Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.
Pendahuluan
Senin, 21 Juli 2025. Ini bukan hari Senin biasa. Bagi ribuan siswa di Jawa Barat, ini adalah langkah pertama di tahun ajaran baru. Bagi saya pribadi, ini juga hari ujian kecil: ujian waktu, lalu lintas, dan manajemen pagi hari.
Saya seorang guru di jenjang SMA, sekaligus orang tua dari anak yang duduk di bangku SMP. Dua jenjang, dua kebijakan masuk yang berbeda. SMA masuk tetap pukul 06:30 WIB sebagaimana diwacanakan sebelumnya, sedangkan SMP termasuk anak saya, mengikuti ketentuan baru: kembali masuk pukul 07:00 WIB.
Pengalaman Pribadi
Minggu lalu, termasuk selama masa MPLS, saya terbiasa berangkat sebelum pukul 05.45 WIB. Jalanan masih longgar, dan saya bisa tiba di sekolah sebelum pukul 06:00 WIB dengan perjalanan sekitar 15 menit saja.
Tapi hari ini saya mencoba sesuatu yang berbeda. Saya berangkat pukul 05:52 WIB, nyaris pukul 06:00. Tujuannya sederhana: ingin tahu sejauh mana perubahan waktu berangkat memengaruhi kondisi lalu lintas dan waktu tiba.
Hasilnya cukup mencengangkan. Jarak 5 km yang biasa saya tempuh sekitar 15 menit, hari ini menjadi 30 menit bahkan lebih. Saya sampai di halaman sekolah dan selesai memarkir kendaraan pukul 06:29 WIB, hanya satu menit sebelum bel pertama masuk berbunyi.
Selanjutnya ya, saya langsung disambut suasana literasi pagi yang hampir selesai. Suasana sudah penuh aktivitas dan kesiapan.
Refleksi dan Catatan
Dari pengalaman ini, saya menarik pelajaran penting: berangkat lebih siang meski hanya sekitar 10 menit, risikonya jauh lebih besar dalam konteks waktu dan tekanan mental. Waktu tempuh yang melonjak, ditambah lalu lintas yang padat, bisa membuat pagi yang seharusnya tenang menjadi terburu-buru.
Video singkat ini saya buat sebagai dokumentasi perjalanan pagi saya hari ini. Mungkin tidak istimewa bagi sebagian orang. Tapi bagi saya, ini pengingat kecil tentang ritme kota, disiplin pribadi, dan pentingnya menghargai waktu.
Hari pertama sekolah tidak hanya penting bagi siswa. Tapi juga bagi kita, para pengabdi pendidikan yang ingin menyambut mereka dengan sepenuh hati, meski harus melawan macet, kantuk, dan waktu yang sempit.
Penutup
Di tengah kebijakan baru yang diterapkan, kita semua sedang belajar. Baik sebagai guru, siswa, orang tua, maupun warga kota. Belajar menyusun ulang rutinitas, menyesuaikan diri, dan tetap memaksimalkan ibadah, belajar dan bekerja.
Semoga dokumentasi ini bermanfaat, dan siapa tahu bisa jadi cermin bagi kita semua untuk lebih bijak mengatur waktu dan menghargai pagi.