Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video

Strategi Bisnis, Pergantian Rezim, dan Calon Doktor Washington University

22 Maret 2023   12:09 Diperbarui: 22 Maret 2023   12:16 499 0 0

Strategi Bisnis di pergantian rezim kekuasaan. Foto: Dok. Budi Susilo
Strategi Bisnis di pergantian rezim kekuasaan. Foto: Dok. Budi Susilo

Ini tentang gunjang-ganjing bisnis di pergantian rezim kekuasaan. Bisnis ayah Budi Susilo hancur, ketika rezim Orde Baru digantikan Orde Reformasi. Mari kita cermati cerita sekaligus analisa Budi Susilo, pebisnis bahan bakar minyak dan kayu manis, serta partner JPMorgan Chase & Co. Secara akademik, Budi Susilo sebentar lagi akan menyandang gelar Doktor Ekonomi dari Washington University, Amerika Serikat. Kita mulai kisahnya dari Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat.

Ayahnya Konglomerat Cendana


Mungkin ini bukan satu-satunya. Tapi, ini bisa menjadi salah satu contoh, tentang seseorang yang lahir dari keluarga konglomerat, kemudian bangkrut. Seseorang itu bernama Budi Susilo. Di tahun 80-an, ayahnya, Dasi Suprayitno, dikenal sebagai pemilik perusahaan rekaman DS Record. Sang ayah dekat dengan Probosutedjo, adik Suharto, yang menjadi penguasa Orde Baru saat itu.

Berkat kedekatan itu, Dasi Suprayitno mendapat konsesi mengelola lahan untuk perkebunan di kawasan Kaliurang, Yogyakarta. Luasnya, 38.000 hektar, dengan jumlah pekerja sekitar 17.000 orang. Salah satu komoditas yang ditanam di lahan tersebut adalah terong, yang seluruh hasilnya diekspor ke Jepang.

Kiprah bisnis Dasi Suprayitno terus meluas, hingga ia tercatat sebagai salah seorang konglomerat di lingkar keluarga Suharto. Kerap juga disebut sebagai Konglomerat Cendana, mengacu ke Jalan Cendana di Jakarta Pusat, kediaman pribadi Suharto.    

Kemudian, pada 21 Mei 1998, rezim Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan reformasi. Ini merupakan momen penting bagi bangsa Indonesia. Era reformasi lahir sebagai hasil perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Maka, segala yang ber-bau Suharto diberangus. Dimusnahkan. Termasuk, seluruh jaringan bisnis Dasi Suprayitno.

Bisnis Dasi Suprayitno pun lenyap. Budi Susilo ketika itu menjelang lulus dari SMA Negeri 82 Jakarta Selatan dan kemudian melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi, Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat. Seluruh aset bisnis ayahnya disita. Termasuk, 12 mobil yang sehari-hari ada di rumahnya. Budi Susilo kemudian indekos dan naik bis kota, padahal sebelumnya ia kerap berganti-ganti mobil ke sekolah dan ke kampus.

Pada Selasa, 14 Maret 2023 lalu, kami beberapa pekerja kreatif, bertemu dengan Budi Susilo di kawasan Jakarta Barat. Kami sedang menghimpun kisah-kisah seputar pergantian rezim, dalam hal ini pergantian dari rezim Orde Baru ke rezim Orde Reformasi.

Yang kami tampilkan di video dan teks ini adalah bagian dari perbincangan kami dengan Budi Susilo. Masih ada bagian yang belum kami publish. Juga, masih ada bagian yang dinyatakan Budi Susilo sebagai off the record. Artinya, ia tidak mengizinkan bagian yang dimaksud untuk disiarkan kepada publik.

17.000 Karyawan Jadi Pengangguran

Dalam konteks bisnis di pergantian rezim kekuasaan, seluruh jaringan bisnis ayah Budi Susilo diberangus. Salah satunya adalah bisnis perkebunan di kawasan Kaliurang, Yogyakarta. Secara serempak pada hari yang sama, lebih dari 17.000 karyawan perkebunan tersebut, langsung menjadi pengangguran.

Sejauh ini, belum ada data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), berapa banyak anak-anak bangsa yang menjadi pengangguran, karena ditutupnya sejumlah usaha di lingkar Cendana, di pergantian rezim kekuasaan yang dimaksud. Penting kah itu? Menurut saya iya, sebagai pelajaran untuk anak-anak bangsa berikutnya, ketika menghadapi pergantian rezim kekuasaan di masa-masa mendatang.

Bagaimanapun juga, pergantian rezim kekuasaan bagi sebuah negara, adalah suatu hal normal sesuai konstitusi. Yang membedakan, mungkin tentang mekanisme pergantiannya serta cara rezim pengganti menyikapi. Dalam hal ini, menyikapi bidang perekonomian, dalam konteks terciptanya pengangguran dalam jumlah besar, dalam waktu yang relatif serentak.

Situasi tahun 1998 tersebut, belum bisa dipahami Budi Susilo sepenuhnya. Ia baru lulus sekolah menengah dan kemudian baru menginjak gerbang kampus. Meski demikian, situasi dan kondisi itu menjadi pemicu, hingga ia kemudian dengan cepat menyikapi keadaan. Intinya, ia cepat sadar bahwa ayahnya bukan lagi seorang konglomerat.

Maka, selama masa kuliah di Universitas Tarumanegara, berbagai usaha yang bernilai ekonomi, ia lakukan dengan segala daya-upaya. Mulai dari berjualan voucher untuk main game, karena banyak rekan sekampusnya yang keranjingan main game. Juga, berjualan buku bekas, yang ia beli dari pedagang buku bekas di seputaran Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Budi Susilo bersama rekan kuliahnya, juga melakoni usaha kuliner, antara lain, berjualan hamburger dan kwetiau. Kuliahnya di Fakultas Ekonomi terus berjalan dengan baik. Pada saat yang sama, spirit bisnisnya semakin terasah. Terasah secara naluri bisnis, terasah pula secara intuisi bisnis. Boleh dibilang, ia tidak mengenal waktu bermain. Fokusnya ya kuliah dan berjualan, sampai akhirnya ia menyelesaikan jenjang S-1 dengan baik.

Beasiswa Pertamina, Menolak Kerja di Pertamina

Setelah selesai S-1 di Fakultas Ekonomi, Universitas Tarumanegara, Budi Susilo berhasil mendapatkan beasiswa dari Pertamina untuk melanjutkan ke jenjang S-2 di London School of Economic, Inggris. Selesai S-2, ia kembali ke tanah air untuk menunaikan kewajiban bekerja selama 6 bulan di Pertamina. Ini sebagai imbal-balik atas beasiswa yang sudah ia terima.

Usai 6 bulan bekerja, ia ditawarkan untuk menjadi karyawan tetap di Pertamina. Budi Susilo menolak. "Ketika itu, UMR masih 2 juta dan saya ditawari gaji 14 juta per bulan oleh Pertamina. Saya menolak untuk menjadi karyawan Pertamina saat itu, tapi saya bertekad suatu saat akan berbisnis dengan Pertamina," ujar Budi Susilo dengan senyum.

Ternyata, Budi Susilo memiliki alasan yang sangat kuat untuk menolak Pertamina. Pertama, karena memang tidak ada kewajiban harus menerima tawaran tersebut. Kedua, karena ada tawaran yang lebih menggiurkan. "Selama kuliah di London School of Economic, saya sudah di-approach oleh JPMorgan Chase & Co. yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat," lanjut Budi Susilo.

Tanpa menunggu waktu lama, ia pun terbang ke New York dan berkantor di JPMorgan Chase & Co. dari 2006 hingga 2010. Hingga kini pun, Budi Susilo masih tercatat sebagai partner JPMorgan Chase & Co. Tak berapa lama di tanah air, Budi Susilo kembali terbang ... kali ini ke Korea Selatan. Sekitar 2 tahun ia bekerja di Negeri Ginseng tersebut.

Setelah itu, baru ia wujudkan tekadnya untuk berbisnis dengan Pertamina. Posisinya sebagai Importir Niaga Umum (INU) dengan kuota jutaan liter bahan bakar minyak per bulan, yang ia jual ke berbagai korporasi di seluruh Indonesia. Menurut Budi Susilo, saat ini ada sekitar 40 perusahaan pemegang INU di Indonesia.

Meski bisnis minyak sangat menggiurkan, tapi ingatannya tentang 17.000 warga Kaliurang, Yogyakarta, yang menjadi pengangguran bertahun lalu, masih melintas-lintas di kepala. Budi Susilo ingin menebus perasaan ayahnya, karena bisnis ayahnya diberangus, karena ayahnya bagian dari lingkar Cendana.

Namun, segalanya sudah tidak memungkinkan. Meski demikian, Budi Susilo tak kehilangan akal. Ia kemudian mendirikan perusahaan yang mengelola serta mengolah kayu manis di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Lahan konsesi yang ia kelola lebih dari 1.500 hektar serta mempekerjakan 4.000 lebih tenaga kerja.

Seluruh tenaga kerja tersebut adalah warga lokal, yang bermukim di sekitar perkebunannya, di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Budi Susilo menghidupkan sekaligus menggerakkan roda ekonomi warga setempat. Memberi manfaat kongkrit kepada ribuan warga lokal. Peduli kepada anak-anak bangsa, itulah tekad yang terus ia upayakan.

Jakarta, 22 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3