Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Mengapa Satus Validasi Belum Valid? Padahal Datanya Sudah Benar?

17 Oktober 2025   06:52 Diperbarui: 17 Oktober 2025   06:52 306 3 0


Setiap guru di Indonesia tentu menanti-nantikan satu hal yang selalu menjadi perbincangan hangat setiap triwulan: Tunjangan Profesi Guru (TPG). Tunjangan ini bukan sekadar tambahan penghasilan, tetapi sebuah pengakuan profesional atas dedikasi guru yang telah bersertifikat pendidik dan memenuhi kewajiban mengajar minimal 24 jam per minggu.

Namun, tahun ini saya, Omjay, kembali menghadapi kenyataan pahit: status validasi TPG saya di Info GTK tertulis "Belum Valid."

Saya bukan satu-satunya yang mengalaminya. Di berbagai grup WhatsApp guru, keluhan serupa banyak bermunculan. "Kok belum cair ya, padahal teman-teman di sekolah lain sudah?" atau "Di Info GTK saya masih belum valid, padahal data sudah benar semua." Pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu menghiasi layar ponsel kami setiap kali pencairan TPG tiba.

status validasi TPG belum Valid dan Berwrna Merah/dokpri
status validasi TPG belum Valid dan Berwrna Merah/dokpri

Antara Sistem Digital dan Nasib Guru

Sebagai seorang guru dan juga praktisi teknologi pendidikan, saya memahami bahwa proses validasi TPG dilakukan melalui sistem digital bernama Info GTK yang terhubung dengan Dapodik (Data Pokok Pendidikan). Semua data guru, mulai dari beban mengajar, NUPTK, status kepegawaian, sampai SK Pembagian Tugas, diverifikasi melalui sistem ini.

Masalahnya, sistem digital yang diharapkan menjadi solusi justru sering menjadi sumber masalah baru. Banyak guru akhirnya terjebak dalam ketidaksinkronan data antara Dapodik sekolah, dinas pendidikan, dan server pusat. Padahal, kesalahan sekecil apa pun --- misalnya perbedaan huruf dalam nama, NIP yang belum diperbarui, atau jadwal pelajaran yang belum disinkron --- bisa menyebabkan status menjadi belum valid.

Dalam kasus saya, operator sekolah sudah memastikan bahwa seluruh data telah benar dan tersinkronisasi. Namun, di Info GTK tetap tertulis "belum valid". Artinya, ada perbedaan pembacaan data antara sistem lokal dan pusat. Sebagai guru, saya tidak memiliki kendali atas itu. Saya hanya bisa menunggu, berharap sistem segera diperbarui.

Guru Terjebak dalam Birokrasi Digital

Ironis rasanya, ketika guru diminta beradaptasi dengan teknologi, justru sistem birokrasi digital yang tidak adaptif menjadi penghambat. Guru sudah bekerja keras mendidik siswa, menyiapkan perangkat ajar, bahkan mengikuti pelatihan daring untuk meningkatkan kompetensi. Tapi ketika tiba saatnya menerima haknya, mereka harus menunggu karena alasan "data belum valid."

Banyak guru yang kemudian bolak-balik ke kantor operator, mengirim pesan ke admin Dapodik, atau bahkan datang ke dinas pendidikan hanya untuk memastikan bahwa mereka tidak kehilangan hak TPG. Tidak sedikit juga yang merasa kecewa karena merasa sistem ini tidak berpihak pada guru.

Padahal, TPG bukanlah bonus, melainkan hak profesional guru sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. TPG diberikan kepada guru yang telah bersertifikat dan memenuhi beban kerja sesuai aturan. Jadi, ketika hak itu tertunda hanya karena kendala teknis, wajar bila banyak guru merasa tidak dihargai.

Ketika Data Tak Lagi Sekadar Angka

Di balik status "belum valid" itu, sesungguhnya ada kisah nyata ribuan guru di seluruh Indonesia yang berjuang menjaga semangatnya. Guru honorer, guru ASN, guru madrasah --- semuanya menghadapi tantangan yang sama: validasi data.

Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya soal administrasi. Tapi bagi guru, ini soal kehidupan dan penghargaan. Bayangkan saja, bagi guru honorer yang bergaji Rp500 ribu per bulan, TPG bisa menjadi harapan besar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ketika tunjangan itu tertunda berbulan-bulan karena status belum valid, tentu mereka merasakan beban ekonomi yang nyata.

Sistem seharusnya hadir untuk mempermudah, bukan mempersulit. Namun, sistem validasi TPG yang ada sekarang masih terlalu bergantung pada sinkronisasi manual dan verifikasi berlapis. Data harus diperbarui di sekolah, lalu disetujui oleh dinas, dan baru terbaca di server pusat. Jika salah satu tahap terlambat, maka status validasi pun ikut macet.

Perlu Sistem Validasi yang Lebih Transparan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebenarnya sudah berupaya memperbaiki sistem validasi TPG. Namun, perbaikan ini belum menyentuh aspek transparansi informasi. Saat ini, Info GTK hanya menampilkan tulisan "belum valid" tanpa penjelasan rinci. Padahal, guru perlu tahu apa yang belum valid dan bagaimana cara memperbaikinya.

Bayangkan jika sistem bisa menampilkan pesan seperti:

"Data SK Pembagian Tugas belum diunggah dinas."
"Jam mengajar belum memenuhi 24 jam tatap muka."
"Sinkronisasi Dapodik terakhir lebih dari 14 hari yang lalu."

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

Pesan seperti ini tentu jauh lebih membantu daripada sekadar tulisan "belum valid" yang membuat guru bingung. Guru bisa langsung memperbaiki data tanpa menunggu lama.

Selain itu, perlu adanya notifikasi langsung ke email atau WhatsApp guru ketika ada data yang belum valid. Dengan demikian, proses validasi bisa berjalan lebih cepat dan efisien.

Antara Harapan dan Kenyataan

Sebagai guru, saya selalu berusaha berpikir positif. Mungkin memang sistem masih dalam tahap penyempurnaan. Namun, ketika sudah bertahun-tahun masalah yang sama terjadi, tentu wajar bila kami berharap ada langkah nyata dari pemerintah.

Saya percaya, tidak ada guru yang ingin mengeluh. Kami hanya ingin hak kami dipenuhi sebagaimana kami memenuhi kewajiban kami. Kami hadir setiap hari di kelas, mendidik, membimbing, dan menginspirasi siswa-siswa kami. Tapi kadang kami merasa, kerja keras itu tidak tercermin dalam sistem yang masih "belum valid."

Bagi saya pribadi, status "belum valid" bukan hanya soal tunjangan yang tertunda, tetapi juga cerminan dari sistem pendidikan yang perlu terus diperbaiki. Jika data guru saja belum valid, bagaimana mungkin kita bisa berharap sistem pendidikan berjalan valid sepenuhnya?

Penutup

Semoga di masa depan, Kemdikbudristek benar-benar membangun sistem validasi yang akurat, cepat, dan transparan. Jangan biarkan guru terus dipermainkan oleh ketidaksinkronan data yang seharusnya bisa diatasi dengan teknologi.

Karena sejatinya, guru bukan data yang menunggu validasi, tetapi jiwa-jiwa yang setiap hari memvalidasi masa depan bangsa melalui pendidikan.

Dan untuk saya pribadi, meskipun TPG saya masih tertulis "belum valid", semangat saya tetap valid untuk terus mengajar, menulis, dan berbagi inspirasi --- seperti yang selalu saya lakukan sebagai Guru Blogger Indonesia.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay/Kakek Jay

Guru Blogger Indonesia

Blog https://wijayalabs.com

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4