Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Kedua tangan Paul van der Loo membelah keempat penjuru. Cepat, sekelebat. Kedua kakinya menghentak, menerjang. Ia melompat, ciaaaat. Tepuk tangan berderai. Ia pun tersenyum santun, dengan mengatupkan kedua telapak tangan di dada. Luar biasa!
Paul dalam Kedalaman Tradisi
Atraksi pencak silat yang ditampilkan Paul van der Loo di Lapangan Merah Polda Banten tersebut, sungguh mendecakkan rasa kagum. Andai saja ia tidak berkulit bule, mungkin kita lupa bahwa ia adalah sosok yang datang dari belahan benua yang lain. Kita di benua Asia. Ia dari benua Eropa.
Paul van der Loo terbang bermil-mil dari Negeri Belanda, untuk memenuhi undangan Kapolda Banten Irjen Pol Prof. Dr. Rudy Heriyanto. Dengan penuh kesantunan, ia tunjukkan kecintaannya yang dalam terhadap seni tradisi Pencak Silat dan Golok Banten.
"Saya mulai belajar silat di Cimahi, Jawa Barat, sejak 30 tahun yang lalu," ujarnya dengan senyum, dalam bahasa campur-campur Inggris-Indonesia. Kenapa di Cimahi? Karena, ayah-ibunya yang asli orang Belanda, punya kerabat di sana. Dari Cimahi, ia berguru silat ke hampir seluruh wilayah Jawa Barat.
Termasuk, berguru silat dengan Golok Banten di Tanah Banten. Kita tahu, pada awalnya, Banten adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat, sebelum resmi sebagai Provinsi Banten, pada 4 Oktober 2000. Pada Sabtu, 12 November 2022 lalu, Paul van der Loo datang ke Banten, karena Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto menginisiasi Seminar Internasional Golok Banten di Mata Dunia.
Seminar tersebut dilaksanakan secara hybrid, online dan offline. Ada 14 perwakilan dari 14 negara di dunia yang menjadi pesertanya. Antara lain, President Netherlands Pencak Silat Federation (NPSF) Olivier Blancquaert dari Belanda, Head of The Golok Official in Italy Linda Turci, dan President Federasi Pencak Silat Prancis Guillaume Laforast.
"Seminar Internasional Golok Banten di Mata Dunia ini, merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Polda Banten. Seminar ini akan dilanjutkan dengan sejumlah penelitian di tanah air serta di berbagai negara yang relevan," ungkap Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto, ketika membuka seminar tersebut di Aula Polda Banten, Serang, pada Sabtu, 12 November 2022 lalu.
Ratusan jawara dari sejumlah perguruan silat di Banten, hadir memenuhi aula, dengan balutan kostum khas pesilat: hitam-hitam. Lengkap dengan ikat pinggang kulit serta Golok Banten mencuat di pinggang masing-masing. Juga, udeng khas Banten, yang melilit di kepala masing-masing pesilat.
Golok Banten ke UNESCO
Seminar Internasional Golok Banten di Mata Dunia ini, adalah langkah awal Polda Banten secara official untuk mendaftarkan Golok Banten sebagai warisan dunia ke The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). "Yang terdekat, Team Golok Banten akan menjadi bagian dari seminar sejenis, yang akan diselenggarakan Nederlance Pencaksilat Federacti, pada 16-17 Desember 2022 mendatang di Belanda," tutur Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto, lebih lanjut.
Golok Banten memiliki sejarah yang panjang, menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah rakyat Banten ketika melawan penjajah. Dengan kata lain, Golok Banten merupakan senjata warisan para leluhur Banten dalam upaya merebut kemerdekaan. Hingga kini, Golok Banten masih terus dirawat sebagai benda pusaka serta dikembangkan sebagai cindera mata khas Banten.
Golok Banten memiliki nilai histori yang tinggi, sejak era Kerajaan Sunda atau Padjadjaran, era Kesultanan Banten, sampai dengan era Kemerdekaan. Atas dasar itulah Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto memperjuangkan agar Golok Banten terdaftar, tercatat, dan diakui sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO.
Dalam konteks yang lebih detail, Golok Banten telah melalui uji laboratorium metallurgy sebagai domain of materials science and engineering, untuk menyusuri jejak peradaban seni besi tempa yang berkembang di Tanah Banten pada masa lalu.
Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto menuturkan, unsur kimia yang ditemukan di material Golok Banten, menunjukkan, betapa luar biasa adiluhung-nya para empu atau pandai besi di wilayah Banten pada zaman dahulu. Ke-adiluhung-an tersebut yang membuat Golok Banten mampu bertahan lestari hingga ratusan tahun.
Salah satunya dikenal dengan nama Golok Si Rebo, yang merupakan golok tertua di masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin Banten, pada tahun 1552-1570 Masehi. Konon, Golok Si Rebo dengan berbagai kesaktiannya tersebut, membutuhkan waktu pembuatan lebih dari 7 tahun. Sekali lagi, hal tersebut menggambarkan, betapa luar biasa adiluhung-nya para empu atau pandai besi di masa lalu, yang merupakan para leluhur rakyat Banten.
Tercatat Sejak Tahun 1300
Menyebut Golok Banten, tentulah tidak mungkin untuk tidak menyebut Ciomas, salah satu Kecamatan di Kabupaten Serang, yang sangat dikenal sebagai wilayah penghasil Golok Banten. Motif golok dari wilayah Ciomas, sangat beragam. Antara lain, motif Kembang Kacang, Mamancungan, Candung, dan Salam Nunggal.
Bahan dasar golok dari Ciomas adalah dari besi yang disebut Sulakar, yang juga dipakai sebagai bahan pijakan kaki di kereta delman pada masa lampau. Artinya, historical Golok Banten, dalam konteks rencana pengajuan sebagai warisan dunia ke UNESCO, masih bisa ditelusuri jejaknya melalui serangkain penelitian.
Ketika membuka Seminar Internasional Golok Banten di Mata Dunia pada Sabtu, 12 November 2022 lalu, Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto menyebut, serangkaian penelitian intensif terus dilakukan. "Bukan hanya untuk meraih pengakuan dari UNESCO, tapi sebagai bentuk penghormatan terhadap para empu, yang menjadi leluhur rakyat Banten," ungkap Kapolda Banten, yang disambut tepuk tangan meriah para jawara Banten.
Di sela-sela seminar tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Banten Kombes Shinto Silitonga, menuturkan, memang golok ditemukan di banyak wilayah di tanah air. Tapi, di sejumlah manuskrip sejarah Sunda -Jawa Barat kini- yang tersimpan di museum, golok sudah tercatat sejak tahun 1300.
Kabid Humas Polda Banten Kombes Shinto Silitonga, mengatakan, "Berbagai upaya serius yang dilakukan Polda Banten terhadap Golok Banten tersebut, merupakan wujud nyata kepedulian Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto terhadap kearifan lokal Banten." Bahkan, pada puncak perayaan HUT Bhayangkara ke-76, pada Jumat, 1 Juli 2022 lalu, sebanyak 200 personel dan petinggi Polda Banten menampilkan atraksi debus dan pencak silat.
Kepedulian Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto terhadap kearifan lokal Banten, sesungguhnya sudah ia tunjukkan sejak awal menjabat, pada 5 Januari 2021. Dari 12 highlight kebijakannya, salah satunya dinamai Pendekar, yang merupakan akronim dari Polisi yang Empati Ngayomi dan Dekat dengan Rakyat.
Dukungan untuk meraih pengakuan UNESCO terhadap Golok Banten, datang dari seluruh lapisan rakyat Banten. Di pembukaan Seminar Internasional Golok Banten di Mata Dunia tersebut, Kapolda Banten memberikan piagam penghargaan kepada para pihak yang telah menunjukkan dedikasi terhadap pelestarian Golok Banten. Baik yang berada di tanah air, maupun yang berada di berbagai negara di dunia.
Jakarta, 15 November 2022