Jakarta, awal tahun 1940-an.
Indonesia masih bernama Hindia Belanda dan masih sebagai bangsa yang terjajah. Orang-orang Belanda menempati golongan atas, tidak seperti penduduk Indonesia.
Film bisu ini dibuat oleh Deane Dickason, seorang pembuat film berkebangsaan Amerika yang tinggal di Asia. Tidak jelas kapan tepatnya film ini dibuat - sepertinya di awal tahun 1940-an sebelum Asia dilanda Perang Dunia II dan Jepang belum masuk menggantikan Belanda menjajah Indonesia.
Bagian pertama film menggambarkan seorang bapak pedagang kaki keliling yang menjajakan beragam mainan, seperti boneka kecil kayu, kincir angin dll. Si bapak kelihatan sudah berumur dan gigi depannya sudah tidak lengkap, tapi walaupun demikian, si bapak masih berusaha tersenyum di depan kamera. Digambarkan pula seorang anak laki-laki bule yang senang bermain dan meniup kincir angin si bapak.
Si pedagang kecil terlihat dekil, tersengal-sengal dan lelah/haus/lapar, sangat jauh berbeda dengan anak si bule yang terlihat bersih terawat, sehat, gembira dan ceria bermain-main dengan barang dagangan. Muka si pedagang kecil benar-benar tanpa ekspresi, walaupun kamera mengarah ke mukanya - mungkin dia tidak mengerti melihat kamera film, mungkin masih kecapaian, mungkin pasrah di film meskipun dia mungkin tidak begitu senang.
Lalu terlihat si pedagang kecil sibuk dengan dompetnya, mungkin dagangannya laku dibeli keluarga si bule, kemudian dia pun mengangkat dagangannya, berjalan keliling lagi, tanpa alas kaki dan masih tanpa ekspresi. Masih kecil, polos dan lugu tapi sudah berjuang untuk diri sendiri dan keluarganya.
Mari kita saksikan film lawas berwarna ini.
Bagaimana tanggapan para Kompasiana?
Simak juga: