dan inspirasi. Kompasiana menjadi "rumah digital" tempat para penulis, pembaca, dan kreator konten tumbuh bersama.
Cerdas Digital, Mandiri Finansial
Era digital menuntut kita bukan hanya pintar mengetik dan memposting, tapi juga cerdas memilah informasi dan bijak mengelola rezeki. Kompasiana, lewat berbagai konten dan pelatihan, menumbuhkan kesadaran itu secara kreatif.
Pantun 2
Menulis sambil rebahan,
Like dan share jadi modal.
Bukanlah permainan zaman,
Cerdas digital, mandiri finansial...!