Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Masyarakat yang mencoba aplikasi kompos ini pada sayuran dan tanaman buah melaporkan hasil yang positif.
Tanaman tumbuh lebih sehat, daun lebih hijau, dan hasil panen lebih berkualitas.
Selain itu, penggunaan kompos juga menekan biaya pertanian karena bahan bakunya berasal dari limbah sekitar.
Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran lingkungan.
Limbah rumah tangga yang sebelumnya terbuang kini berubah menjadi sumber manfaat.
Generasi muda menjadi motor penggerak perubahan menuju pertanian berkelanjutan.
Dengan pendekatan sederhana dan gotong royong, praktik kerja lapangan ini memberi inspirasi bahwa kemandirian pangan dan pertanian ramah lingkungan bisa dimulai dari hal kecil.
Pupuk kompos dari kulit kopi, kohe kambing, sisa buah, sayuran, dan molase menjadi bukti nyata bahwa inovasi bisa lahir dari lingkungan sekitar.***