Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Lebih dari itu, kegiatan bertanam sayuran dalam polibag juga memiliki nilai ekonomis.
Hasil panen bisa dijual di pasar lokal atau dikonsumsi sendiri, sehingga membantu ketahanan pangan keluarga.
Para siswa pun semakin termotivasi karena kerja keras mereka diapresiasi masyarakat. Rasa bangga muncul saat melihat polibag yang sudah terisi rapi dan siap ditanami.
Semua usaha tersebut menjadi bukti nyata bahwa kerja sama membawa hasil positif.
Sinergi ini juga menciptakan hubungan emosional yang baik. Masyarakat merasa diperhatikan, siswa merasa dihargai, dan perusahaan berhasil menunjukkan komitmen sosialnya.
Ketiganya membentuk lingkaran saling mendukung yang memberi manfaat bersama, take and give. Tak ada yang paling baik, dan tiada yang kurang baik.
Tidak jarang, masyarakat memberikan masukan tentang teknik tradisional yang mereka kuasai. Siswa kemudian mengombinasikannya dengan pengetahuan modern yang mereka miliki.
Perpaduan ini menghasilkan cara bertani yang lebih efisien dan berdaya guna. Diharapkan ada pertukaran pengetahuan dan inovasi secara alami.
Dengan keterlibatan aktif siswa PKL, program ini diharapkan terus berlanjut. Bukan hanya polibag, tetapi juga pengembangan lahan pertanian yang lebih luas.
Penanaman sayuran unggulan, serta peningkatan kemampuan petani lokal dalam mengelola hasil panen.
Kerja sama siswa SMKN 1 Baradatu, masyarakat, dan Comdev BWKM membuktikan bahwa pendidikan, perusahaan, dan lingkungan sosial bisa berjalan seiring.