Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Petani

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Mas Agung Buktikan, Budidaya Lele Rumahan Datangkan Cuan Jutaan

11 September 2025   16:15 Diperbarui: 11 September 2025   18:51 227 7 3

Sumber: https://www.youtube.com/@gnafanu

Budidaya ikan lele memang identik dengan usaha yang sederhana, namun siapa sangka dari kesederhanaan itu bisa menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap kali panen. 

Inilah yang dijalani seorang ayah muda bernama Agung, warga Baradatu, Kabupaten Way Kanan, Lampung. 

Dengan cara unik dan penuh ketekunan, Mas Agung membuktikan bahwa usaha kecil pun bisa berbuah besar.

Mas Agung memanfaatkan empat kolam terpal di pekarangan rumahnya. Setiap kolam ia isi dengan seribu ekor benih lele. 

Jumlah itu terbilang standar untuk ukuran kolam terpal, namun pengelolaannya tidak bisa asal-asalan. 

Ia menata siklus budidaya secara bertahap, sehingga panen bisa dilakukan bergantian tanpa henti.

Dengan sistem bertahap ini, ia tidak pernah kekurangan stok ikan untuk dipasarkan. Saat satu kolam siap panen, kolam lainnya sedang masa pertumbuhan. 

Artinya, Mas Agung selalu punya ikan lele segar untuk ditawarkan ke pembeli, baik perorangan maupun pedagang.

Dalam proses budidayanya, tentu ada risiko kematian ikan. Dari setiap 1000 ekor, sekitar 10 persen biasanya tidak bertahan hidup.

Namun, 90 persen sisanya tumbuh sehat hingga masa panen. Hasil itu cukup memuaskan, mengingat budidaya lele memang relatif mudah dibanding jenis ikan lain.

Setiap kali panen, ikan lele Mas Agung rata-rata memiliki ukuran 7-8 ekor per kilogram. 

Ukuran ini sangat diminati pasar karena tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Harga jualnya pun stabil, berkisar antara Rp25.000 hingga Rp27.000 per kilogram.

Cara pemasaran ikannya juga menarik. Mas Agung tidak hanya mengandalkan pasar tradisional, tapi lebih banyak menjual langsung ke tetangga dan warga sekitar. 

Banyak orang datang sendiri ke kolamnya untuk membeli ikan segar yang baru diambil dari air. Sensasi membeli langsung dari kolam membuat pembeli semakin yakin dengan kualitasnya.

Selain itu, Mas Agung bekerja sama dengan pedagang sayur keliling. Para pedagang ini mengambil ikan dari kolam untuk dijual kembali di kampung-kampung sekitar. 

Pola ini membuat jangkauan pasarnya semakin luas tanpa perlu keluar banyak tenaga.

Sebagian lagi, hasil panennya ia bawa ke pasar Baradatu. Pasar tradisional ini tetap menjadi titik penting untuk memperluas penjualan. 

Dengan begitu, lelenya bisa dikenal tidak hanya oleh tetangga, tapi juga oleh warga yang lebih jauh.

Mendapat kesempatan panen lele di kolam ikan Mas Agung (dok foto: Gregorius Nafanu)
Mendapat kesempatan panen lele di kolam ikan Mas Agung (dok foto: Gregorius Nafanu)

Dari strategi pemasaran sederhana tersebut, Mas Agung mampu menjaga arus penjualan tetap lancar. Tidak ada ikan yang terlalu lama mengendap di kolam, karena sudah ditunggu pembeli. 

Bahkan terkadang, sebelum panen habis, sudah ada yang memesan terlebih dahulu.

Keuntungan yang ia peroleh jelas tidak sedikit. Setiap kali panen, omzetnya bisa mencapai jutaan rupiah. Angka ini tentu sangat membantu kebutuhan keluarga, terutama di tengah situasi ekonomi yang serba menantang.

Kunci sukses Mas Agung bukan hanya pada modal atau besarnya kolam, melainkan ketekunan dan pengelolaan waktu.

Ia tidak terburu-buru memanen, melainkan menunggu ukuran ideal yang paling diminati pasar. Dengan begitu, harga jual tetap tinggi dan pembeli puas.

Selain itu, hubungan baik dengan pembeli menjadi nilai tambah. Mas Agung dikenal ramah dan terbuka kepada tetangganya yang ingin membeli. 

Sikap sederhana ini membuat banyak orang nyaman berbelanja langsung ke kolamnya, bahkan menjadikannya pelanggan tetap.

Budidaya ikan lele ala Mas Agung juga memberikan inspirasi bahwa usaha kecil bisa dimulai dari rumah. 

Dengan memanfaatkan lahan seadanya dan sistem kolam terpal, siapa saja bisa mencoba menekuni usaha serupa. Modalnya tidak terlalu besar, tapi hasilnya bisa menjanjikan.

Cerita ini membuktikan bahwa pemasaran tidak harus rumit dengan strategi digital atau modal besar. 

Justru dengan cara tradisional yang dekat dengan masyarakat, usaha bisa berkembang dengan stabil. Hal  terpenting adalah menjaga kualitas produk dan konsistensi panen.

Kini, Mas Agung menjadi contoh nyata bahwa budidaya lele bukan sekadar pekerjaan sampingan, tapi bisa menjadi sumber penghasilan utama.

Dari kolam terpal sederhana, ia berhasil menyejahterakan keluarga dan menginspirasi orang lain untuk tidak takut memulai usaha.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3