Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Jumat senja , 22 Agustus 2025, sebanyak 8 siswa PKL dari SMKN 1 Baradatu, Way Kanan Lampung bersama staf Comdev PT BWKM mulai menjalankan kegiatan program bersama dengan masyarakat di salah satu dusun yang ada di Gunung Katun, Baradatu.
Siswa mulai bekerja bersama masyarakat setelah menjalankan orientasi di lapangan selama 1 minggu untuk memperdalam potensi apa yang bisa dikembangkan, khususnya di bidang tanaman pangan dan hortikultura serta perikanan air tawar.
Ya, sebanyak 8 siswa SMKN 1 Baradatu kini tengah menjalani praktik kerja lapangan (PKL) di PT Batutua Waykanan Minerals (BWKM).
Mereka ditempatkan di departemen Community Development (Comdev), sebuah divisi yang bertugas melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Fokus utama kegiatan kali ini adalah pertanian tanaman pangan, hortikultura, serta perikanan air tawar.
Di bawah bimbingan tim Comdev BWKM, para siswa dilibatkan secara langsung dalam aktivitas bersama masyarakat di sekitar area perusahaan.
Kolaborasi ini bukan sekadar pelatihan, melainkan juga proses pembelajaran untuk membangun hubungan harmonis antara perusahaan, masyarakat, dan dunia pendidikan.
Program awal yang mereka jalankan cukup sederhana tetapi penuh makna: mengisi polibag dengan media tanam untuk ditanami sayuran dan buah semusim.
Kegiatan ini menjadi langkah awal menuju pengembangan pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut.
Polibag dipilih karena praktis, efisien, dan cocok digunakan pada lahan terbatas. Selain itu, metode ini memudahkan masyarakat untuk merawat tanaman sekaligus menjaga lingkungan tetap hijau.
Para siswa bersemangat, sementara masyarakat menyambut dengan tangan terbuka.
Kerja sama ini menjadi ajang berbagi pengetahuan. Siswa mengaplikasikan ilmu yang dipelajari di sekolah, mulai dari teknik pemilihan bibit, pencampuran tanah, hingga tata cara penyiraman yang tepat.
Di sisi lain, masyarakat memberikan pengalaman nyata tentang bagaimana bertani di lapangan.
Hasilnya, suasana gotong royong tercipta. Siswa tidak lagi bekerja sendiri, melainkan bersama petani setempat.
Mereka saling membantu mengisi polibag, menyusun di tempat yang teduh, hingga menyiapkan bedeng sederhana untuk tanaman yang kelak tumbuh subur.
Bagi masyarakat, kehadiran siswa PKL ini memberi warna baru. Mereka melihat generasi muda yang mau belajar sekaligus mau turun langsung berbaur.
Hal ini menumbuhkan rasa optimisme bahwa dunia pertanian tetap diminati meski di era modern.
Sementara bagi siswa, kesempatan ini merupakan pembelajaran berharga. Mereka tidak hanya belajar soal teknis bercocok tanam.
Tetapi juga belajar berkomunikasi, beradaptasi, dan bekerja sama dengan masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda.
Program ini juga sejalan dengan misi CSR BWKM yang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui pengembangan sektor pertanian dan perikanan.
Dengan cara sederhana seperti polibag, masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan rumah untuk menghasilkan pangan sehat.
Lebih dari itu, kegiatan bertanam sayuran dalam polibag juga memiliki nilai ekonomis.
Hasil panen bisa dijual di pasar lokal atau dikonsumsi sendiri, sehingga membantu ketahanan pangan keluarga.
Para siswa pun semakin termotivasi karena kerja keras mereka diapresiasi masyarakat. Rasa bangga muncul saat melihat polibag yang sudah terisi rapi dan siap ditanami.
Semua usaha tersebut menjadi bukti nyata bahwa kerja sama membawa hasil positif.
Sinergi ini juga menciptakan hubungan emosional yang baik. Masyarakat merasa diperhatikan, siswa merasa dihargai, dan perusahaan berhasil menunjukkan komitmen sosialnya.
Ketiganya membentuk lingkaran saling mendukung yang memberi manfaat bersama, take and give. Tak ada yang paling baik, dan tiada yang kurang baik.
Tidak jarang, masyarakat memberikan masukan tentang teknik tradisional yang mereka kuasai. Siswa kemudian mengombinasikannya dengan pengetahuan modern yang mereka miliki.
Perpaduan ini menghasilkan cara bertani yang lebih efisien dan berdaya guna. Diharapkan ada pertukaran pengetahuan dan inovasi secara alami.
Dengan keterlibatan aktif siswa PKL, program ini diharapkan terus berlanjut. Bukan hanya polibag, tetapi juga pengembangan lahan pertanian yang lebih luas.
Penanaman sayuran unggulan, serta peningkatan kemampuan petani lokal dalam mengelola hasil panen.
Kerja sama siswa SMKN 1 Baradatu, masyarakat, dan Comdev BWKM membuktikan bahwa pendidikan, perusahaan, dan lingkungan sosial bisa berjalan seiring.
Dari polibag sederhana, tercipta semangat kebersamaan untuk membangun pertanian yang lebih produktif dan bermanfaat bagi semua pihak.***
Sumber dokumen: https://www.youtube.com/@gnafanu