Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Keuntungan yang ia peroleh jelas tidak sedikit. Setiap kali panen, omzetnya bisa mencapai jutaan rupiah. Angka ini tentu sangat membantu kebutuhan keluarga, terutama di tengah situasi ekonomi yang serba menantang.
Kunci sukses Mas Agung bukan hanya pada modal atau besarnya kolam, melainkan ketekunan dan pengelolaan waktu.
Ia tidak terburu-buru memanen, melainkan menunggu ukuran ideal yang paling diminati pasar. Dengan begitu, harga jual tetap tinggi dan pembeli puas.
Selain itu, hubungan baik dengan pembeli menjadi nilai tambah. Mas Agung dikenal ramah dan terbuka kepada tetangganya yang ingin membeli.
Sikap sederhana ini membuat banyak orang nyaman berbelanja langsung ke kolamnya, bahkan menjadikannya pelanggan tetap.
Budidaya ikan lele ala Mas Agung juga memberikan inspirasi bahwa usaha kecil bisa dimulai dari rumah.
Dengan memanfaatkan lahan seadanya dan sistem kolam terpal, siapa saja bisa mencoba menekuni usaha serupa. Modalnya tidak terlalu besar, tapi hasilnya bisa menjanjikan.
Cerita ini membuktikan bahwa pemasaran tidak harus rumit dengan strategi digital atau modal besar.
Justru dengan cara tradisional yang dekat dengan masyarakat, usaha bisa berkembang dengan stabil. Hal terpenting adalah menjaga kualitas produk dan konsistensi panen.
Kini, Mas Agung menjadi contoh nyata bahwa budidaya lele bukan sekadar pekerjaan sampingan, tapi bisa menjadi sumber penghasilan utama.
Dari kolam terpal sederhana, ia berhasil menyejahterakan keluarga dan menginspirasi orang lain untuk tidak takut memulai usaha.***