Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Kunjungan Sepintas adalah puisi ke-220 dan Sauh puisi ke-191 dalam buku puisi Impromptu Terzina karya Ewith Bahar. Buku puisi itu menjadi Juara I Buku Puisi Terbaik tahun 2023, dari Sayembara Buku Puisi yang diadakan oleh Yayasan Hari Puisi (YHP). Itu merupakan sayembara tahunan YHP, dengan tiga Dewan Juri: Abdul Hadi WM, Sutardji Calzoum Bachri, dan Maman S. Mahayana.
Pada Kamis, 30 November 2023 lalu, buku puisi itu dibedah oleh dua dari tiga Dewan Juri, yaitu Sutardji Calzoum Bachri dan Maman S. Mahayana. Bedah buku itu dilakukan di aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Lantai 4 Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Bedah buku tersebut sekaligus menjadi ajang pertanggungjawaban Dewan Juri, yang telah memilih buku puisi Impromptu Terzina karya Ewith Bahar, sebagai Juara I Buku Puisi Terbaik tahun 2023. Buku itu berhasil menyisihkan ratusan buku puisi yang dikirimkan ke panitia sayembara.
Landasan Buku, Tanggung Jawab Estetik
Bang Tardji, antara lain, menjabarkan tentang Kesadaran Kata dan Penambahan Makna dalam karya-karya Ewith Bahar, pada Kamis, 30 November 2023 lalu itu. Sementara, Maman S. Mahayana, antara lain, menyoroti tentang Tanggung Jawab Estetik yang dikemukakan Ewith Bahar dalam Kata Pengantar buku puisi tersebut.
Maksudnya, Ewith Bahar menjelaskan dalam buku puisinya, kenapa ia menuliskan puisi tiga baris. Ia terinspirasi untuk menciptakan Puisi Tiga Baris, setelah mencermati ragam puisi tiga baris di berbagai negara di dunia. Antara lain, haiku, hokku, dan katauta dari Jepang. Juga, sijo di Korea dan terza rima di Italia. Dan, puisi tiga baris tidak dikenal dalam sejarah perpuisian Indonesia.
"Tanggung Jawab Estetik yang demikian, tentu saja penting. Ke-228 Puisi dengan 22 Sub-Tema di buku tersebut, dicermati Dewan Juri satu per satu. Mulai dari relevansi tiap puisi dengan Tema yang membingkainya, sampai ke konsistensi Ewith Bahar sebagai penyairnya," tutur Maman S. Mahayana.
Dalam sub-tema Corona misalnya, Ewith Bahar menampilkan 10 puisi. Dalam sub-tema Memoria, ia menampilkan 7 puisi. Jumlah puisi di tiap sub-tema, berbeda-beda. Nah, Dewan Juri menelusuri, tiap puisi dengan sub-tema yang membingkainya.
Tapi, apa sebetulnya Impromptu? Ini adalah istilah dalam dunia musik, yang berasal dari bahasa Prancis, yang berarti improvisasi. Dengan landasan improvisasi itulah, Ewith Bahar mengolah peristiwa banjir, misalnya, ke dalam puisi tiga baris. Demikian pula dengan wabah Corona, yang melanda dunia.
"Kepaduan seluruh puisi dengan tema improvisasi yang menjadi tema utama buku tersebut, sangat mengesankan. Tentu tidak mudah mengelola konsistensi dari 228 Puisi dengan 22 sub-tema tersebut. Ewith Bahar berhasil menjaga konsistensi serta kepaduannya," ujar Maman S. Mahayana lebih lanjut.
Maman S. Mahayana menyebutkan contoh puisi ke-209 karya Ewith Bahar, Kemenangan dalam sub-tema Diri.