Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Petani

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Jangan Disepelekan! Beras Jagung di Kota Kupang Lebih Mahal daripada Beras Padi

7 Agustus 2024   09:52 Diperbarui: 8 Agustus 2024   11:43 1505 30 18


Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mewacanakan untuk menggunakan nasi jagung dalam program makan bergizi gratis untuk anak sekolah.

Adapun proyek makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah tersebut merupakan progam unggulan Presiden dan Wapres periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Salah satu alasan menggantikan menu pokok nasi beras dengan nasi jagung adalah dirasa lebih murah namun nilai gizinya tetap seimbang. 

Di samping itu, sebagai upaya diversifikasi pangan, terutama memanfaatkan pangan lokal yang ada di setiap daerah. Sebab setiap daerah memiliki pangan lokal unggulan.

Namun apakah harga beras jagung lebih murah daripada beras padi? Jawabannya belum tentu. Bahkan beras jagung lebih mahal daripada beras padi. 

Itu realita di Kota Kupang, NTT. Provinsi yang mengklaim diri sebagai Provinsi Jagung ini, memperdagangkan jagung giling atau beras jagung dengan harga yang lebih mahal.

Harga beras jagung lebih mahal

Di Pasar Kasih, Naikoten Kota Kupang, harga beras jagung saat ini adalah Rp20.000 per kg.

Sementara beras berkualitas sekitar Rp16.000/kg. Bahkan masih bisa mendapatkan beras di pasar dengan harga Rp11.000/kg.

Di pasar-pasar lain di Kota Kupang dan daerah lain di NTT pun sama. Harga beras jagung lebih mahal daripada beras padi. 

Dari aspek harga, tampaknya nasi jagung di NTT bisa jadi sulit diimplementasikan. Sebab harga beras berkualitas saja tak sampai Rp20.000 per kg.

Jadi dari aspek gizi dan diversifikasi pangan lokal, bisa diterima. Tetapi jika menyasar aspek harga, maka sudah tentu tidak dapat diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2