Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.
Murid sekolah dasar atau SD Dihukum Duduk Di Depan Kelas, Gurunya Kena Sanksi, dan Orang Tuanya Menangis Sedih. Sebenarnya apa sih yang terjadi sehingga bisa seperti ini?
Inilah kisah memilukan dari kota MEDAN Sumatra UTARA. Topik yang lagi viral sekarang inilah yang menjadi kisah Omjay kali ini di https://kompasiana.com/wijayalabs.
Presiden Prabowo Subianto langsung merespons kejadian memilukan yang dialami siswa SD berinisial MI di Yayasan Abdi Sukma kota Medan. Seorang murid bernama Mahesya Iskandar (MI) dihukum duduk di lantai kelas, karena orangtuanya tak mampu melunasi SPP dengan total Rp 180.000 (seratus delapan puluh ribu). Begitulah informasinya yang Omjay baca.
Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan Anggota DPRD Sumut Ihwan Ritonga untuk melunasi SPP MI hingga tamat sekolah. Beritanya Omjay dapatkan dari media sosial X atau twitter. Juga dari pemberitaan di beberapa stasiun televisi.
Informasinya kini viral di media sosial. Seorang siswa atau murid SD di Medan, Sumatera Utara, dihukum gurunya belajar di lantai kelas, karena menunggak SPP selama 3 bulan. Menurut Omjay hukuman ini kurang bijaksana, sebab tidak ada aturannya.
Pasca mengetahui kejadian ini, orangtua siswa yang dihukum langsung mengonfrontasi guru yang memberi sanksi ke sekolah, dan membuat videonya. Dari sini kita harus mulai bijak melihat kronologisnya. Video ini tentu saja langsung viral.
Orangtua menyebut anaknya trauma dan tak mau belajar ke sekolah, karena malu dihukum belajar di lantai kelas. Dari keterangan orangtua, guru beralasan bahwa hukuman tersebut sudah sesuai aturan sekolah. Ternyata setelah dikonfirmasi pengurus yayasan tidak begitu aturan sekolahnya. Omjay mulai mencari tahu masalah sesungguhnya.
Beritanya langsung viral di media sosial. Seorang guru SD menyuruh Murid Duduk di Lantai Gara-gara Tak Bayar SPP, Guru SD di Medan Ini akhirnya disanksi tak boleh mengajar di sekolah. Sudah benarkah sanksi ini?
Guru di Medan yang menyuruh murid duduk di lantai karena tak bayar SPP kini diskors tak boleh mengajar. Ada kesalahan SOP atau Standar operasional Prosedur yang dilakukan guru SD tersebut, sebab tidak ada aturan murid disuruh duduk di depan kelas karena tidak membayar SPP.
Kejadian tak terduga tersebut viral, murid kelas IV Sekolah Dasar Yayasan Abdi Sukma, Mahesya Iskandar (MI), dihukum oleh gurunya untuk duduk di lantai, karena menunggak SPP tiga bulan. Pihak sekolah awalnya tidak mengetahui kejadian tersebut.
Mahesya Iskandar (MI), masih berusia 10 tahun, dilarang mengikuti proses belajar mengajar sejak 6 hingga 8 Januari 2025, karena SPP yang belum dibayar. Selama 3 hari, Mahesya duduk di lantai keramik di depan teman-temannya dari pagi hingga jam pelajaran selesai. Begitulah kejadian yang Omjay tonton dalam videonya. Kasihan anak tersebut, dan tentu terganggu secara psikologis.
Kejadian Mahesya Iskandar (MI) yang dipaksa duduk di lantai ruang kelas ini kemudian menjadi viral di media sosial, dan memicu reaksi keras dari orang tua dan pihak yayasan. Sang wali kelas, ibu Haryati, kini telah menerima sanksi, dan dilarang mengajar untuk sementara waktu. Omjay prihatin membaca beritanya, dan menonton kasus ini.
Apakah ini sudah keputusan bijaksana?
Ketua Yayasan Abdi Sukma, Ahmad Parlindungan, menyatakan, "Kami yayasan akan memberikan pembebasan tidak mengajar atau skorsing sampai waktu yang ditentukan kemudian."
Ahmad juga menegaskan bahwa hukuman tersebut bukan merupakan kebijakan yayasan, melainkan tindakan sepihak dari ibu Haryati. Ahmad Parlindungan menjelaskan bahwa tidak ada aturan tertulis yang menyatakan siswa tidak boleh mengikuti pelajaran jika menunggak SPP. Omjay juga merasa prihatin dengan adanya kasus ini.
"Kami sangat kecewa dengan kondisi ini yang menjadi viral seluruh Indonesia karena tidak ada aturan tertulis," ujarnya. Ibu Mahesya, Kamelia (38), mengungkapkan rasa sakitnya saat melihat anaknya diperlakukan demikian. "Saya menangis dan teriak karena anak saya disuruh duduk di lantai dari pagi sampai jam 1 siang," kenangnya.
Kamelia menjelaskan bahwa ia belum dapat membayar SPP anaknya, karena dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar Rp 450 ribu belum cair. Sebelum kejadian, Kamelia telah meminta dispensasi agar Mahesya bisa mengikuti ujian semester, dan pihak sekolah mengizinkan meskipun rapor tidak bisa diambil. Kalau menonton videonya, ibu guru wali kelas hanya meminta orang tua hadir mengambil raport anaknya, dan bukan masalah uang.
Beritanya dapat anda baca di sana.
Setelah video Mahesya yang duduk di lantai viral, sejumlah donatur datang memberikan bantuan. Kamelia menyatakan bahwa uang sekolah yang tertunggak akan dilunasi berkat bantuan para relawan. Mereka tersentuh dengan kejadian ini.
"Pokoknya enam bulan dibiayai pakai dana BOS, enam bulan dari Juli sampai Desember," jelasnya. Pihak sekolah kini telah meminta maaf kepada Kamelia atas insiden yang terjadi.
Seorang netizen memberikan komentarnya di youtube:
"Gak ada orang tua yang tidak mau bayar uang sekolah anaknya, cuman kadang-kadang himpitan ekonomi yang membuat segala sesuatu sulit, makanya ketika ibu itu dapat bantuan pip, dia mengutamakan kebutuhan pokok yaitu makan dan minum dulu.."
Sapa Indonesia malam juga membahasnya di televisi bersama para pakar pendidikan, klik https://youtu.be/RacrOz0Rvyw
Kata Bu Retno dari FSGI, anak harus diberikan bantuan psikologi. Dari kejadian itu, Omjay berpendapat. Guru perlu belajar spiritualitas guru indonesia di satuguru dan bisa unduh materinya gratis di sini.
TIPE-TIPE GURU DARI PERSPEKTIF SPIRITUAL adalah:
Guru Formal, Menekankan pada pengajaran teori, hukum, dan aturan agama atau kehidupan.
Guru Inspiratif, Menekankan nilai-nilai moral, kebijaksanaan, dan motivasi untuk memperbaiki diri. Membangkitkan semangat dan kesadaran spiritual.
Guru Praktis, Membimbing murid dalam praktik ibadah/ spiritual tertentu, seperti meditasi, wirid, puasa.
Guru Ruhani, Mengarahkan murid menuju kedekatan atau penyatuan dengan Tuhan (ma’rifat). Tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mentransmisikan energi spiritual kepada murid.
Guru Sejati, Bukan sosok fisik, melainkan bimbingan langsung dari Tuhan melalui hati dan pengalaman spiritual. Tidak terbatas pada manusia; bisa berupa peristiwa, alam, atau pengalaman hidup yang mengajarkan kebijaksanaan.
Seorang netizen memberikan komentarnya:
Ya Allah sedih lihat ini aku dulu merasakan orang tua buat makan susah apalagi bayar SPP buat beli buku hutang ama tetangga tapi ada hikmah nya aku sekarang punya pekerjaan yg layak bisa bantu orang tua saya .
Demikianlah kisah Omjay tentang murid SD dihukum duduk di depan kelas, gurunya kena sanksi, dan orang tuanya menangis sedih. Omjay sarankan kepada kawan-kawan guru di sana untuk sabar, dan tidak perlu melakukan pembalasan atau pembelaaan dengan kejadian ini. Kalau menonton beritanya, ibu guru Haryati tidak sepenuhnya salah. Semoga ada hikmah di balik kejadian ini.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay/Kakek Jay
Guru Blogger Indonesia