Ikrom Zain
Ikrom Zain Tutor

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Kode Kursi Mana Saja yang Dapat Jendela Penuh pada KA Banyubiru Kelas Ekonomi New Generation?

12 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 13 Juli 2024   02:42 6655 6 2


Awal bulan lalu, PT KAI mengubah rangkaian beberapa kereta api kelas ekonomi menjadi kelas ekonomi New Generation.

Perubahan ini dilakukan untuk menjawab komplain dan keluhan mengenai fasilitas kursi kelas ekonomi beberapa kereta api jarak jauh (KAJJ). Banyak keluhan muncul karena penumpang kereta kelas ekonomi sudah membayar tiket dengan harga cukup mahak tetapi mereka masih mendapatkan kursi tegak.

Alhasil, banyak penumpang mengeluhkan posisi duduk tegak selama perjalanan jauh yang disertai dengan adu dengkul. Padahal, kereta yang mereka naiki bukan kereta PSO (Public Service Obligation) atau kereta bersubsidi. Banyak penumpang pun merasa mereka perlu mendapat fasilitas yang lebih baik, minimal mendapat kursi tidak tegak dan kaki bisa diselonjorkan.

Kursi yang mendapatkan jendela penuh. - Dokumentasi Pribadi
Kursi yang mendapatkan jendela penuh. - Dokumentasi Pribadi

Beberapa KAJJ sudah memiliki rangkaian kereta kelas ekonomi New Generation, seperti Jayabaya, Majapahit, dan Gaya Baru Malam Selatan (GBMS). Perubahan rangkaian kereta menjadi kelas ekonomi New Generation memang diapresiasi oleh banyak penumpang. Meski masih ada beberapa kekurangan, tetapi mereka cukup puas dengan adanya perubahan tersebut.

Rupanya, PT KAI tidak hanya mengubah rangkaian kereta untuk KAJJ. Ada kereta jarak dekat yang kelas ekonominya diubah menjadi New Genaration. Kereta tersebut adalah KA Banyubiru yang melayani perjalanan dari Stasiun Tawang Bank Jateng menuju Stasiun Solo Balapan PP. Kelas ekonomi kereta ini diubah menjadi New Generation bersama dengan KA Blambangan Ekspres relasi Semarang Tawang Bank Jateng -- Ketapang Banyuwangi via Surabaya Pasar Turi.

Perubahan ini diharapkan dapat menarik minat penglaju Semarang -- Solo untuk naik kereta api. Selama ini memang wilayah Jawa Tengah tidak memiliki kereta api lokal dengan jalur memutar (loop) seperti KA Penataran di Jawa Timur. Memang ada KA Joglosmarkerto yang rutenya memutar dari Semarang, Solo, Yogyakarta, Purwokerto, dan Tegal.

Namun, tiket kereta api ini cukup mahal. Untuk kelas ekonomi saja paling murah 100 ribu rupiah. Itu pun kursi kereta yang didapatkan oleh penumpang adalah kursi tegak. Berbeda dengan KA Banyubiru yang mendapatkan kursi empuk versi New Generation.

Perbandingan harga KA Banyubiru dan Joglosemarkerto. - Tangkapan layan Dokumentasi Pribadi
Perbandingan harga KA Banyubiru dan Joglosemarkerto. - Tangkapan layan Dokumentasi Pribadi

Lantaran penasaran, saya pun mencoba menaiki KA Banyubiru dari Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng seminggu setelah peluncuran rangkaian baru ini. Saya tiba di stasiun tersebut sejam sebelum keberangkatan kereta. 

Kereta ini sendiri berangkat sekitar pukul 07.50 pagi dari Semarang dan dijadwalkan tiba di Solo sekitar pukul 10 kurang. Waktu tempuh yang cukup singkat ini menjadi daya tarik pula dibandingkan naik bus bumel atau bus AKAP yang bisa memakan waktu dua jam lebih.

Kebetulan, saya mendapat kereta nomor 3 dengan kursi nomor 11 D. Pengalaman saat naik kereta Jayabaya yang sudah diganti dengan kelas ekonomi New Generation, saya selalu penasaran apakah nomor kursi yang saya dapatkan mendapatkan jendela atau tidak.

Perlu diketahui, meski sudah diubah menjadi lebih nyaman, tetapi tidak semua penumpang mendapatkan tempat duduk yang dekat jendela. Setidaknya, ada 3 tipe kursi kereta kelas ekonomi New Generation. 

Pertama adalah kursi dengan jendela penuh, kedua adalah kursi dengan jendela setengah penuh, dan ketiga adalah kursi yang tidak mendapatkan jendela sama sekali.

Perbedaan posisi tersebut, bisa jadi disebabkan karena susunan kereta api kelas ekonomi yang berbeda dengan kelas eksekutif. Perlu diketahui, jumlah penumpang maksimal pada kereta kelas eksekutif adalah sekitar 50 penumpang. Semua kursi penumpang kelas eksekutif pasti akan dekat dengan jendela.

Kursi biru menjadi ciri khas kereta kelas ini. - Dokumentasi Pribadi
Kursi biru menjadi ciri khas kereta kelas ini. - Dokumentasi Pribadi

Sementara, jumlah kursi untuk kereta api kelas ekonomi Kemenhub non PSO sebelum diubah menjadi New Generation adalah 80 penumpang. Ketika diubah, maka jumlahnya dimampatkan menjadi 72 penumpang atau berkurang sebanyak 8 penumpang. 

Pengubahan ini tidak mengubah posisi jendela dan hanya mengubah kursi serta bagian lainnya. Otomatis, posisi kursi disusun sedemikian rupa agar jumlahnya pas 72 penumpang. Alhasil, penumpang pun mendapat tiga jenis posisi tempat duduk tersebut. 

Apesnya, sebagai penumpang, kita tidak bisa memilih dengan jelas mana kursi kereta yang mendapatkan jendela penuh. Kebanyakan, penumpang baru tahu ia dapat jendela atau tidak saat sudah naik kereta. 

Saat sudah naik dan ternyata tidak mendapat jendela, maka penumpang bisa saja kecewa karena selama perjalanan, tidak ada pemandangan yang bisa disaksikan selain dinding kereta. Padahal, keinginan orang untuk naik kereta api adalah bisa melihat pemandangan yang tak bisa disaksikan jika naik bus atau mobil.

Pengalaman saya kemarin, untuk kursi 11D dengan kereta nomor 3, saya mendapatkan jendela setengah penuh. Walau terhalang oleh kursi penumpang depan (12D) yang mendapatkan jendela penuh, bagi saya tidak masalah. Saya bersyukur masih bisa melihat pemandangan di luar kereta dengan jelas dan merekam aktivitas selama perjalanan.

Kondisi kabin kereta saat berjalan. - Dokpri
Kondisi kabin kereta saat berjalan. - Dokpri

Nah, dari pengalaman saya naik kereta ini, maka saya bisa mendapatkan pola kode kursi dapat jendela penuh, setengah penuh, dan tidak dapat jendela. Untuk kursi dengan kode D, penumpang bisa membeli tiket dengan kode 2D, 6D, 8D, dan 12D. Kursi dengan kode ini akan mendapatkan jendela penuh. Sementara, untuk kursi dengan kode A ternyata kebanyakan kode dengan nomor genap hampir semuanya mendapatkan jendela penuh, seperti 6A, 8A, 10A, 12A, dan seterusnya.

Jika ingin dekat dengan televisi dan pintu kereta serta mendapatkan jendela penuh, maka penumpang bisa memilih kursi dengan kode 19D. Posisi pada kursi ini mirip dengan single seat pada kelas eksekutif. 

Bedanya, jika kelas eksekutif hanya terdiri dari 1 kursi, sedangkan pada kelas ekonomi New Generation terdapat 2 kursi. Kelemahan dari kursi kode ini adalah harus sering menutup pintu kereta ketika ada penumpang yang berlalu-lalang toilet atau kereta restorasi dan mereka lupa menutup kembali.

KA Banyubiru saat berada di Stasiun Semarang Tawang - Dokumentasi Pribadi
KA Banyubiru saat berada di Stasiun Semarang Tawang - Dokumentasi Pribadi

Walau terkesan kurang adil jika dilihat dari keberadaan jendela, tetapi setidaknya kereta ini jauh lebih nyaman dibandingkan sebelumnya. Kursi reclinic seat yang bisa disandarkan menjadi kelebihan sendiri. 

Sebenarnya, penumpang bisa memutar kursi jika mendapatkan jendela tidak penuh. Namun, tentu jika penumpang tersebut dalam satu rombongan dengan penumpang sebelahnya, semisal keluarga atau teman. 

Jika penumpang naik sendiri seperti saya, maka posisi kursi tidak bisa dibalik seenaknya. Saya juga tidak menemukan satu penumpang pun yang memutar kursinya walau mereka tidak mendapatkan jendela.

Kelebihan lainnya, penumpang juga tidak perlu adu dengkul dengan penumpang lain karena bisa selonjoran. Jarak antara tempat duduk jauh lebih lega dibandingkan kereta kelas ekonomi premium. 

Tiap baris kursi juga tersedia colokan listrik sehingga satu penumpang bisa menggunakan satu buah colokan tersebut dan tidak perlu lagi bergantian. Demikian pula toilet kereta yang jauh lebuh bersih dibandingkan sebelumnya.

Semoga saja, lebih banyak kereta api kelas ekonomi yang diubah menjadi New Generation. Terlebih, pada kereta api yang masih menggunakan kursi tegak dengan harga tiket yang mahal. Jika tidak begini, PT KAI akan kehilangan banyak konsumen karena kini banyak penumpang lebih memilih naik bus dengan harga lebih murah dan service yang lebih memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3