Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Kisah Omjay Tentang Tangis Yang Tak Terdengar dari Ujung Barat Negeri

28 Desember 2025   23:47 Diperbarui: 29 Desember 2025   00:04 111 2 1

Atisa cucu kakek jay bersama keponakan/dokpri
Atisa cucu kakek jay bersama keponakan/dokpri

Kisah Omjay atau Wijaya Kusumah kali ini tentang Tangis yang Tak Terdengar dari Ujung Barat Negeri. Ketika Aceh, Medan, dan Sumatera Barat Mengajarkan Kita Arti Kemanusiaan. Atisa cucu kakeknya sedang asyik naik ke punggung keponakan yang sayang kepadanya. Sementara anak lainnya mungkin sedang bersedih di tempat penampungan warga yang terkenal bencana.

Pagi itu, bulan Desember sebuah video singkat menghentikan langkah banyak orang. Layar gawai menampilkan puing-puing rumah, tangisan anak kecil yang kehilangan pelukan ibunya, dan wajah-wajah lelah yang mencoba tegar di tengah duka. 

https://www.youtube.com/live/hm3vNGN-kaM?si=LJKrpLEY1zoZixGA

Video itu bukan rekayasa. Ia nyata. Ia datang dari Aceh, Medan di Sumatera Utara, dan Sumatera Barat---tiga wilayah yang kembali diuji oleh musibah.

Tidak ada teriakan, tidak ada drama berlebihan. Justru kesunyian itulah yang paling menyakitkan. Kesunyian orang-orang yang kehilangan rumah, sanak saudara, dan harapan, namun tetap berdiri karena hidup harus terus berjalan.


Aceh kembali berduka. Negeri yang pernah luluh lantak oleh tsunami kini kembali diuji dengan bencana alam yang merenggut rasa aman warganya. 

Rumah-rumah yang dibangun bertahun-tahun runtuh dalam hitungan menit. Anak-anak kehilangan tempat bermain, orang tua kehilangan mata pencaharian, dan banyak keluarga kehilangan anggota tercinta.

Lalu Di Medan, Sumatera Utara, kisahnya tak jauh berbeda. Hujan yang tak kunjung reda, banjir yang datang tanpa ampun, dan longsor yang menyapu pemukiman warga. 

Banyak yang hanya sempat menyelamatkan diri dengan pakaian di badan. Harta benda, ijazah, kenangan indah semuanya hanyut bersama arus.

Hingga Sumatera Barat pun tak luput dari derita. Daerah yang dikenal dengan keindahan alam dan kekuatan adatnya kini harus menelan pil pahit. 

Jalan terputus, rumah roboh, dan aktivitas ekonomi lumpuh. Di balik keindahan alamnya, tersimpan air mata yang tak sempat ditangiskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3