Guru di SMAN 9 Kota Bekasi yang tertarik menulis di Kompasiana. Penulis reflektif, dan pengamat kehidupan sosial sehari-hari. Menulis bagi saya adalah cara merekam jejak, menjaga kenangan, sekaligus mengolah ulang pengalaman menjadi gagasan yang lebih jernih. Saya tumbuh dari kisah pasar tradisional, sawah, dan gunung yang menjadi latar masa kecil di Cisalak-Subang. Kini, keseharian sebagai guru membuat saya dekat dengan cerita murid, dunia pendidikan, serta perubahan sosial yang terjadi di sekitar kita. Di Kompasiana, saya banyak menulis tentang: pendidikan yang manusiawi, dinamika sosial budaya, kenangan kecil yang membentuk cara pandang, serta fenomena keseharian seperti kafe, pasar, hujan, dan keluarga. Saya punya prinsip tulisan yang baik bukan hanya menyampaikan pendapat, tetapi juga mengajak pembaca berhenti sejenak untuk merenung, tersenyum, atau tergerak untuk berubah.
Inovasi Teknologi Replika Energi Angin untuk Masa Depan

Di sisi lain, stand inovasi siswa kelas 12 menjadi pusat perhatian. Mereka menampilkan sebuah replika pembangkit listrik tenaga angin, sebuah inovasi kecil yang menunjukkan kesadaran mereka terhadap energi terbarukan. Dalam wawancara singkat, siswa menjelaskan proses di balik proyek mereka:
"Kami ingin menunjukkan bahwa energi angin bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Meski masih dalam skala kecil, ini adalah langkah awal untuk berpikir lebih besar tentang masa depan berkelanjutan," ujar seorang siswa dengan bangga.
Proyek ini sangat relevan dengan tantangan global saat ini, seperti krisis energi dan perubahan iklim, sekaligus mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan solutif. Ini merupakan bukti nyata dari tema Rekayasa dan Teknologi.
Keceriaan di Balik Layar Ekspresi Narsis yang Positif
Setiap kali saya muncul dengan kamera, antusiasme para siswa langsung meningkat. Mereka menyambut saya dengan senyum lebar dan lambaian tangan, sadar bahwa kegiatan mereka akan direkam dan diunggah ke YouTube sekolah. Tidak jarang mereka berpose narsis atau bertingkah kocak, memanfaatkan momen untuk berekspresi sesuai usia mereka.

"Kita harus tampil keren, kan, biar viral di YouTube sekolah!" celetuk salah satu siswa sambil tertawa.
Meski terlihat sederhana, antusiasme ini menunjukkan bahwa siswa merasa bangga dan termotivasi saat karya mereka mendapat apresiasi publik. Publikasi di media sosial tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga membangun kepercayaan diri mereka.
Merdeka Belajar dan P5 Pendidikan yang Membentuk Karakter dan Kreativitas